Wednesday, February 29, 2012

Peka Pada Rasa Kecewa Si Kecil











  

Peka Pada Rasa Kecewa Si Kecil

Coba perhatikan wajah bayi anda saat kita melepaskannya dari gendongan lalu tiba- tiba menaruhnya di boks. Bayi anda akan dipenuhi rasa kecewa. Rasa kecewa bisa juga muncul pada bayi anda akibat lingkungan tidak cepat memberi respons untuk memenuhi kebutuhannya, seperti saat lapar, haus, dingin, kepanasan, atau kebutuhan psikis seperti ingin disayang, dibelai, dipeluk, ditimang, dan dicium.

Sebetulnya, sejak lahir bayi sudah memiliki emosi. Namun di usia 3 bulan ke atas, barulah bayi bisa menampilkan emosinya dan lingkungan bisa menangkapnya. Respons emosi pada bulan-bulan pertamanya lebih terkait dengan kondisi internalnya seperti ketidaknyamanan fisik dan rasa sakit.

Pada usia 1-6 bulan, bayi mulai tersenyum pada orang di sekitarnya, tertarik dengan stimulus baru, marah ketika terganggu, dan lainnya.
Sedang pada usia 6-12 bulan emosinya terkait dengan kemampuan mengingat apa yang telah terjadi dan membandingkannya dengan peristiwa yang sudah terjadi.

Emosi di usia ini juga merefleksikan kemampuannya melatih kontrol terhadap lingkungan di sekitarnya dan frustrasi ketika tujuannya tidak tercapai. Emosi dasar inilah yang akan dirasakannya ketika keinginannya tak tercapai.

Sebaiknya jangan sampai orangtua membiarkan kekecewaan tersebut berlarut-larut dirasakan si kecil. Lewat pengamatan, sebetulnya bisa terlihat tanda kekecewaan pada bayi. Terutama dari komunikasi awal yang paling sederhana yang dapat dilakukannya, yakni menangis.

Orangtua biasanya sudah tahu dan dapat mengidentifikasikan dengan sendirinya tangisan seperti apa yang merupakan ekspresi kekecewaan si kecil. Sayangnya, tanpa disadari orangtua lebih sering terfokus pada kebutuhan fisik bayi ketim-bang kebutuhan psikisnya. Contohnya, bila menangis, umumnya orangtua menganggap bayi hanya lapar atau haus. Padahal, sangat mungkin ia hanya ingin digendong dan dibelai. Contoh lain, ketika orang tua "memaksa" menggeletakkan bayi di boks selagi ia masih ingin terus digendong, orangtua tidak memberi mainan pengalih perhatian seperti mainan yang mengeluarkan suara-suara atau musik tertentu.

Mestinya orangtua dapat lebih meningkatkan kepekaannya untuk segera memberikan respons ketika bayi mengalami kekecewaan. Ini penting agar emosi negatif pada bayi tidak terakumulasi hingga membentuk perasaan tidak aman atau tidak percaya terhadap lingkungan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua:

1. Perhatikan kebutuhan apa yang sedang diinginkannya saat ini. Jika orangtua memang tidak bisa memenuhi keinginannya, antara lain minta digendong terus, maka segera alihkan perhatiannya saat ia ditaruh dalam boks. Jangan biarkan ia merasa sendirian.

2.Ungkapkan kasih sayang lewat sentuhan maupun kata-kata bernada lemah lembut. Meski bayi belum mengerti sepenuhnya, namun ia pasti dapat menangkap kasih sayang tersebut sambil mengembangkan kemampuan berbahasanya. Kata-kata lembut dari orangtua akan menghibur perasaannya yang kecewa. Ia pun merasakan bahwa orangtuanya tetap mengerti dan memahami kebutuhannya.

3. Jangan membiarkan bayi merasa marah dan kesal dalam waktu lama akibat perubahan tiba-tiba yang mengagetkannya. contohnya,langsung menurunkannya dari gendongan. Ini bisa berakibat bahwa bayi jadi tak punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dadakan tersebut.

Jika anda tidak sesegera mungkin mengatasi kekecewaannya, dampaknya memang mungkin belum begitu tampak di usia bayi, namun biasanya akan muncul di tahapan usia-usia berikutnya, bahkan hingga dewasa. Bayi yang sering mengalami rasa kecewa, maka perkembangan emosinya bisa terganggu. Ia pun tidak mampu mengelola emosinya dengan baik karena memang tidak dibiasakan untuk mengekspresikan perasaan secara sesuai dan tak diajarkan cara mengatasinya. Ia tidak tahu mengungkapkan kekecewaan secara tepat. Kalaupun marah, sering kali dalam porsi yang tidak proporsional. Emosi yang sering dirasakan juga cenderung negatif.

Hal ini selanjutnya akan menumbuhkan ketidakpercayaan terhadap lingkungan. Lebih lanjut ketidakpercayaan ini akan menempanya menjadi individu yang tidak percaya pada dirinya sendiri selain lingkungan. Ia cenderung menganggap apa saja yang dilakukannya selalu tak membuahkan hasil memuaskan. Tak heran kalau nantinya yang bersangkutan akan tumbuh menjadi individu yang pesimis.

Rasa tersebut akan membuat anak selalu takut untuk melangkah. Ia sulit membina hubungan dengan orang lain. Interaksi atau kemampuan dirinya bersosialisasi jadi terhambat. Di lingkungan pekerjaan pun kelak ia tak akan berkembang optimal. Dengan demikian, dampak kekecewaan semasa bayi bisa luas dan mengenai seluruh aspek kepribadiannya.

