Kata kamera yang digunakan saat ini berasal dari bahasa Arab, yakni Qamara.
Sebuah istilah itu muncul berkat kerja keras Al-Haitham.
Bapak fisika modern itu terlahir dengan nama Abu Ali Al-Hasan Ibnu Al-Haitham di kota Basrah, Persia pada saat Dinasti Buwaih menguasai kekhalifahan Abbasiyah.
Karena keahlian dan berbagai hasil penemuannya di bidang optik, banyak ilmuwan menyebutnya sebagai BAPAK OPTIK dunia.
Sejak kecil Al-Haitham dikenal cerdas dan encer otaknya.
Beranjak dewasa ia merintis karirnya sebagai pegawai pemerintah di Basrah.
Namu Al-Haitham lebih tertarik untuk menimba ilmu daripada menjadi pegawai pemerintah.
Setelah itu ia merantau ke Ahwaz dan kota Baghdad.
Di dua kota itulah ia menimba beragam ilmu.
Karena semangat keilmuannya yang tinggi, akhirnya dia terdampar hingga ke Al-Azhar di kota Mesir.
Secara otodidak, ia mempelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika dan filsafat.
Scara serius dia mengkaji dan mempelajari seluk-beluk ilmu optik.
Beragam teori tentang ilmu optik telah dilahirkan dan dicetuskannya.
Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya.
Konon, dia telah menulis tak kurang dari 200 judul buku.
Salah satu buku karyanya yang terkenal adalah:
KITAB AL-MANAZIR
(Buku Optik)
Dalam salah satu kitab yang ditulisnya, Alhazen (begitu dunia barat menyebutnya), juga menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul saat matahari terbenam.
Ia pun juga mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi.
Keberhasilan lainnya yang terbilang fenomenal adalah kemampuannya menggambarkan indra penglihatan manusia secara detail.
Buku sebanyak itu kemana larinya ya.
Orang Islam harusnya memiliki Almari buku atau perpustakaan agar tidak hilang buku-bukunya.
Eman tenan karya umat Islam banyak yang raib beralih tangan.