Monday, November 1, 2010

Ada yang Dikenang, Ada yang Tidak untuk Dikenang


Islamedia: Apakah ada artinya logo atau simbol bagi kita ? Mungkin ya, mungkin tidak. Ka’bah itu simbol penyatuan kiblat umat Islam di seluruh dunia. Saat kita shalat, sudah pasti tidak menyembah Ka’bah, walaupun shalat kita persis di depan Ka’bah. Kita semua menyembah Allah, tidak pernah menyembah selainNya. Namun Ka’bah diperlukan sebagai simbol yang menyatukan arah kiblat umat Islam seluruh dunia. Ka’bah diperlukan sebagai simbol posisi kemana menghadapkan arah saat shalat, kendati telah dinyatakan Allah bahwa laisal birra an tuwallu wujuhakum qibalal masyriqi wal maghrib, bukanlah kebaktian itu menghadapkan wajahmu ke arah barat atau timur. Ka’bah juga diperlukan untuk pusat penyatuan arah saat menunaikan ibadah haji, dimana kaum muslimin menunaikan thawaf mengelilingi Ka’bah.

Dalam konteks ini, kita mengatakan bahwa simbol itu penting. Simbol telah menyatukan arah kiblat, pada suatu titik. Jika dilihat dari langit yang paling atas, saat umat Islam seluruh dunia menunaikan shalat akan tampak komposisi yang tentu sangat indah. Semua menghadap ke satu titik, dimanapun mereka melakukan shalat. Dan titik itu adalah Ka’bah. Dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta ini, Ka’bah tentu hanya benda kecil, tiada arti dan tiada bandingannya sama sekali. Namun dilihat dari segi makna, ternyata memiliki nilai yang sangat besar bagi umat Islam. Jadi, Ka’bah itu penting. Satu sisi, kepentingannya karena dinyatakan dalam Al Qur’an, namun pada sisi empiris, karena realitas yang kita lihat Ka’bah telah mempertemukan kaum muslimin dari seluruh dunia. Ka’bah bukan semata simbol, namun sekaligus esensi.

Dalam konteks bisnis, simbol yang dimiliki setiap perusahaan menjadi penting untuk kemudahan pemasaran. Tingkat awareness masyarakat terhadap simbol produk atau simbol perusahaan sangat menentukan daya saing di pasaran. Itulah sebabnya perusahaan rela mengeluarkan banyak biaya untuk iklan, agar pasar semakin mengenal dan akrab dengan ikon produk dan perusahaan masing-masing. Satu buah huruf yang dipampang besar-besar di pinggir jalan, sudah mampu mengingatkan masyarakat kepada produk atau perusahaan tertentu.

Dalam konteks politik, simbol partai politik menjadi penting untuk bisa dikenal dan dipilih masyarakat. Saat Indonesia menerapkan kebijakan tiga partai politik peserta Pemilu, maka masyarakat mudah mengenal dan mengingat simbol setiap parpol. Namun ketika parpol mencapai lebih dari 40, maka akan sangat sulit bagi masyarakat untuk menghafal satu persatu simbol dan nama parpol yang ada. Maka bersainglah parpol mengenalkan simbol, logo, warna dominan, nomor urut partai kepada msayarakat pemilih. Kenyataannya, masyarakat banyak dibingungkan oleh warna dominan yang sama atau mirip, simbol parpol yang mirip, yang membuat banyak terjadi salah pilih. Dalam konteks ini, simbol juga menjadi penting, walaupun yang lebih penting adalah kualitas dan kinerja parpol tersebut.

Jika anda seorang tokoh masyarakat, atau seorang aktivis dakwah, atau pekerja sosial, yang banyak bekerja dan berbuat untuk masyarakat, apakah penting bagi anda untuk menciptakan simbol yang menyebabkan orang selalu mengingat kerja dan kebaikan anda ? Simbol bisa anda buat dalam bentuk nama yayasan, nama lembaga pendidikan, nama lembaga sosial, nama lembaga kajian strategis, nama gang, nama jalan, nama kampung, nama pesantren, nama perpustakaan, dan nama-nama lainnya yang berhubungan dengan masyarakat. Simbol bisa anda buat dalam bentuk patung diri anda, atau monumen yang memuat semua tanda jasa, tanda prestasi, tanda penghargaan, tanda pengabdian anda kepada negara dan bangsa.

