Saturday, October 24, 2009

SYEKH JUNAID AL-BAGHDADY


Syekh Junaid Al-Baghdadi adalah seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli-ahli sufi. Tahun kelahiran Imam Junaid tidak dapat dipastikan. Tidak banyak dapat ditemui tahun kelahiran beliau pada biografi lainnya. Beliau adalah orang yang terawal menyusun dan membahas tentang ilmu tasawuf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang menerangkan tentang ilmu tasawuf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi

Imam Junaid adalah seorang ahli niaga yg kaya raya. Beliau memiliki sebuah gedung tempat beliau berdagang di kota Baghdad yang ramai pelanggannya. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidaklah disibukkan dengan mengurusi dagangannya sebagaimana para pedagang lain yang kaya raya di Baghdad.

Waktu berdagangnya sering cuma sebentar saja karena lebih mengutamakan pengajian murid-muridnya yang haus akan ilmu pengetahuan.

Setiap malam beliau berada di masjid besar Baghdad untuk menyampaikan kuliahnya. Banyak penduduk Baghdad datang ke masjid untuk mendengar kuliahnya sehingga penuh sesak.

Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Beliau ridha dan bersyukur kepada Allah SWT dengan segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Beliau tidak pernah berangan-angan untuk mencari kekayaan duniawi dari sumber pekerjaannya sebagai pedagang.

Beliau selalu membagi-bagikan hasil dagangannya kepada golongan fakir miskin, peminta dan orang-orang tua yang lemah.

Bertasawuf Ikut Sunnah Rasulullah saw, begitulah fatwa beliau.

Imam Junaid seorang yang berpegang kuat kepada al-Quran dan as-Sunnah. Beliau sentiasa merujuk kepada al-Quran dan sunnah Rasulullah saw dalam setiap pengajiannya.

Beliau pernah berkata:

“Setiap jalan tertutup, kecuali bagi mereka yang sentiasa mengikuti perjalanan Rasulullah saw. Siapa yang tidak menghafal al-Quran, tidak menulis hadis-hadis, tidak boleh dijadikan guru dalam bidang tasawuf ini.”

Kelebihan dan Karamah

Imam Junaid mempunyai beberapa kelebihan dan karamah. Di antaranya ialah pengaruhnya yg kuat setiap kali menyampaikan kuliahnya. Kehadiran murid-muridnya di masjid, bukan saja terdiri dari orang-orang biasa malah semua golongan menyukainya.

Masjid-masjid sering dipenuhi oleh ahli-ahli falsafah, ahli kalam, ahli Fiqih, ahli politik dan sebagainya. Namun begitu, beliau tidak pernah angkuh dan bangga diri dengan kelebihan tersebut.

Diuji Dengan Seorang Wanita Cantik

Setiap insan yang ingin mencapai keridhaan Allah pastinya akan menerima ujian dan cobaan. Imam Junaid menerima ujian dari beberapa orang musuhnya setelah pengaruhnya meluas. Mereka telah membuat fitnah untuk menjatuhkan citra Imam Junaid.

Musuh-musuhnya telah bekerja keras menghasut khalifah di masa itu agar membenci Imam Junaid. Namun usaha mereka untuk menjatuhkan kemasyhuran Imam Junaid tidak berhasil.

Musuh-musuhnya berusaha berbuat sesuatu yang bisa memalukan Imam Junaid. Pada suatu hari, mereka menyuruh seorang wanita cantik untuk memikat Imam Junaid. Wanita itu pun mendekati Imam Junaid yang sedang tekun beribadat. Ia mengajak Imam Junaid agar melakukan perbuatan terkutuk.

Namun wanita cantik itu hanya dikecewakan oleh Imam Junaid yang sedikitpun tidak mengangkat kepalanya. Imam Junaid meminta pertolongan dari Allah agar terhindar daripada godaan wanita itu. Beliau tidak suka ibadahnya diganggu oleh siapapun. Beliau melepaskan satu hembusan nafasnya ke wajah wanita itu sambil membaca kalimah Lailahailallah. Dengan takdir Tuhan, wanita cantik itu rebah ke bumi dan mati.

Khalifah yang mendapat berita kematian wanita itu akhirnya marah kepada Imam Junaid karena menganggapnya sebagai suatu perbuatan yang melanggar hukum.

