Sunday, August 31, 2008

Hikayah Ramadhan: Acha Septriasa & Irwansyah (2007)



Acha Septriasa and Irwansyah was a couple of artist from Indonesia. Born in September 1, 1989 she is became popular when she performing in love cinema : Heart. With her boy friend: Irwansyah, they sing in many album. Here is their religious album:

01. Aku Bersujud free download
02. Janji Ramadhan free download
03. Kala Adzan free download
04. Keagungan-Mu free download
05. Menuju Puasa free download
06. Puisi ILLAHI free download

Rahasia Penghasilan Online tanpa perlu Modall
--------> http://penghasilanonlinekita.blogspot.com

Saturday, August 30, 2008

KEUTAMAAN RAMADLAN




Saudaraku semua ! sudah kita maklumi bersama dech! kalau Ramadlan itu bulan yang paling utama.Lalu.... apa saja sich keutamaan Ramadlan itu? yaa kalo disebutin banyak sekali. Namun di sini Kang Anwar mau nyebutin sebagian aja.....

dari beberapa Hadits yang kang anwar ambil dan dimasukin dalam kaligrafi di atas, minimal ada 6 keutamaan.

1. Dibanggakan oleh Alloh swt, Allah swt bangga sekali kepada orang yang Puasa.
2. Do'anya selalu di kabulkan oleh Alloh swt. Ech tapi kalau berdo'a yang baik-baik aja Lho! jangan samapi do'ain yang gak baik kepada orang lain, ntar dosanya malah dobel donk!
3. Tedapat LAILATUL QODAR yaitu malam yang lebih utama dari pada seribu bulan. tentunya kontexnya tidak hanya hal ibadah saja lho!. maksudnya kalau ibadah pada malam itu pahalanya sama dengan ibadah seribu bulan, maka kelau melakukan dosapun ya sama, yaitu bagaikan bergelimang dosa selama seribu bulan. Aduuuuuh amit-amit dech!
4. Al-Itqu Minannaar : dimerdekakan dari api neraka. artinya kita yang puasannya sah dan diterima Oleh Allah swt, maka kita akan dibebaskan dari neraka.
5. Dilipatgandakan pahala amal kebaikannya.
6. Diampuni semua dosa-dosanya.

kalau melihat hadits diatas , maka dibulan ramadlan ini kita akan panen dengan pahala, barokah dan maghfiroh dari Alloh.

Dan yang harus kita ingat dan perhatikan adalah, adanya hadits "Kammin shooimin laisa lhu illal ju'uwal athsyu." banyak sekali orang yang puasa, tapi tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga".

yaitu orang-orang yang puasa cumak menahan makan dan minum doank, semua keinginan nafsunya bebas menguasai dirinya. tidak ada kemampuan mengendalikan sama sekali.

saudaraku semua ! kita sekuat tenaga harus berusaha, bagaimnana puasa kita bisa terlaksana dengan mutu kwalitas yang sangat tinggi.yaaa minimal perilaku kita sehari-hari ikut puasa, anggota badan kita ikut puasa, jiwa dan hati kita juga puasa, pokoknya puasa total n keseluruhan. Istilah jawa POSO : NGEPOSAKE ROSO. artinya mari kita hentikan sejenak semua rasa dan perasaan kita, menyatu ke hadirat Allah swt, Roso adalah Rasa dan Perasaan kita, kita selalu merasa disisi Alloh, dilihat-Nya, didengar-Nya dan selalu diawasi oleh-Nya. kita satukan diri kita bersama-Nya

Aduuuh berat banget ya! yang menulis pun juga merasakan koq! makanya udah disini aja dulu, lain kali sambung lagi. kepada udah terasa berat nich!

Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan pertolongan Alloh......amien

Friday, August 29, 2008

Marhaban Ya Ramadlan



Al-hamdulillahirobbil Aalamiin.
tak terasa dah datang lagi Romadlan yang penuh rahmat, barokah dan maghfiroh dari Allah swt, untuk kita semua. Yaa mari kita sambut kedatangannya dengan senang, hati dan jiwa yang bersih. dengan harapan "kita semua bisa mendapatkan fadhilah bulan ramadlan dan keuatamaanya lailatul qodar.


mohon ma'af nich! belum sempet nulis yang panjang lebar, lain kali disambung lagi.

Friday, August 22, 2008

Vagetoz: Kuatkan Aku

After their success with solo album " Sesuatu Yang Beda", now Vagetoz release religious album title "Kuatkan Aku".

Download here for free:

Kuatkan Aku free download

Rinduku Cinta-Mu(Ikhlas) free download

Pada-Mu Ya Allah free download

Taubatku free download

Hanya Sementara free download

Sujud Syukur free download

Menuju Kemenangan free download

Terimakasih free download

Karaoke:
Kuatkan Aku free download
Pada-Mu Ya Allah free download
Rinduku Cinta-Mu free download
Taubatku free download

Rahasia Penghasilan Online tanpa perlu Modall
--------> http://penghasilanonlinekita.blogspot.com

Lagu Religi Indonesia

Ikhlas (OST Soleha) by Ungu free download
Assalamualaikum by Opick free download
Jalan Lurus by Gita Gutawa free download
Tadarus by Ihsan Tarore Idol free download
Dengan Menyebut Nama Allah by Novia Kolopaking free download
Pada-Mu Kuberlindung by Atina free download
Akhirnya by Gigi free download
Ya Rabbana by Jefri Al Buchari free download


Rahasia Penghasilan Online tanpa perlu Modall
--------> http://penghasilanonlinekita.blogspot.com

REPVBLIK: Hidupku di Jalan-Mu (Album Religi)



  1. Hidupku Di Jalan-Mu free download
  2. Sujudku free download
  3. Hanya Kau Yang Bisa free download
  4. Bila free download
  5. Ampuni Dosa Dosaku free download
  6. Beri Aku free download
  7. Hanya Ingin Kau Tahu free download

Wednesday, August 20, 2008

Opick: Cahaya Hati (2008)

This is the newest of Opick religious album released on August 6, 2008 after three album before that make hit in Indonesia music market before: Istighfar (2005), Semesta Bertasbih (2006) and Ya Rahman (2007).

Download here for free:
01. Hanya Allah
02. Cahaya Hati (Nurul Qolbi)
03. Ya Nabi Salam
04. Alangkah Indah
05. Cinta Setulus Jiwa
06. Hanya Hamba Allah
07. Ketika Cinta
08. Allah Ya Nur
09. Tuhan Lindungilah
10. Ramadhan Tiba

Tuesday, August 19, 2008

Tausiyah Dzikir dan Nasyid (2005)





This is the compilation album of Tausiyah Dzikir and Nasyid. In this album Opick relese the single 'Tombo Ati' (Heart Medicine) for the first time before he release the Tombo Ati album.