Memonumenkan simbol tidak sulit di negara kita. Sangat mudah membuat Yayasan Fulan, Museum Fulan, Jalan Fulan, Perpustakaan Fulan, atau Fulan Center. Apakah ini salah ? Saya kira bukan soal benar atau salah, tapi soalnya adalah apa yang kita inginkan dengan monumenisasi nama dan prestasi tersebut, dan apa yang akan kita lakukan dengan monumen-monumen tersebut. Seberapa penting monumen bagi aktivitas kita ? 
Untuk tujuan apa monumenisasi kita lakukan ?

Bagi saya, karya yang paling monumental adalah kader. Begitu seseorang atau suatu organisasi perjuangan telah mencetak kader yang siap meneruskan garis perjuangan para pendahulu, itulah karya monumental. Kader dengan sendirinya menjadi monumen hidup, yang siap mencetak karya berikutnya dan kader berikutnya. Sepanjang sejarah perjuangan, bertebaranlah kemilau karya dari para kader yang terus berbuat, terus bergerak, terus berkontribusi di tengah masyarakat.

Nama diri kita tidak dikenang orang, pekerjaan bertahun-tahun mencetak kader tidak akan tertulis dalam buku sejarah, namun hasilnya sangat nyata dan tak bisa diingkari keberadaannya. Kader menyebar cepat dan masuk ke seluruh bidang kehidupan, menebar kebaikan, mencetak prestasi amal, menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu, harta bahkan jiwa mereka untuk tercapainya tujuan perjuangan. Kader tidak perlu dimuseumkan, kader tidak perlu disimbolisasi menjadi patung atau tugu monumen, karena kader telah bekerja untuk mencetak prestasi amal, mencetak amal terindah yang mampu mereka torehkan bagi peradaban.

Pekerjaan mencetak dan membina kader tidak membuat anda menjadi terkenal dan dikenal. Tidak akan diakses media, tidak akan dijadikan rujukan pertanyaan wartawan. Berbeda dengan pekerjaan di ranah publik, yang memungkinkan pelakunya menjadi terkenal bak selebritis. Kedua aktivitas tersebut sama-sama diperlukan dalam kehidupan, dan tidak boleh dipertentangkan satu dengan lainnya. Keduanya memiliki kontribusi kebaikan bagi upaya mencapai tujuan perjuangan.

Suatu saat, Umar menyampaikan kepada para sahabat beliau, “Tamannau, bersobsesilah kalian”. Maka para sahabat mulai menyampaikan obesesi mereka. Ada yang mengatakan, ”Aku sangat ingin memiliki emas yang memenuhi rumah ini untuk aku infaqkan fi sabilillah”. Sahabat lain juga menyampaikan obsesi mereka masing-masing. Setelah semuanya menyampaikan, mereka bertanya kepada Umar, ”Apakah obsesimu ya Amiral Mukminin”. Jawab Umar, ”Aku sangat ingin rumah ini dipenuhi oleh kader sekualitas Abu Ubaidah Al Jarrah”. Luar biasa obsesi Umar. Obsesi tentang kader yang handal, kader yang berkualitas, namun juga kader yang banyak.

Kader bisa menjadi simbol, apakah sebuah pergerakan memiliki kehidupan atau sudah mati. Namun kader bukan hanya simbol, kader adalah esensi. Kader yang banyak bisa didistribusikan potensinya di berbagai bidang, ada yang di ranah publik, ada pula yang di ranah ”domestik”. Ada jenis pekerjaan yang berorientasi publik dan oleh karena itu memerlukan tolok ukur dan parameter publisitas. Ada jenis pekerjaan yang bercorak domestik dan oleh karena itu sepi dari dunia publisitas. Keduanya saling bertautan dan saling menguatkan. Pada keduanya diperlukan kader yang tepat. Pada keduanya diperlukan kefahaman dan keikhlasan. Pada keduanya diperlukan kesungguhan dan prestasi.

Selamat berkarya.
Ust. Cahyadi Takariawan
http://islamedia.co.nr/