Lalu khalifah memanggil Imam Junaid untuk memberikan penjelasan di atas perbuatannya. “Mengapa engkau telah membunuh wanita ini?” tanya khalifah.

“Saya bukan pembunuhnya. Bagaimana pula dengan keadaan tuan yang diamanahkan sebagai pemimpin untuk melindungi kami, tetapi tuan berusaha untuk meruntuhkan amalan yang telah kami lakukan selama 40 tahun,” jawab Imam Junaid.

Wafatnya

Akhirnya kekasih Allah itu telah menyahut panggilan Ilahi pada 297 Hijrah. Imam Junaid telah wafat di sisi As-Syibli, salah satu dari muridnya.

Ketika sahabat-sahabatnya hendak mengajar kalimat tauhid, tiba-tiba Imam Junaid membuka matanya dan berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melupakan kalimat itu sejak lidahku pandai berkata-kata.”

Tuesday, October 20, 2009

Pengakuan Ulama Besar Fiqih Tentang Tasawuf & Sufi


Abu Hanifa (81-150 H./700-767 CE)

Imam Abu Hanifa (r) (85 H.-150 H) berkata, “Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”. Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa Ibn ‘Abideen said, “Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassim an-Nasarabadi, dari ash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma’ruf al-Karkhi, dari Dawad at-Ta’i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi.” Imam berkata sebelum meninggal: lawla sanatan lahalaka Nu’man, “Jika tidak karena dua tahun, Nu’man (saya) telah celaka.” Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq.


Imam Malik (94-179 H./716-795 CE)

Imam Malik (r): “man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq.” (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran).” (dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195

Imam Shafi’i (150-205 H./767-820 CE)

Imam Syafi’i : ”Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:

1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara.
2. Mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut.
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf

[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol. 1, p. 341.]

Dalam Diwan (puisi) Imam Syafii, nomor 108 :

“Jadilah ahli fiqih dan sufi Jangan menjadi salah satunya Demi Allah Aku menasehatimu”.

Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H./780-855 CE)

Imam Ahmad (r) : “Ya walladee ‘alayka bi-jallassati ha’ula’i as-Sufiyya. Fa innahum zaadu ‘alayna bikathuratil ‘ilmi wal murqaba wal khashiyyata waz-zuhda wa ‘uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” –Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi) Imam Ahmad (r) tentang Sufi:”Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)

Imam Haris Al-Muhasibi (d. 243 H./857 CE)

Imam Haris Al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat” . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa itu adalah Golongan orang tasawuf. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al-Wasiya p. 27-32.

Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE)

Imam al-Qushayri tentang Tasauf: “Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya .” [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]

Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)

Imam Ghazali, hujjatul-Islam, tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].

Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)

Dalam suratnya al-Maqasid : “Ciri jalan sufi ada 5 : menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri, mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20]

Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE)

Imam Fakhr ad-Din ar-Razi : “Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan diri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku” .” [Ictiqadat Furaq al-Musliman, p. 72, 73]

Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE)

Ibn Khaldun : “Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi’een, and Tabi’ at-Tabi’een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia” [Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328]

Tajuddin as-Subki

Mu’eed an-Na’eem, p. 190, dalam tasauf: “Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah” Dia berkata: “Mereka dalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia.

Jalaluddin as-Suyuti

Dalam Ta’yad al-haqiqat al-’Aliyya, p. 57: “tasauf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid’ah”

Ibn Taimiya (661-728 H./1263-1328 CE)

Majmu Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat, Cairo, Vol, 11, page 497, Kitab Tasawwuf: “Kamu harus tahu bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran Allah dan ketaatan kepada Nabi.” Juga dalam hal 499: “Para syaikh dimana kita perlu mengambil sebagai pembimbing adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita dalam Haji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka’ bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita. Di antara para syaikh yang dia sebut adalah: Ibrahim ibn Adham, Macruf al-Karkhi, Hasan al-Basri, Rabia al-Adawiyya, Junaid ibn Muhammad, Shaikh Abdul Qadir Jilani, Shaikh Ahmad ar-Rafa’i, and Shaikh Bayazid al- Bistami. Ibn Taymiyya mengutip Bayazid al-Bistami pada 510, Volume 10: “…Syaikh besar, Bayazid al-Bistami, dan kisah yang terkenal ketika dia menyaksikan Tuhan dalam kasyf dan dia berkata kepada Dia:” Ya Allah, bagaimana jalan menuju Engkau?”. Dan Allah menjawab: “Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku”. Ibn Taymiah melanjutakan kutipan Bayazid al-Bistami, ” Saya keluar dari diriku seperti seekor ular keluar dari kulitnya”. Implisit dari kutipan ini adalah sebuah indikasi tentang perlunya zuhd (pengingkaran-diri atau pengingkaran terhadap kehidupan dunia), seperti jalan yang diikuti Bayazid al-Bistami. Kita melihat dari kutipan di atas bahwa Ibn Taymiah menerima banyak Syaikh dengan mengutipnya dan meminta orang untuk mengikuti bimbingannya untuk menunjukkan cara menaati Allah dan Rasul Saw.

Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah tasawuf

Berikut adalah pendapat Ibn Taimiah tentang definisi Tasauf dari strained, Whether you are gold or gold-plated copper.” Sanai. Following is what Ibn Taymiyya said about the definition of Tasawwuf, from Volume 11, At-Tasawwuf, of Majmu’a Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah, Cairo: “Alhamdulillah, penggunaan kata tasauf telah didiskusikan secara mendalam. Ini adalah istilah yang diberikan kepada hal yang berhubungan dengan cabang ilmu (tazkiyat an-nafs and Ihsan).” “Tasauf adalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman. Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya. Tasauf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkan Allah: “Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)” Dia melanjutkan mengenai Sufi,”mereka berusaha untuk menaati Allah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan (sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian dari merupakan golongan kanan (ashabus-syimal).”

Imam Ibn Qayyim (d. 751 H./1350 CE)

Imam Ibn Qayyim menyatakan bahwa, “Kita menyasikan kebesaran orang-orang tasawuf dalam pandangan salaf bagaimana yang telah disebut oleh Sufyan ath-Tsawri (d. 161 H./777 CE). Salah satu imam terbesar abad kedua dan salah satu mujtahid terkemuka, dia berkata: “Jika tidak karena Abu Hisham as-Sufi (d. 115 H./733 CE) saya tidak pernah mengenal bentuk munafik yang kecil (riya’) dalam diri (Manazil as-Sa’ireen) Lanjut Ibn Qayyim:”Diantara orang terbaik adalah Sufi yang mempelajari fiqh” ‘

Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi

Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, “Para sufi ini memberi inisiasi (baiat) pada manusia ke dalam keesaan Allah dan keikhlasan dalam mengikuti Sunah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap ma’siat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada Allah” “Di Calcutta, India, lebih dari 1000 orang mengambil inisiasi (baiat) ke dalam Tasauf” “Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuham merka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam”

Tuesday, October 13, 2009

MANISNYA IMAN


Nabi Muhammad SAW bersabda:

Tiga perkara, barangsiapa terdapat padanya yang tiga perkara itu, terasalah olehnya kemanisan Iman (halawat al-iman).

1. Mencintai Allah dan rasul-Nya, lebih dari mencintai segala yang lain

2. Mencintai seseorang semata-mata karena Allah

3. Benci kembali kepada kufur, serupa dengan benci dicampakkannya ke dalam api yang bernyala-nyala (Bukhori dan Muslim)


Dengan manisnya iman, seorang Muslim bisa tegar, sabar dan kuat dalam mengarungi kehidupan. Ia bahagia dalam cobaan hidup yang penuh penderitaan, kesengsaraan dan kesakitan.

Dengan manisnya iman di hati, ia mampu bersikap tawakal. Hal ini karena manisnya iman hanya dapat diraih tatkala semua hal di dunia ini telah dapat dilihatnya dari sisi cinta ilahiah.

Seorang pencinta sejati tidak akan pernah pantang menyerah atau merasa menderita dan tersiksa dalam memperjuangkan citanya. Ia bahkan benci (takut) untuk melakukan hal-hal (kekufuran) yang bisa memalingkan Sang Kekasih dari-Nya.

Jika kita masih merasa berat dan belum bisa merasakan leztnya menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar sesama, barangkali inilah saatnya kita instropeksi. Sudahkah kita mampu menghadirkan Tuhan dan rasulnya dalam seluruh perhatian cinta kita sebagai standar rasa dan kecondongan hati kita di setiap tarikan napas kita?