Click in the subject to get free download now:

01. Muhasabah - Arifin Ilham
02. Ya Nabi Salam Alaika - Hadad Alwi
03. I'tiraf - Raihan
04. Dengan Menyebut Nama Allah -
Hedi Yunus
05. Istighfar - Bpm
06. Keagungan Tuhan - Yana Yulio
07. Mengemis Kasih - Agus Idwar
08. Pasrahkan Diri -
Yana Yulio
09. Tombo Ati - Opick
10. Damba Cinta-Mu - Nessei

Friday, August 15, 2008

MENGISI KEMERDEKAAN



Pada tanggal 17 Agustus 2008, Indonesia memperingati kemerdekaannya yang ke-63. Seperti biasa, berbagai acara seremonial kebangsaan digelar. Mulai tingkat RT sampai tingkat negara. Berbagai pendapat dan komentar telah diluncurkan di berbagai media massa tentang makna kemerdekaan. Umumnya, para kritikus menyatakan, bahwa secara fisik, Indonesia memang telah merdeka, namun ditinjau dari nilai hakikat kemerdekaan, maka tujuan kemerdekaan itu sendiri masih jauh dari harapan


Enam puluh tiga tahun lalu telah digariskan tujuan kemerdekaan kita, sebagaimana bisa kita simak dalam Pembukaan UUD 1945.

Yakni, untuk membentuk pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Kita bisa menilai, alangkah jauhnya tujuan kemerdekaan itu dari kehidupan kita sekarang. Kita menyaksikan, begitu lemahnya kemampuan pemerintah RI untuk melindungi bangsa dan tumpah darah NKRI. Jutaan warga Indonesia tidak mendapatkan perlindungan yang layak di luar negeri. Puluhan trilyun rupiah hasil lautan kita dijarah kapal-kapal asing. Sumber daya alam kita makin menipis, tanpa memberikan dampak yang berarti bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Kesejahteraan umum untuk kebanyakan rakyat kita, kini terasa semakin menjauh. Kemiskinan begitu merajalela. Kesulitan hidup ada dimana-mana. Angka kemiskinan 39 juta yang dikeluarkan pemerintah sulit untuk dipercaya. Entah standar apa yang digunakan sampai ketemu angka seperti itu. Jumlah buruh tani dan keluarganya saja sudah lebih dari 20 juta jiwa. Betapa pilunya di negeri yang dikaruniai dengan kekayaan alam yang melimpah ruah ini, justru kita menyaksikan rakyat kita antre untuk mendapatkan minyak tanah, minyak goreng, beras murah, dan sebagainya.

Tugas mencerdaskan kehidupan bangsa juga bisa kita pertanyakan sekeras-kerasnya. Biaya pendidikan semakin melambung. Untuk Fakultas Kedokteran di kampus-kampus negeri, mahasiswa diwajibkan membayar puluhan juta.

Jika melalui jalur khusus bisa berkisar pada angka ratusan juta rupiah. Pendidikan semakin mahal. Kita memang menyaksikan sejumlah prestasi besar di dunia olimpiade fisika, matematika, Biologi, dan sebagainya, tetapi itu diraih oleh beberapa gelintir pelajar.

Apakah kita sudah berperan dalam melaksanakan ketertiban dunia? Tentu saja, dalam beberapa hal, kita sudah melakukan hal itu. Tetapi, secara umum, harus kita akui, bahwa kewibawaan kita sebagai sebuah bangsa yang dihuni 230 juta jiwa lebih, dengan komposisi Muslim sekitar 87 persennya, masih belum dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain. Singapura saja yang begitu kecil, sama sekali tidak menampakkan keseganan terhadap Indonesia.

Mengapa bangsa kita menjadi lemah dan tidak berdaya? Mengapa kita menjadi lemah? Sebabnya jelas, karena kita tidak mampu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Dalam pembukaan UUD 1945 yang sebenarnya merupakan naskah Piagam Jakarta telah disebutkan dengan jelas, bahwa kemerdekaan Indonesia terjadi ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.” Jika kita menyadari bahwa kemerdekaan adalah rahmat Allah, maka seharusnya kita memanfaatkan dan mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang diridhai oleh Allah.

Seharusnya kita mensyukuri kemerdekaan ini dengan menjadikan ajaran-ajaran Allah SWT sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; bukan menjadikan hawa nafsu dan aturan-aturan kolonial sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.

Allah SWT telah menjanjikan, bahwa: “Andaikan penduduk suatu wilayah mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri” (QS Al-A’raf:96).

Beberapa ayat al-Quran al-Karim memberikan penjelasan tentang kehancuran suatu bangsa. Penjelasan al-Quran ini sangatlah penting untuk menjadi pelajaran, khususnya bagi kaum Muslimin di Indonesia, agar mereka tidak mengulang kembali tindakan-tindakan yang dilakukan oleh umat terdahulu, yang dengan sombongnya menentang Allah dan para Rasul-Nya. Bahkan sebagian mereka dengan terang-terangan menantang agar azab Allah diturunkan atas mereka. Ketika mereka sudah durhaka dan lupa kepada Allah, maka Allah membiarkan kaum yang durhaka itu untuk mengumbar hasa nafsu mereka, dan kemudian Allah menghancurkan mereka dengan azab-Nya.

Allah SWT berfirman: ”Maka apabila mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba sekonyong-konyong), maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa. (QS al-An’am:44).”

”Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepatutnya berlaku keputusan Kami terhadap mereka, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS al-Isra’:16)

Sebelum kemerdekaan, banyak ulama dan pejuang Islam telah berusaha keras menjelaskan kepada seluruh bangsa Indonesia, khususnya kepada para pemuka negeri ini yang beragama Islam, bahwa Islam patut dijadikan sebagai dasar negara Indonesia merdeka nanti. Sebab, Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, nabi terakhir untuk seluruh manusia. Tetapi, banyak para tokoh waktu itu yang menolak untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara Indonesia, meskipun mereka beragama Islam. Berbagai perdebatan dalam berbagai forum sudah dilakukan untuk menentukan apa dasar bagi negara yang akan merdeka nantinya.

Pada tahun 1922, tokoh dan pendiri Al-Irsyad, Syekh Ahmad Surkati, misalnya, pernah berdebat dengan para tokoh komunis yang tergabung dalam Syarekat Islam Merah. Tema debatnya ialah: "Dengan apa Indonesia ini bisa merdeka. Dengan Islam kah atau Komunisme?"

