Tuesday, June 12, 2012

Benarkah Orang-orang Mulia Semuanya Berjenggot?

   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَ بَعْدُ:

Dari dulu hingga sekarang orang-orang mulia suka membiarkan dan memelihara jenggotnya. Berikut pembuktiannya:

Para Nabi dan Rasul ‘Alaihimus Salam Berjenggot

[1]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Berjenggot

    قَالَ جَابِرُ بْنُ سَمُرَةَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ شَمِطَ مُقَدَّمُ رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ، وَكَانَ إِذَا ادَّهَنَ لَمْ يَتَبَيَّنْ، وَإِذَا شَعِثَ رَأْسُهُ تَبَيَّنَ، وَكَانَ كَثِيرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ.

Jabir bin Samurah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berubah rambut kepala dan jenggotnya. Apabila beliau meminyakinya, ubannya tidak nampak, dan apabila rambut kepalanya kusut, nampaklah uban itu. Rambut jenggot beliau amat lebat.” [Shahih: Shahih Muslim (no. 4326)]

Saat menyifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

    كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا قَصِيرٌ وَلا طَوِيلٌ، عَظِيمَ الرَّأْسِ رَجِلَهُ، عَظِيمَ اللِّحْيَةِ.

“Rasululluh shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpostur pendek, tidak pula tinggi, dan lebat jenggotbeliau.”  [Hasan lighairi: Musnad Ahmad (no. 946). Lihat Tahdzibul Kamal (XII/53) dan at-Tarikh al-Kabir (IV/282) oleh al-Bukhari]

    قَالَ أَبُوْ مَعْمَرٍ: قُلْنَا لِخَبَّابٍ أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْنَا: بِمَ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ ذَاكَ؟ قَالَ: بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ.

Abu Ma’mar berkata, “Aku bertanya kepada Khabbab, ‘Apakah Rasulullah membaca (surat) dalam shalat Zhuhur dan Ashar?’ Dia menjawab, ‘Ya.’ Aku bertanya, ‘Dengan apa Anda mengetahui itu?’ Jawabnya, ‘Dengan gerakan jenggot beliau.’” [Shahih: Shahih al-Bukhari (no. 746), Sunan Abu Dawud (no. 801), dan Sunan Ibnu Majah (no. 826)]

[2]

Nabi Harun ‘alaihis salam Berjenggot

Allah Yang Mahatahu mengabarkan:

    (( قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي ))

“Dia (Harun) berkata (kepada Musa), “Hai putra ibuku! Jangalah kamu pegang jenggotku dan jangan pula kepalaku.” [QS. Thaha [20]: 94]

Para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum Berjenggot

[3]

Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu Berjenggot

    قَالَ شَقِيقُ بْنُ سَلَمَةَ: رَأَيْتُ عُثْمَانَ تَوَضَّأَ فَخَلَّلَ لِحْيَتَهُ وَقَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ.

Syaqiq bin Salamah berkata, “Aku melihat Utsman berwudhu lalu menyela-nyela jenggotnya dan berkata, ‘Demikian aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu.’” [Hasan: Sunan ad-Darimi (no. 731). Dinilai hasan oleh Syaikh Husain Salim Asad]

[4]

Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma Berjenggot

    قَالَ مَرْوَانُ ابْنُ سَالِمٍ الْمُقَفَّعَ: رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقْبِضُ عَلَى لِحْيَتِهِ.

Marwan bin Salim al-Muqaffa’ berkata, “Aku pernah melihat Ibnu ‘Umar memegang jenggotnya.” [Hasan: Sunan Abu Dawud (no. 2357). Dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani]

[5]

Abdullah Ayah Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma Berjenggot

    قَالَ جَابِرٌ: دُفِنَ مَعَ أَبِي رَجُلٌ فَكَانَ فِي نَفْسِي مِنْ ذَلِكَ حَاجَةٌ فَأَخْرَجْتُهُ بَعْدَ سِتَّةِ أَشْهُرٍ، فَمَا أَنْكَرْتُ مِنْهُ شَيْئًا إِلَّا شُعَيْرَاتٍ كُنَّ فِي لِحْيَتِهِ مِمَّا يَلِي الْأَرْضَ.