Thursday, September 3, 2009

H. Muammar ZA - Takbiran.mp3

H. Muammar ZA - Takbiran.mp3
direct atau via 4shared

TAFSIR AYAT PUASA

يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا كُتِبَ عَلَيكُمُ الصِّيامُ كَما كُتِبَ عَلَى الَّذينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS 2: 183)
Makna Umum
Muhammad Ali Ash-Shobuny menerangkan bahwa berpuasa itu diwajibkan pada bulan Ramadhan sebagaimana telah diwajibkan atas umat-umat sebelum kita agar kita bertakwa, yaitu menjadi orang yang bertakwa kepada Allah dengan menjauhi apa yang diharamkan-Nya.[1]


TAFSIR AYAT
Imam Mawardi dalam kitab tafsirnya menjelaskan sebagai berikut:[2]
I. (Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa) Artinya diwajibkan atas kamu berpuasa dari segala sesuatu yang kamu harus menahannya. Ini adalah puasa menurut pengertian bahasa. Adapun puasa menurut pengertian syara' adalah: menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa pada waktu tertentu.
Nabi bersabda,
إن الله تبارك وتعالى يقول :
كل عمل ابن ادم له إلا الصيام فإنه لى .......
"Allah berfirman: Setiap amal anak Adam itu untuk mereka sendiri sedangkan puasa itu untuk-Ku....” (Bukhari 3/24, Muslim 5/122, Nasa'i 4/59). Imam Mawardi menjelaskan dua alasan mengapa puasa itu tampak khusus dibanding ibadah lain:
a. Puasa itu mencegah kepura-puraan diri berikut nafsu yang menyertainya
b. Puasa itu merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya yang tidak ditampakkan kecuali untuk Tuhannya.
Inilah yang menyebabkan puasa menjadi sangat khusus dibandingkan dengan ibadah lainnya.

II. (sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu ) Imam Mawardi menyebutkan tiga pendapat berkenaan dengan siapa yang dimaksud dengan "orang-orang sebelum kamu" :

a. Asy-Syu'bi, Ar-Rabi' dan Asbat mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang Nashrani
b. Mujahid berpendapat bahwa mereka itu adalah Ahlul Kitab
c. Qatadah mengatakan bahwa mereka itu adalah manusia secara umum.
Perbedaan pendapat juga terjadi dalam menjelaskan apa titik kesamaan antara puasa yang diwajibkan kepada umat Muhammad dengan umat yang lalu. Imam Mawardi mengurai dua pendapat dalam hal ini:

a. Kesamaan itu dalam hukum puasa dan sifatnya, bukan dalam hal bilangannya. Hal ini mengingat Yahudi juga berpuasa hanya mereka memulainya dari malam sampai ke malam lagi dan mereka tidak makan sesuatupun setelah malam tiba. Dan itulah juga yang dilakukan oleh umat islam di masa-masa awal Islam, yaitu mereka tidak makan sesuatupun di waktu malam sampai Umar bin Khattab dan Qais bin Sharmah melakukannya. Tindakan Umar dan Qais itu kemudian dihalalkan oleh Allah. Inilah pendapat yang dipegang oleh Ar-Rabi' bin Anas. Ar-Rabi' berpegang pada hadis Nabi, "Perbedaan antara puasa kita dengan puasa ahlul kitab adalah kita makan di waktu sahur"

b. Titik kesamaan itu adalah pada bilangan puasanya. Pendapat ini terbagi dua lagi:
b.1. Kaum Nasrani diwajibkan berpuasa 30 hari sebagaimana kita juga diwajibkan demikian. Dan seringkali itu terjadi pada musim yang sangat panas, lalu dipisah sebagian dilakukan di musim dingin dan saat hari yang cerah. Akan tetapi puasa mereka kemudian ditambah dua puluh hari lagi. Ini untuk menghapus dosa mereka dan menghukum mereka karena mengganti ketentuan Tuhan. Ini pendapat yang dipegang oleh Asy-Syu'bi

b.2. Kaum Yahudi berpuasa tiga hari pada setiap hari Asyura dan tiga hari di setiap bulan. Kondisi ini berjalan selama tujuh belas bulan sampai turun ayat puasa Ramadhan yang menghapus ketentuan itu. Inilah pendapat Ibn Abbas yang mengatakan bahwa ketentuan yang awal-awal dinasakh (dihapus) adalah soal qiblat dan puasa ini.