Al-Irsyad diwakili oleh Syekh Ahmad Surkati, Umar Sulaiman Naji dan Abdullah Badjerei, sedang SI Merah diwakili Semaun, Hasan, dan Sanusi. Tentu saja, perdebatan itu tidak mencapai titik temu. Pada tahun 1940-an, juga sudah terjadi polemik antara Soekarno dengan A. Hasan serta Natsir tentang kedudukan agama dalam negara.
Soekarno melontarkan gagasannya soal hubungan agama dan negara di Majalah “Pandji Islam” nomor 12 dan 13 tahun 1940. Ia menulis sebuah artikel berjudul “Memudakan Islam”. Dalam tulisannya, Soekarno mendukung sekularisasi yang dijalankan Kemal Attaturk di Turki. Dengan sekularisasi tersebut, menurut Soekarno, Turki telah melakukan apa yang telah dilakukan negara-negara Barat.


Di negara-negara seperti Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Jerman, dan lain-lain, urusan agama diserahkan kepada individu pemeluknya; agama menjadi urusan pribadi, dan tidak dijadikan sebagai urusan negara, tidak dijadikan sebagai agama resmi negara. A. Hassan – pendiri Persatuan Islam -- mengritik keras pandangan Soekarno tentang sekularisme. Di Majalah yang sama ia menulis artikel berjudul “Membudakkan Pengertian Islam”. Hassan menyebut logika Soekarno sebagai “logika otak lumpur”.
A. Hassan menegaskan: “Ir. Soekarno tidak mengerti, bahwa Eropa memisahkan agama Kristen dari Staat (negara), tidak lain karena di dalam agama Kristen tidak ada ajaran (konsep) tentang pemerintah. Dari jaman Nabi Isa hingga sekarang ini belum pernah terdengar bahwa suatu negara menjalankan hukum agama Kristen.”

Soal penyalahgunaan Islam oleh negara, menurut A. Hassan, hal yang sama bisa terjadi pada paham yang lain, seperti paham kebangsaan yang dianut oleh Soekarno. “Apabila suatu negara atau kerajaan telah menjadikan Islam sebagai perabot (alat) sehingga ia menjadi penghambat kemajuan dan hilang pengaruhnya, maka siapakah yang bersalah? Negara atau Agama? Kalau di suatu tempat (paham) kebangsaan dijadikan untuk memecah belah, maukah saudara Ir. (Soekarno) membuang dan menyingkirkan (paham) kebangsaan dengan alasan yang sama,” kata A. Hassan.

“Saudara Ir. (Soekarno) rupanya tidak atau belum mengetahuinya, bahwa bencana dunia yang sebegini banyak datangnya justru dari negara yang tidak menggunakan agama sebagai hukum positif. Kalau negara diurus secara atau menurut agama, niscaya selamatlah dunia dari segala bencana,” tulis A. Hassan.


Perdebatan itu akhirnya masuk ke dalam sidang-sidang BPUPKI. Setelah diterimanya rumusan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945, sidang-sidang BPUPKI berikutnya masih diwarnai dengan perdebatan sengit seputar kedudukan Islam dalam negara Indonesia. Dalam rapat tanggal 15 Juli 1945, tokoh NU, KH Masjkur mengusulkan agar rumusan ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan rumusan ”Agama resmi bagi Republik Indonesia ialah agama Islam.”

Melengkapi buku Risalah Sidang BPUPKI yang diterbitkan oleh Setneg, RM. A.B. Kusuma – dosen Fakultas Hukum UI -- melahirkan bukunya yang berjudul ”Lahirnya Undang-undang Dasar 1945” (2004). Buku ini memuat catatan-catatan sidang BPUPKI dan PPKI yang sebagiannya belum termuat dalam buku Risalah Sidang BPUPKI terbitan Setneg. Disebutkan, bahwa pada tanggal 16 Juli 1945 ditetapkan Rancangan ketiga UUD 1945 yang antara lain memuat pasal-pasal sebagai berikut:

”Presiden ialah orang Indonesia asli, yang beragama Islam.” (pasal 6, ayat 1), ”Negara berdasar atas Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.” (pasal 29 ayat 1).

Tetapi, sejarah kemudian mencatat, bahwa semua rumusan itu akhirnya berubah pada 18 Agustus 1945. Semangat kemerdekaan menekan keinginan tokoh-tokoh Islam dalam PPKI untuk mempertahankan rumusan lama dalam Piagam Jakarta, dan menginginkan negara ini dapat segera mengisi kemerdekaannya. Para tokoh Islam kemudian berupaya melanjutkan perjuangan untuk mewujudkan aspirasi Islam secara konstitusional melalui jalur Konstituante tahun 1955-1959.

Meskipun gagal mencapai hasil 100 persen, lahirlah kemudian Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang menegaskan, bahwa Piagam Jakarta adalah menjiwai dan merupakan satu kesatuan dengan UUD 1945. Dekrit ini, sebagaimana pernah kita bahas dalam CAP sebelumnya, cukup memberikan peluang besar bagi umat Islam untuk mewujudkan aspirasinya dalam berbagai bidang kehidupan.

Kini, umat Islam Indonesia perlu mensyukuri hasil perjuangan para pendahulunya. Tidaklah patut mengesampingkan hasil-hasil perjuangan mereka. Tidaklah etis melupakan jasa-jasa mereka, dan menganggap seolah-olah di Indonesia ini belum pernah ada ulama atau pejuang Islam yang berusaha keras menegakkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Tidaklah benar jika dikatakan, bahwa ide menegakkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan baru muncul belakangan ini, yang dibawa oleh tokoh-tokoh pergerakan Islam tertentu.

Sebagai umat Islam sepatutnya kita menghargai perjuangan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Pangeran Diponegoro, Syekh Yusuf Maqassari, Imam Nawawi al-Bantani, Kyai Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, Ahmad Surkati, A. Hassan, Moh. Natsir, Hamka, Imam Zarkasyi, dan sebagainya. Mereka-mereka telah menorehkan jasa-jasa besar dalam perjuangan Islam di Indonesia ini. Adalah tugas kita sekarang, sebagai generasi pelanjut mereka, berjuang lebih keras, melanjutkan perjuangan mereka, agar cita-cita Islam dapat benar-benar tegak di bumi Indonesia.

Para pendahulu kita dahulu adalah orang-orang yang memiliki kualitas ilmu yang tinggi dan sekaligus pejuang-pejuang yang gigih dalam menyebarkan Islam. Mereka senantiasa menyebarkan dakwah melalui jalur keilmuan untuk mendidik masyarakat agar mengenal ajaran-ajaran Islam dengan baik. Mereka sangat tekun dan sabar dalam membimbing masyarakat melalui ponsok-pondok pesantren dan sekolah-sekolah yang mereka dirikan sehingga dari situ lahirlah ulama-ulama dan dai-dai yang kemudian menyebarkan Islam ke berbagai penjuru tanah air.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk meneruskan perjuangan para pendahulu kita. Amin.


