Seorang penulis Mesir yang tidak terkenal-terkenal amat, Walid Thaugan, pada Sabtu (25/9) lalu menurunkan tulisan yang isinya "melecehkan" Muslim Indonesia dengan komedi seks. Tulisan tersebut berjudul Hanbaliyyah Andunisiya (Hanbalisme Indonesia), dimuat di surat kabar Mesir al-Yaum as-Sabi'.
Thaugan mengisahkan pada suatu hari di tahun 2006 silam, seorang perempuan Indonesia bernama Fatimah Yuhanso menikah. Suatu malam, Fatimah dan suaminya menginap di rumah kawan si suami, yang juga telah beristri. Namun, di pagi harinya setelah malam penginapan itu, betapa terkejutnya Fatimah ketika ia mendapati orang yang terbaring di sampingnya bukan suaminya, melainkan kawan si suami.
Fatimah lalu melapor ke kantor polisi. Namun, teman si suami itu lewat pengacaranya bersikukuh mengatakan akan kebenaran dirinya, dan menegaskan pihaknya tidak ada sama sekali niat buruk. Si teman itu berkata, ia tidak tahu jika perempuan yang ditidurinya itu ternyata bukan istrinya.
Thaugan melanjutkan ceritanya: Fatimah, suaminya, dan teman si suami, lalu berada di meja hijau. Skandal ini menjadi berita heboh di Indonesia. Orang-orang Hindu dan Thao di Indonesia menjadikan berita ini bahan olok-olokan bagi umat Muslim. Tak hanya itu saja, skandal konyol ini juga menjadi bahan cemoohan umat Muslim di negara-negara Asia Tenggara.
Mengapa kisah skandal konyol ini bisa terjadi. Thaugan menjawab sendiri: "sebabnya adalah karena Fatimah dan suaminya menganut mazhab Hanbali, begitu juga kawan si suami itu".
Dalam mazhab Hanbali, lanjut Thaugan, melihat wajah antar suami-istri ketika bersetubuh haram hukumnya. Karena tidak (boleh) melihat wajah suaminya itulah, maka Fatimah tidak tahu menahu jika lelaki yang menyetubuhinya pada malam "naas" itu ternyata bukan suaminya, melainkan teman si suami. Demikian juga sebaliknya, si teman itu juga menyangka kalau yang disetubuhinya itu adalah istrinya, bukan Fatimah.
Konyolnya lagi, lanjut Thaugan dalam tulisannya, si suami di pengadilan justru membenarkan temannya itu. "Jadi, tahukah apa yang pertamakali dilakukan oleh seorang istri Muslimah di Indonesia ketika bangun tidur?" tanya Thaugan. "Yaitu melihat KTP si suami," jawan Thaugan sendiri.
Di akhir tulisannya, Thaugan menulis: "Di Indonesia, Fatimah tidur bersama lelaki yang bukan suaminya, dengan mengharap rido Allah, juga karena menjalankan sunnah Rasul. Sementara itu, dunia terus menerus tertawa terbahak-bahak oleh kisah banyak orang lain (di Indonesia) seperti mereka, yang terjadi hingga sekarang."
Demikian Thaugan menggambarkan Muslim Indonesia dalam tulisannya. Sangat konyol memang. Sepertinya, Thaugan belum pernah pergi ke Indonesia, atau belum mempelajari dan mengenal Muslim Indonesia dengan baik. Sebab tentu saja, bagi mereka yang mengerti akan potret kehidupan Muslim Indonesia, rasanya tidak mungkin mereka akan menurunkan tulisan sebodoh ini.
Dan, tentu saja, ini adalah PR besar bagi KBRI Kairo untuk menuntut Thaugan meminta maaf terkait tulisannya tersebut. (mhm/ys)ermus