III. (agar kamu bertakwa)
Potongan ayat ini juga mengandung dua pendapat:

a. agar kamu bertakwa dari apa yang diharamkan dalam berpuasa seperti makan, minum, berhubungan intim dengan isteri. Pendapat ini dipegang oleh Abu Ja'far at-Thabari.
b. maknanya adalah puasa itu menjadi sebab yang mengembalikan kita pada takwa dengan jalan menundukkan jiwa, mengurangi nafsu dan menghilangkan kejelekan. Ini pendapat yang dikeluarkan oleh az-Zujaj.

REFLEKSI
Untuk mengakhiri bahasan ini, ijinkan saya mengutip Syaikh Mahmud Syaltout:[3]

Dan tidaklah diragukan (dalam ayat puasa itu) bahwa panggilan dimulai dengan kata sifat Iman (hai orang-orang yang beriman). Dan inilah dasar kebaikan dan keutamaan. Kemudian taqwa disebut di akhir ayat; inilah ruh iman dan rahasia kemenangan. Ini semua menjadi petunjuk yang kuat dan dalil yang jelas bahwasanya puasa itu wajib, bukan hanya untuk menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari semua hal yang dapat menghilangkan keimanan dan tidak menguatkan keutamaan taqwa itu.
Karenanya barang siapa yang berpuasa dengan maksud bukan untuk Allah, maka dia tidak berpuasa (la shaum lahu). Begitu pula halnya orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan jama'ah kaum muslimin, maka tidak ada puasa baginya (la shaum lahu). Akan halnya orang yang ada hasad dan dendam serta melakukan aktifitas yang dapat memecah belah umat dan melemahkan kekuatan umat, maka mereka juga tidak mendapati puasa. Begitu pula halnya dengan keadaan orang-orang zhalim dan orang yang berkongsi dalam membuat kerusakan.

Orang yang berpuasa itu tidak menyakiti tetangganya baik dengan tangan maupun lidahnya ataupun menghancurkan kehormatan Allah, tidak berbohong dan tidak memakan harta orang lain dengan jalan yang batil.
Inilah makna puasa yang menggabungkan gambaran menahan diri dari hal yang membatalkan puasa. Inilah makna puasa yang menguatkan ruh iman.Ò
Al-Haq min Allah

Catatan Kaki:
1. Muhammad Ali ash-Shobuny, Shafwat at-Tafasir, juz 2, Maktabah al-Ghazali, h, 121
2. Abul Hasan al-Mawardi, an-Nukat wa al-ÕUyun: Tafsir al-Mawardi, jilid 1, Dar al-Kitab al- Ilmiyah, Beirut, h, 235-237
3. Mahmud Syaltout, Al-Islam: Aqidah wa SyariÕah, Dar asy-Syuruq, 1988, h, 108-109

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al Maun.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al Maun.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Quraisy.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Quraisy.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Fiil.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Fiil.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Humazah.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Humazah.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Ashr.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Ashr.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah At-Takatsur.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah At-Takatsur.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al Qoriah.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al Qoriah.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Adiyaat.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Adiyaat.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Az-Zalzalah.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Az-Zalzalah.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Bayyinah.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Bayyinah.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Qadr.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Qadr.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al'Alaq.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al'Alaq.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah AT-Tiin.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah AT-Tiin.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Insyiroh.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Insyiroh.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Adh-Dhuha.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Adh-Dhuha.mp3
direct atau via 4shared

Wednesday, September 2, 2009

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Lail.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Lail.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Asy-Syams.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Asy-Syams.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al Balad.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al Balad.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Fajr.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Fajr.mp3
direct atau via 4shared

Sami Yusuf



Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Ghasyiah.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Ghasyiah.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-'Ala.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-'Ala.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Ath-Thoriq.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Ath-Thoriq.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Buruj.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Buruj.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Insyiqoq.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Insyiqoq.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Muthoffifin.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Muthoffifin.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Infithor.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Infithor.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah At-Takwir.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah At-Takwir.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Abasa.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Abasa.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah An-Naziat.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah An-Naziat.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah An-Naba.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah An-Naba.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Mursalaat.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Mursalaat.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Insaan.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Insaan.mp3
direct atau via 4shared

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Qiyamah.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Qiyamah.mp3
direct atau via 4shared

Tuesday, September 1, 2009

Religi ramadhan 2009


Klik pada judul untuk mendownload :

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Muddatstsir.mp3

Murottal Dan Terjemahan Al Qur'an Surah Al-Muddatstsir.mp3
direct atau via 4shared