MERDEKA DALAM BERFIKIR



"kenapa kamu tidak berpikir?"
(Al an'am:50)

Al Qur'an menyuruh menggunakan akal

salah satu dari tiang tiang ajaran islam yang penting ialah :menghargai akal manusia dan melindunginya daripada tindakan tindakan yang mungkin dilakukan orang atas ni'mat Tuhan yang tak ternilai itu.junjungan kita meletakkan akal pada tempat yang terhormat ,menjadikan akal itu salah satu alat untuk mengetahui Tuhan.



Bertebaran didalam al Qur'an beberapa pertanyaan pertanyaan untuk memikat perhatian menyuruh mempergunakan pikiran,mendorong manusia suapaya menjalankan akalnya: " kenapakah mereka tidak berpikir? kenapakah mereka tidak ingat? kenapakah mereka tidak mempergunakan akalnya?" dan demikainalah seterusnya.

Disuruh orang memperhatikan tumbuh tumbuhan yang hidup dan ditanya ,apakah dan siapakah yang menghidupkan dan menumbuhkan tumbuh tumbuhan itu.disuruh orang memperhatikan api yang menyala, dan ditanya apakah dan siapakah yang menyalakan nya.disuruh memperhatikan air hujan yang turun dari langit dan ditanya siapakah dan apakah yang menurunkan nya,apakah manusia atau siapa.disuruh orang memperhatikan binatang hewan yang berguna bagi manusia seperti unta( bagi orang arab) ,disuruh memperhatiakn bumi yang terhampar,memperhatikan langi yang melengkung,gunung yang tegak bertumpuk,awan dan mendung yang berduyun beriringan ,disuruh pikirkan dan disuruh mengambil konklusi sendiri tentang kebenaran dan kekuasaan Tuhan,disuruh dan diajar manusia supaya "melihat" hikmah,serta qudrat dan iradah kholiqnya "dibelakang" semua makhluk yang dapat dilihatnya dengan mata kepala.

demikiankah Al Qur'an berkata antara lain:
"tidakkah kamu pikirkan bibit yang kamu tanam?

"kamukah yang menumbuhkan ataukah kami yang menumbuhkan?

"tidakkah kamu pikirkan air yang kamu minum?"

"tidakkah kamu yang menurunkan dari awan ataukah kami yang menurunkan nya?"

"tidakkah kamu pikirkan api yang kamu keluarkan dari pohon kayu?"

"kamukah yang mengadakan pohon kayu itu atukah kami yang mengadakan nya?"


siapakah diantara orang orang yang berakal yang tidak akan terpikat hati dan perhatian nya oleh cara agama islam membawakan manusia kepada mengetahui Tuhannya seperti terlukis dalam ayat ayat yang kita cantumkan diatas itu.

sudah tak salah lagi ,bahwa salah satu dari jasa islam bagi manusia dan kemanusian ialah "mobilisasi akal" pembukaan dan penggerak akal manusia yang lama tidak mendapat tempat yang semestinya dalam perikehidupan rohani dan jasmani manusia.

Bukalah Al Qur'an ,dihalaman mana jua pun.sudah tentu akan terasa oleh tiap tiap seseorang yang membacanya,bagaimanakah dorongan islam yang tak kurang kurangnya untuk memakai akal, mempergunakan pikiran sebagai satu ni'mat Tuhan yang tak ternilai harganya.

Kita orang islam diwajibkan memakai akal untuk memikirkan ayat ayat al-Qur'an supaya mengerti akan maksud dan ma'na nya:lantaran ayat ayat al Qur'an itu diturunkan untuk yang mau berpikir ,mau mengambil ma'na ,mau mengetahui ,mau beristinbath,mengambil konklusi.

" sesungguhnya kami terangkan ayat ayat itu untuk orang orang yang mengetahui"( Al an'am :97)

"sesungguhnya kami terangkan ayat ayat itu bagi kaum yang suka mengambil pengertian"( Al an'am:98)

AL-QUR'AN MENCELA ORANG YANG TIDAK MENGGUNAKAN AKAL

Agama Islam amat mencela orang yang tidak menggunakan akal nya,orang yang terikat pikirannya dengan kepercayaan kepercayaan dan faham faham manusia yang tak berdasarkan dasar yang benar;mereka yang tidak mau memeriksa,apakah kepercayaan dan faham faham yang disuruh orang terima itu betul dan berdasar kepada kebenaran atau tidak.

Tegasnya, agama islam melarang kita bertakliq buta kepada faham dan itikad yang tak berdasar kepada wahyu illahi yang nyata,hanya sekadar menurut faham faham lama (pikiran pikiran tradisional) yang turun temurun dengan tidak mengetahui dan memeriksa terlebih dahulu ,apakah faham itu berguna dan berfaedah dan suci atau tidak.

"dan janganlah engka turut turut saja dalam hal hal yang enkau tidak mengetahui pengetahuan tentangnya,(karena)sesungguhnya pendengaran dan peblihatan dan hati ,semuanya itu akan ditanya tentang (turut turutan) itu" ( Al isra':36)

"mereka berkata: tidak ,tetapi kami menurut apa yang dikerjakan oleh nenek moyang kami (saja)".apakah mereka juga menurut nenek moyang mereka walaupun mereka ini tidak memikirkan sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?"(Al bagarah:170)

"apakah (juga turut menurut nenek moyang mereka) apabila mereka ini tidak mempunyai pengetahuan sedikit jua pun,dan tidak terpimpin kejalan yang benar?"(Al maidah:104)

demikianlah contoh dari pernyataan pernyataan yang mengandung jawaban dalam Qur'an yang tepat dan tajam,dihadapkan kepada manusia,supaya mereka menghargai akal dan memakai akal sebagaimana mestinya.


METODE BERFIKIR DALAM ISLAM

Kalau ditanah barat orang menyangka bahwa baco van verulam lah yang mulai mengemukakan apa yang disebut "inductive method" dalam berpikir ,maka Rasulullah SAW sudah mengajarkannya beberapa abad sebelum itu.mengajarkan satu cara berpikir ,yang sampai sekarang menjadi dasar bagi tiap tiap penyelidikan ,yang berhak dinamakan "ilmiah" (scientific).


Dalam islam akal mendapat tempat yang mulia.dalam islam akal tidak ditindas melainkan dipergunakan dan diberi jalan,diberi aliran untuk kemanfaatan kita manusia.

tetapi, apakah ini juga berarti bahwa islam memberi kemerdekaan berpikir dengan tak terbatas?

apakah ini juga berarti bahwa orang islam harus melemparkan semua faham faham yang dianggap "lama" dan harus menjadikan "akal merdeka" nya sebagai hakim yang tertinggi dalam semua hal?!