Jabir berkata, “Ayahku dikubur bersama seseorang, sehingga muncul keinginan pada diriku untuk membongkarnya setelah enam bulan lamanya. Aku tidak melihat perubahan padanya selain rambut-rambut jenggotnya menempel tanah.” [Shahih: Sunan Abu Dawud (no. 3232). Dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani]

[6]

Mughits Radhiyallahu ‘Anhu Berjenggot

    قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِى، وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Suami Bararah adalah seorang budak yang bernama Mughits. Aku pernah melihatnya berjalan di belakang istinya sambil menangis dan air matanya menetes hingga ke jenggotnya.” [Shahih: Shahih al-Bukhari (no. 5283)]

Para Ulama dan Orang Shalih Berjenggot

[7]

Imam al-Baghawi Berjenggot

Berkata Imam al-Baghawi saat menafsirkan firman Allah, “Sungguh Kami telah memuliakan anak keturunan Adam”:

    الرِّجَالُ بِاللِّحَى وَالنِّسَاءُ بِالذَّوَائِبِ.

“Kaum lelaki dengan jenggot dan kaum perempuan dengan rambut kepala yang indah.” [Tafsir al-Baghawi (V/108), cet. ke-4 Darut Thayyibah]

[8]

Imam an-Nawawi asy-Syafi’i Berjenggot

Imam an-Nawawi berkata:

    وَيَنْبَغِي لِلْمُعَلِّمِ أَنْ يَتَخَلَّقَ بِالْمَحَاسِنِ الَّتِي وَرَدَ الشَّرْعُ بِهَا ... وَمُلَازَمَةُ الْوَظَائِفِ الشَّرْعِيَّةِ كاَلتَّنْظِيْفِ وَتَقْلِيْمٍ بِإِزَالَةِ الْأَوْسَاخِ وَالشُّعُوْرِ الَّتِي وَرَدَ الشَّرْعُ بِإِزَالَتِهَا كَقَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيْمِ الظَّفْرِ وَتَسْرِيْحِ اللِّحْيَةِ وَإِزَالَةِ الرَّوَائِحِ الْكَرِيْهَةِ وَالْمَلَابِسِ الْمَكْرُوْهَةِ.

“Dan sepatutnya bagi seorang guru untuk berakhlak mulia sesuai tuntunan syar’i ... dan senantiasa menjalankan agama seperti membersihkan badan dari kotoran-kotoran dan memotong rambut-rambut yang diperintahkan syariat untuk dipotong, seperti memangkas kumis, memotong kuku, memanjangkanjenggot, menghilangkan bau badan yang tidak sedap, dan pakaian yang tidak pantas.”  [At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an (hal. 37) oleh Imam an-Nawawi, cet. Dar Ibnu Hazm, tahqiq: Muhammad al-Hijar]

Para ulama yang lurus aqidahnya tidaklah memerintakan sesuatu melainkan mereka adalah orang yang pertama kali mengamalkannya karena meniru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Akhirnya, kita menjadi tahu bahwa di antara kemulian bagi kaum lelaki adalah jenggot. Untuk itulah Allah menjadikan jenggot bagi para nabi dan orang-orang shalih. Dengan jenggot ini pula, Allah memuliakan kaum muslimin dan melarang mereka mengikuti orang rendahan yang memotong jenggotnya layaknya orang-orang musyrik. Tentang mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

    «خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، وَفِّرُوا اللِّحَى، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ»

“Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrik, biarkan jenggot, dan pangkaslah kumis.”[Muttafaqun ‘Alaihi: Shahih al-Bukhari (no. 5892) dan Shahih Muslim (no. 259)]

Maka, jalan mana yang Anda pilih? Mengikuti jalannya orang-orang mulia ataukah jalannya orang-orang rendahan???

Semoga Allah Yang Mahamulia memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang shalih lagi mulia.