AKAL MERDEKA YANG MEMIMPIN

Manakah dia,akal merdeka itu?
akal merdeka telah memerdekakan kaum muslimin dari kekolotan yang membekukan otak.akal merdeka telah melepaskan kaum muslimin dari kebekuan berpikir .akal merdeka telah melahirkan seorang washil bin 'atha' , yang telah berani menentang arus mazhab imam hasanul basri.akal merdeka telah melahirkan seorang abdul huzhail al allaf,seorang an nazzam dan lain lain pujangga mu'tazilin,yang tidak kalah ketajaman otaknya dari filosof filosof barat yang termasyur.

akal merdeka telah melahirkan seorang mufassir fachruddin ar razi ,yang menciptakan satu tafsir Qur'an yang tetap up to date sampai sekarang.akal merdeka telah melahirkan seorang Al Asy'ari yang diwaktu kecilnya dididik dalam suasana madzab "ahlis sunnah" kemudian berani berpisah (beri'tizal)dari madzab tersebut.dan kemudian tak gentar pula meninggalkan madzab muta'zilah dan membantah beberapa ajaran ajaran "rasioanal" dari kaum mu'tazilah dengan senjata mu'tazilah sendiri,yakni dengan "akal merdeka" pula.

Al asy'ari yang dalam teori falsafahnya tentang "ainusy syai " tak kalah bila dibandingkan denga teori "das ding an sich" dari immanuel kant.Al asy'ari yang teori qadha dan qadarnya tak kalah jika dibandingkan dengan teori "harmonia praestabilia" dari seorang leibnizt.akal merdeka melahirkan seorang ghozali,seorang ibnu taimiyah,seorang muhammad abduh dan lain lain.

KESESATAN AKAL MERDEKA

Sebaliknya!
lantaran akal merdeka pula timbulnya faham kaum karramiet yang mengemukakan iti'kad "anthopomorphisme" yang bertentangan dengan dasar dasar aqaid islam,apalagi roh dan spirit islam.

Lantaran akal merdeka itu pula timbulnya i'tikad "pantheisme" dalam kalangan tasauf.yaitu lantaran akal merdeka yang tak mau tahu dengan tradisi hadist dan al Qu'ran,dan merdeka membelok belokkan makna hadist dan Qur'an itu sebagaimana yang cocok dengan si akal merdeka itu sendiri.

Lantaran akal merdeka pula seorang al hallajj bisa berkata: " ana al haqq" "akulah Tuhan...!"

Lantaran akal merdeka orang mungkin mengadakan bermacam upacara dan menghukumkan yang demikian itu selaku ibadah.memang,lantaran akal merdeka yang tidak mau peduli dengan tidak adanya contoh yang demikian itu dari yang satu satunya berhak menentukan cara peribadahan kepada Tuhan,yakni Rasulullah SAW sendiri.

Lantaran akal merdeka itu pula timbulnya upacara azan dikubur ,meminta syafaat kekubur dan lain lainnya.

Lantaran merdekalah mula mula timbul macam barang baru dalam urusan ibadah,terjadi bermacam macam khurafat ,khurafat kuno dan khurafat modern.

Sepintas lalu seolah olah berlawanan terdengarnya,seolah olah paradoxaal bunyinya,akan tetapi sesungguhnya memang begitu.

Dengan akal merdeka orang kita bisa mencela ,mengeritik dan menjelek jelaekkan orang pergi kemeriam si jagur dengan alasan alasan tidak ma'kul,tidak rasional!mereka yang dicela pandai pula mempertahankan perbuatannya dengan akal merdekanya!


AKAL MERDEKA YANG TERBEBAS


Akal yang merdeka dari patokan patokan agama ,yang merdeka dari "spirit" agama,mungkin akan menjadikan kuburan kuburan Dr.sutomo dan cokroaminoto tempat berkaul dan berniat.akal merdeka pula mungkin mencari cari alasan untuk mendirikan diatas kuburan pemimpin islam seperti cokroaminoto satu qubbah,ya satu gedung dengan gambar yang indah dan permai,yang membukakan pintu bermacam macam khurafat,yang selama ini dicela akal merdeka itu sendiri.

akal merdeka mungkin mencela orang yang percaya kepada azimat dan maskot,mencela orang yang memuja kepala patung ,lantaran tak " logis" , "tak masuk akal" .akan tetapi akal merdeka itu pula pandai menceritakan alasan dan helah ,untuk bersalut kepada bendera ,dan bersalut kepada api unggun.pandai menceritakan alasan yang " rationeel" untuk mengadakan patung raden ajeng kartini ,meletakkan patung itu ditempat terang terang laras,mengatur upacara berdiri dan berta'jub tafakur dihadapan benda yang tak bernyawa itu.

semua khurafat,semua bid'ah,semua takhayul bisa di "logis" kan , di "rasional" kan oleh siakal merdeka.

akal merdeka ada pada sisi sipintar dan sibodoh.sipintar berakal akal secara pintar.sibodoh berakal merdeka secara bodohnya.taqlid ada,pada sisi si jahil dan si intelek.si jahil berturut munding secara jahil , si intelak bertaqlid buta


Walloohu A'lam Bishowab

ANUGERAH KEMERDEKAAN



KEMERDEKAAN adalah suatu anugerah dari Allah swt. Begitu dilahirkan di dunia, telah melekat pada diri setiap manusia hak untuk hidup bebas. Manusia bebas untuk menentukan jalan hidupnya, untuk memilih cara dan gaya menjalani kehidupan lengkap dengan ketentuan dan konsekuensinya. Manusia dipersilakan untuk mengembangkan diri dan potensinya dengan landasan kemerdekaan itu

Tetapi dalam sejarah yang dipopulerkan selama ini, ummat Islam Indonesia sempat mengenyam pengalaman pahit selama tiga setengah abad. Masa itu disebut sebagai masa kolonial lantaran bumi ummat Islam di nusantara diaku sebagai milik para pendatang --yang non-muslim. Pengakuan itu jelas tidak sah, tetapi mereka menegakkannya dengan segala daya dan kekuatan, yang ternyata tidak bisa diatasi oleh kaum muslimin.
Betapa pedihnya kehidupan pada saat itu. Kita tidak mempunyai kesempatan untuk membangun dan mendayagunakan kemampuan. Gerak dan kreativitas dibatasi. Kita hidup di bawah bayang-bayang dan ancaman. Kaum penjajah itu telah menindas bukan saja secara fisik dan harta benda, tapi juga secara moral dan spiritual.
Secara fisik para pendahulu kita mendapat penyiksaan mulai dari yang ringan sampai yang paling berat. Para pejuang telah mereka perlakukan ibarat budak di Eropa, bahkan lebih kejam lagi. Kaum pribumi yang dianggap lebih bodoh dan lemah itu telah ditipu dan dipaksa untuk menyerah bulat-bulat, lalu dijadikan bulan-bulanan.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah, mereka telah membawa lari harta kekayaan negeri ini sekuat alat pengangkutnya. Kekayaan itulah yang mereka gunakan sebagai modal untuk memodernisasi negeri dan menyejahterakan rakyat mereka sendiri.
Secara moral dan spiritual, kaum muslimin khususnya, mendapatkan tekanan yang tidak kalah beratnya. Para juru dakwah, kiai dan ulama mendapatkan perlakuan yang tidak terhormat. Bahkan kelompok ini termasuk dalam kelompok yang paling dicurigai dan dicap 'ekstremis' yang tidak boleh ada di muka bumi. Sebab mereka memang yang paling anti penindasan dan ketidakadilan. Dari para pemuka agama itu pula tumbuh semangat yang tak pernah padam pada rakyat jelata untuk terus menentang segala pentuk perampasan hak asasi. Musuh utama kaum penjajah itulah yang telah mendidik rakyat awam tentang hak-hak pribadinya, lewat sentuhan dan pendekatan agama.
Islam dan kemerdekaan
Islam tidak mengenal penjajahan. Ajaran-ajaran Islam justru menunjung tinggi persamaan hak dan kebebasan (kemerdekaan). Islam menegakkan tinggi-tinggi akhlak yang mulia dengan sikap saling menghargai antar sesama. Menjajah atau (bersedia) dijajah atau diperbudak, sama-sama tidak dibenarkan oleh Islam.
Dalam pergaulan masyarakat antar bangsa, Islam tidak mengenal penindasan dan diskriminasi. Hadirnya bangsa-bangsa di dunia yang beragam adalah untuk saling membantu, tolong-menolong dan saling memberi ta'aruf (berkenalan) sebagaimana ditetapkan oleh Allah swt:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al-Hujurat: 13)
Bahkan, satu hal yang tidak dapat diragukan lagi ialah bahwa Islam --dengan prinsip kemerdekaan itu-- telah meninggikan peradaban dunia dan meluaskan khazanah ilmu pengetahuan. Ilmu Islam telah pula menerangi bangsa-bangsa yang mau menerima ajaran-ajarannya, dari perbatasan negeri Cina di sebelah timur hingga Andalusia (Spanyol) di Barat. Pada waktu itu, penduduk di belahan Eropa pada umumnya mengirimkan siswa-siswanya untuk belajar pusat-pusat ilmu di Kordoba maupun Baghdad. Mereka mempelajari bahasa Arab, kemudian menerjemahkan berbagai buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa mereka.
Islam tidak membenarkan ummatnya pelit dalam memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada masyarakat dunia. Tidak seperti halnya dengan Barat sekarang, yang dikenal sangat hati-hati (baca: pelit) untuk mentrasfer ilmu pengetahuan yang telah mereka kembangkan, khawatir akan menggeser dominasi mereka.
Kehadiran Islam memang untuk memberi rahmat bagi seluruh alam, bukan untuk kepentingan suatu golongan atau kelompok tertentu semata. Kaum muslimin sangat mematuhi undang-undang ad-Din yang sangat berwibawa, yang dalam hal ilmu ini diwakili oleh salah satu sabwa Rasulullah saw:
"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu ketika ditanya, maka di hari kiamat ia akan dikekang dengan tali kekang dari api neraka." (HR. Jama'ah, Ahmad, dan Abu Hurairah)
Syukur nikmat
Angin kemerdekaan yang telah kita nikmati sekarang menuntut kita untuk pandai-pandai mensyukurinya. Wujud kesyukuran itu, di samping bekerja keras untuk membenahi infra struktur fisik maupun non-fisik, juga menegakkan nilai-nilai kebenaran.
Tugas yang terakhir inilah yang dirasakan cukup berat, di tengah era kompetisi seperti saat ini. Karena itulah Islam dan kebenaran ajarannya sudah sangat layak untuk ditegakkan. Nilai-nilai ajarannya sudah saatnya dibumikan di alam yang sudah bebas ini. Bila tidak, maka penjajahan dalam bentuknya yang lain, dengan jumlahnya yang lebih banyak akan kembali mencengkeram negeri ini.
Para penjajah secara fisik boleh pergi, akan tetapi ideologi mereka kini perlahan-lahan telah merembas masuk ke dalam tata nilai kehidupan bermasyarakat. Gejala-gejala itu sudah kita rasakan dari sekarang.
Musuh dan para penjajah tidak akan pernah berhenti melakukan penyerangan, sebelum kita benar-benar telah menjadi miliknya, dikuasainya. Allah swt berfirman:
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah." (QS. Al-Anfal: 60)
Dalam bahasa Al-Qur'an, kewaspadaan diseluruskan dengan syukur. Barangsiapa yang tidak bersyukur terhadap anugerah yang telah Allah berikan, dengan tidak meningkatkan kewaspadaan dan keberhati-hatian, maka Allah akan menggantinya dengan adzab yang sangat pedih:
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7)
Peringatan Allah ini mengandung pelajaran yang sangat mendalam. Agar manusia tidak terlena setelah memperoleh salah satu bentuk kenikmatan. Termasuk dalam hal ini, nikmat hidup di alam kemerdekaan. Sebab, jangan-jangan, secara tidak sadar kita sedang menyerahkan diri kepada bentuk penjajahan yang lebih canggih, yakni perbudakan halus manusia oleh manusia. Buktinya, kita lebih suka menghambakan diri kepada kepentingan dunia ketimbang mematuhi peringatan-peringatan Allah menyangkut kehidupan dunia ini. Kita beranggapan bahwa agama adalah urusan akhirat, sedangkan yang kita hadapi adalah kenyataan dunia yang penuh liku dan keruwetan. Kita lupa, bahwa agama, atau aturan Allah itu diturunkan, justru untuk mengatur hidup kita selama masih berada di dunia. Setelah urusan dunia selesai, kiamat datang, aturan agama tidak ada gunanya lagi. Pola pikir seperti ini adalah salah satu hasil penjajahan aqidah yang telanjur merasuk ke relung hati kita.
Kita masih mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya. Agar kehidupan masa depan generasi yang kita tinggalkan, tidak tumbuh menjadi generasi yang mudah diperbudak apapun juga. Sebab sungguh sangat malang negeri ini, bila generasi yang hidup di dalamnya adalah mereka yang hidupnya mudah diperbudak. Kita berlindung kepada Allah dari hadirnya generasi yang seperti ini.


ISLAM DAN KEMERDEKAAN




Besok taggal 17 Agustus kemerdekaan RI genap berusia 63 tahun. Ibarat seorang manusia, usia 63 tahun adalah usia tua dan sekaligus fase kematangan berfikir dan puncak produksi. Ia telah melewati beberapa fase dalam hidupnya seperti masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Tetapi bila hal itu kita terapkan pada bangsa ini, kondisi riilnya sama sekali tidak membenarkan idealita itu. Bahkan sepertinya kita masih berada pada fase belajar dewasa. Ibarat manusia, pada dirinya terjadi pertumbuhan yang tidak normal, mengalami kelambanan dalam berfikir dan bertindak. Kenapakah hal itu bisa terjadi?

Itulah yang harus sama-sama kita fikirkan melalui renungan ini. Dalam pandangan Islam kemerdekaan tidak hanya diukur dari terbebasnya sebuah bangsa dari penjajahan kolonial. Memang itu tidak dipungkiri sebagai salah satu alat ukur. Karena kondisi terjajah membuat suatu bangsa bergantung kepada pihak yang menjajah. Kemudian tidak adanya kebebasan (hurriyah) bertindak dan menentukan nasib sendiri dari bangsa terjajah. Segala keputusannya tergantung pada si penjajah. Namun kemerdekaan yang hakiki baru dapat dirasakan bila semua makna ‘penjajahan’ tersebut betul-betul sirna dan berakhir dalam kehidupan suatu bangsa. Suatu bangsa baru dikatakan merdeka yang sesungguhnya, bila bangsa itu hidup mandiri, tidak menggantungkan nasibnya kepada negara lain. Kemandirian di sini khususnya menyangkut hal-hal yang general, seperti kemandirian ideology, ekonomi, politik, hukum, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Kemandirian tidak berarti menutup pintu untuk bekerjasama dengan bangsa lain untuk meraih suatu tujuan yang menguntungkan bersama.
Kemandirian ekonomi berarti bangsa itu tidak menggantungkan hidupnya dan perputaran roda perekonomiannya dari bantuan dan pinjaman luar negeri. Kemandirian poilitik berarti bangsa itu betul-betul bebas dalam menentukan kemauan dan kebijakannya, tidak dipengaruhi oleh kemauan dan kepentingan negara-negara maju. Bila bangsanya menginginkan agar Islam diterapkan dalam hidup bernegara, penguasa negeri itu mengikuti tuntutan rakyatnya, bukan mendengar gertakan-gertakan negara maju yang senantiasa mengkhawatirkan pelaksanaan aturan Islam di negerinya sendiri. Kemandirian hukum lebih jelas lagi. Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu melahirkan perundang-undangannya sendiri. Bukan menggunakan hukum produk negara penjajah. Bangsa muslim baru dikatakan merdeka, bila mereka sudah mampu menerapkan syari’ah Islam dalam semua segi kehidupan mereka, bukan memilah-milah bagian yang sifatnya pribadi dan keluarga saja. Di sinilah perbedaan pokok antara Islam dengan ideologi lain. Islam mengharuskan pemeluknya untuk patuh dan tunduk kepada aturan hukumnya. Dalam masalah-masalah pokok, Islam tidak menyerahkan aturan itu kepada manusia, karena hal tersebut akan rentan dengan perebutan kepentingan. Oleh karenanya diambil alih oleh Allah swt yang mengetahui persis hal-hal yang sesuai dengan kebaikan manusia dan bahaya yang mengancamnya. Demikian juga dengan kemandirian budaya, apabila budaya bangsa itu tidak diwarnai oleh infiltrasi budaya asing (barat), dalam kehidupan remaja, rumah tangga, etika pergaulan dsb. Dan lebih prinsip lagi adalah pola pikir atau sering disebut sebagai ‘ideologi’. Insan yang merdeka adalah insan yang tidak mengkopi pemikiran dan tidak mewarisi pola pikir kaum penjajah, seperti sekularisme, materialisme, hedonisme dan isme-isme lainnya. Akan tetapi insan yang berpegang teguh pada ideologinya sendiri. Bila ia seorang muslim, maka ideologi yang dianutnya seharusnya Islam. Sehingga pemikiran dan pola berpikirnya senantiasa mengacu kepada kerangka berfikir Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.
Apabila pilar-pilar tersebut belum terpenuhi secara global, maka sulitlah untuk mengatakan bangsa itu telah merdeka. Yang ada hanyalah merdeka dari penjajahan fisik dan militer sebagaimana yang lazim dikenal pada awal abad kedua puluh lalu. Bagaimana mungkin dapat disebut suatu bangsa merdeka bila masalah bangsa itu dari persoalan politik hingga budaya sangat dipengaruhi oleh kekuatan asing. Dari ujung rambut ke ujung kaki disetir oleh orang luar. Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah ketergantungan –untuk tidak menyebut keterjajahan- ini disebabkan karena kelemahan dalam diri bangsa-bangsa yang baru merdeka atau sebuah kondisi yang dipaksakan oleh pihak penjajah kepada mereka, yang betapapun mereka mau lepas dari kerangkeng penjajah itu tetap saja akan terikat oleh rantai-rantai lainnya?
Kedua kemungkinan ini dapat terjadi secara bersamaan. Bahwa bangsa-bangsa muslim sekarang belum menyadari sepenuhnya arti keterbebasan itu (yang ada hanya pada segelintir orang saja), memang suatu realita yang tidak dapat ditolak. Tetapi dari percaturan politik internasional kemungkinan kedua tadi juga tak dapat ditampik adanya. Tapi yang sadar akan hal ini hanya kalangan tertentu dari bangsa-bangsa muslim. Pada umumnya mereka sudah tertidur dengan nyanyian kemerdekaan dan ‘kesenangan’nya. Sungguh amat jelas konspirasi negara-negara barat terhadap negara-negara muslim yang ingin melepaskan jerat penjajahan itu. Tetapi mereka yang betah dengan kondisi terjajah, akan dibiarkan begitu saja dan dimamahi oleh si penjajah. Penguasa yang ada di negara-negara muslim hanyalah perpanjangan tangan kaum kolonial saja. Sebab, kaum penjajah tidak bakal meninggalkan negara jajahannya sebelum yakin bahwa yang menggantikannya di kursi kekuasaan adalah orang-orang yang bercorak pikiran serupa dengan si penjajah. Jadi, –seperti mengutip istilah Sayed Quthb- keluar "Inggris putih", masuk "Inggris cokelat". Sebenarnya kaum kolonial barat tidak mengizinkan kita merdeka dengan sesungguhnya? Sehingga mereka berupaya dengan berbagai cara untuk tetap mempertahankan ketergantungan itu, yang diawali dari ketergantungan ekonomi, kemudian merembes kepada ketergantungan politik, dan tidak disadari masuk dalam jerat ketergantungan budaya, sementara ikatan hukum belum bisa dilepaskan, karena elit-elit yang masih terbelit oleh jerat ideologis.
Dalam konsep Islam kemerdekaan diawali dari keterbebasan `aqidah dan pola pikir manusia dari mengikuti ‘hawa nafsu’. Sebab menurut terminologi `aqidah hanya dikenal dua arus, 1. arus Allah swt dan 2. arus thaghut (Syaitan). Orang yang tidak mengikuti arus Allah swt –sadar atau tidak sadar- sudah pasti akan terkoptasi oleh arus thaghut. Orang beriman membebaskan diri dan keinginannya dari segala keterikatan di luar Allah. Arus Allah itu rambu-rambunya sudah jelas baik dalam dimensi politik, ekonomi, hukum, budaya, dll. Kesemuanya mengancu kepada ketentuan Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya. Manusia berfikir bagaimana menerapkan aturan itu dan mengembangkan ke bagian-bagian yang belum terjangkau secara harfiyah oleh aturan itu melalui mekanisme ‘ijtihad’. Manusia jangan seklai-kali berfikir ingin merubah atau lari dari aturan itu. Konsekuensinya harus dibayar dengan biaya yang sangat mahal –ketersesatan di dunia dan neraka di akhirat. Itulah yang terjadi sekarang ini, dimana manusia kehilangan kemanusiaannya karena mengikuti ‘hawa nafsu’nya (thaghut). Sistem-sistem yang mereka ciptakan dengan tujuan awal untuk kesenangan dan kebahagiaan manusia, serta-merta berubah menjadi malapetaka yang mencelakakan kemanusiaan secara umum. Jadi manusia menjadi musuh dari produk-produknya sendiri. Ancaman kehancuran dunia datang dari mana-mana, dari politik, militer, ekonomi, lingkungan, budaya, hukum, dan sendi-sendi lainnya. Sudahkah tiba saatnya manusia –khususnya umat Islam- sadar dan ruju` kepada aturan Allah swt dan petunjuk (hadyu) Nabinya saw. dengan meretas berbagai ikatan dan jeratan pertama sekali dari benaknya (`aqidah), kemudian ke lingkungan sekitarnya. Tanpa dibayang-bayangi oleh perasaan ketakutan yang dihembusklan oleh syaitan dan tentara-tentaranya tentang kondisi kemajemukan bangsa, kebinekaan, nasionalisme dan sejenisnya.

ARTI KEMERDEKAAN


ARTI KEMERDEKAAN
Agustusan…. itu istilah lazim yang sering digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia setiap memasuki bulan Agustus disetiap tahunya.
Kenapa??? karena dibulan itu bangsa Indonesia merayakan peringatan HUT kemerdekaan RI (17 Agustus), oleh karena itu sering disebut dengan Agustusan.
menurutku makna yg terkandung dalam kata agustusan terlalu ringan dibandingkan dgn saat2 dulu para pahlawan berjuang mati2an membela dan mempertahankan negeri ini dari tirani penjajahan.


Agustusan ya brarti bulan Agustus…bukan HUT Kemerdekaan….
HUT Kemerdekaan RI adalah setiap tanggal 17 Agustus.
Menurutku makna kemerdekaan itu……….
Kemerdekaan RI bukanlah suatu hadiah….
Kemerdekaan RI bukanlah suatu hajatan….
Kemerdekaan RI bukanlah milik beberapa org / golongan / kelompok saja….
tetapi….
Kemerdekaan RI adalah suatu rahmat Allah SWT….
Kemerdekaan RI adalah buah hasil perjuangan hidup mati anak-anak bangsa…
Kemerdekaan RI adalah milik seluruh rakyat Indonesia…Presiden, menteri, pejabat, direktur, manager, wiraswasta, ibu rumah tangga, tukang becak, tukang parkir, pengamen, dan lain-lain bahkan juga milik bayi yg msh dalam kandungan ibunya….
tidaklah pantas kita menggembor-gemborkan Kemerdekaan RI dgn berfoya-foya….
tidaklah pantas kita merayakan Kemerdekaan RI dgn berpesta pora….
TIDAKLAH PANTAS KITA MERAYAKAN KEMERDEKAAN RI JIKA DISEKITAR KITA MSH BANYAK YG BERJUANG MELAWAN KERASNYA HIDUP DEMI SESUAP NASI…DEMI MENGHIDUPI ANAK ISTRINYA…SEDANGKAN DISISI LAIN KORUPSI SEMAKIN TUMBUH DAN BERKEMBANG…
TIDAKLAH PANTAS KITA MERAYAKAN KEMERDEKAAN RI JIKA MSH ADA TANGIS ANAK-ANAK YG MENAHAN LAPAR….PENGANGGURAN DIMANA-MANA…GELANDANGAN BERKELIARAN….PERAMPOKAN, PENCURIAN, PENCOPETAN, PEMBUNUHAN, PEMERKOSAAN MERAJALELA…
TIDAKLAH PANTAS KITA MERAYAKAN KEMERDEKAAN RI DIMANA MSH ADA BURUH KERJA TIDAK DIBAYAR….KERUSUHAN, PERKELAHIAN, BAKU HANTAM, ANARKHISME SEMAKIN MEMBUDAYA….
apakah ini buah dari Proklamasi Kemerdekaan ???
apakah ini tujuan Kemerdekaan Republik Indonesia ???
apakah ini cita-cita para pejuang bangsa yg telah tiada ???
BUKANNNN…..
BUKAN INI BUAH DARI PROKLAMASI…
BUKAN INI TUJUAN KEMERDEKAAN RI…
BUKAN INI CITA-CITA PEJUANG BANGSA…
LALU…APA ARTINYA PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI…???
APA MAKNA KEMERDEKAAN NEGERI INI…???
semuanya tidak ada artinya….
semuanya tidak ada maknanya….jika hal-hal diatas masih dan masih saja terjadi…
jika hal-hal diatas msh merudung negeri jamrud khatulistiwa ini…
mari kita smua merenung sedalam-dalamnya….
apakah kita sudah pantas disebut sebagai anak bangsa yg cinta pada negerinya sendiri….
apakah kita sudah pantas disebut sebagai generasi muda penerus pembangunan…
apakah kita sudah pantas disebut sebagai warga negara yg rela berkorban untuk tanah airnya…
lalu…
APAKAH KITA SUDAH PANTAS MERAYAKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA…
APAKAH KITA SUDAH PANTAS MEMAKNAI KEMERDEKAAN INI….
renungkanlah…..
pikirkanlah….
rencanakanlah….
lakukanlah…
smuanya hanya untuk negeri kita tercinta…INDONESIA….
SELAMAT HUT KEMERDEKAAN KE-63 REPUBLIK INDONESIA….
SMOGA BANGSA INI DAPAT SEGERA BANGKIT DARI KETERPURUKAN