Dan yang terakhir, jika bayi sering kecewa pada sikap orangtua, otomatis kelekatannya dengan orangtua jadi terganggu. Itu karena anak merasa diabaikan kebutuhannya. Akhirnya, ia menyikapinya dengan dua kemungkinan. Pertama dengan bersikap resisten dan kedua dengan bersikap tidak peduli alias acuh tak acuh.

Si sosok resisten akan gampang menangis atau rewel setiap kali kebutuhan dan keinginannya tidak terpenuhi. Kala orangtua berangkat bekerja, ia mengantar kepergian mereka dengan menangis sejadi-jadinya. Kemudian ketika ibu dan ayah kembali, dia akan bersikap agresif, seperti memukul-mukul. Sedangkan anak yang tak peduli akan benar-benar acuh tak acuh di saat orangtuanya ada ataupun tidak ada. Jadi mulai sekarang, jangan anggap remeh kekecewaan yang terjadi pada diri bayi anda.

(sydh/tn) - http://www.voa-islam.com

Mereka Bilang Wahabi Sesat

Pertarungan antara ahlu tauhid dan ahlu syirik merupakan sunnatullah yang tetap berjalan, tiada berakhir hingga matahari terbit dari sebelah barat. Hal ini merupakan ujian dan cobaan bagi ahlul haq agar terjadi jihad fi sabilillah dengan lidah, pena, ataupun senjata.
Seandainya Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebaian kamu dengan sebagian yang lain. (Muhammad : 4)
Kita lihat musuh-musuh tauhid berusaha sekuat tenaga dengan mengorbankan waktu dan harta mereka tanpa mengenal lelah untuk membela kebatilan mereka, menebarkan kesesatan mereka, dan memadamkan cahaya Rabb mereka.
Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. (At Taubah : 32).
Salah satu senjata pamungkas mereka untuk memadamkan cahaya Allah ialah dengan menjauhkan manusia dari da'i yang berpegang teguh dengan Al Qur-an dan As Sunnah, dengan gelar-gelar yang jelek dan mengerikan. Seperti kata yang populer di tengah masyarakat, yaitu Wahhabi. Semua itu dengan tujuan menjauhkan manusia dari dakwah yang haq.
Apa sebenarnya Wahhabi itu? Mengapa mereka begitu benci setengah mati terhadap Wahhabi? Sehingga buku-buku yang membicarakan Muhammad bin Abdul Wahhab mencapai 80 kitab atau lebih. Api kebencian mereka begitu membara hingga salah seorang di antara mereka mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bukan anak manusia, melainkan anak setan, Subhanallah, adakah kebohongan setelah kebohogan ini?
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan kecuali dusta. (Al Kahfi : 5).
Hal seperti ini terus diwarisi hingga sekarang. Maka kita liha orang-orang yang berlagak alim atau kyai bangkit berteriak memperingatkan para pengikutnya, membutakan hati mereka dari dakwah yang penuh barakah ini, dan dari para da'i penyeru tauhid, pemberantas syirik dengan sebutan-sebutan dan gelar-gelar yang menggelikan, seperti gelar Wahhabi. Padahal mereka (para pengikut ahli bid'ah ini) tidak mengetahui hakikat da'wah yang dilancarkan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (Al Baqarah : 13).
Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (Al Hasyr : 13).
Yang mereka dengar hanyalah tuduhan-tuduhan di tepi jurang yang runtuh lalu bangunannya jatuh bersama-sama dia ke dalam neraka Jahannam. Tuduhan-tuduhan mereka tidaklah ilmiyah sama sekali, lebih lemah dari sarang laba-laba.
Seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Al Ankabut : 41).
Semoga kalimat sederhana ini dapat membuka pandangan mata mereka terhadap dakwah ini dan agar binasa orang yang binasa di atas keterangan yang nyata pula. Dan jangan sampai mereka termasuk orang-orang yang difirmankan oleh Allah:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, Bertaqwalah kepada Allah, maka bangkitlah kesombongan mereka untuk berbuat dosa. Maka cukuplah baginya neraka jahannam. Sesungguhnya neraka jahannam itu adalah tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (Al Baqarah : 206).

Apakah Wahhabi itu?

Perlu ditegaskan di sini bahwa penamaan dakwah ini dengan dakwah Wahhabiyah dan para pengikutnya dengan Wahhabi merupakan kesalahan kalau ditinjau dari segi lafadz dan maknanya.
Dari segi lafadz, penamaan Wahhabiyah ini dinisbatkan kepada Abdul Wahhab yang tidak mempunyai sangkut paut dengan dakwah ini, dan tidak dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdil Wahhab -yang menurut mereka, beliau adalah pendirinya-. Kalaulah mereka jujur, tentu menamakannya dengan Dakwah Muhammadiyyah karena nama beliau adalah Muhammad. Namun karena mereka menganggap bahwa jika menamakan dakwah ini dengan Dakwa Muhammadiyyah tidak akan menjauhkan manusia, maka mereka menggantinya dengan Dakwah Wahhabiyah.
Adapun dari segi makna, maka mereka juga keliru di dalamnya, sebab dakwah ini mengikuti manhaj dakwah As Salaf Ash Shalih dari kalangan sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Kalaulah mereka jujur, tentunya menamai dakwah ini dengan dakwah salafiyyah.
Jadi apakah Wahhabiyah itu? Dalam Kitab Fatwa Al Lajnah Ad Da'imah1) Juz 2, hal 174 diterangkan:
Wahhabiyah adalah sebuah lafadz yang dilontarkan oleh musuh-musuh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab disebabkan dakwa beliau di dalam memurnikan tauhid, memberantas syirik, dan membendung seluruh tata cara ibadah yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Tujuan mereka dalam menggunakan lafadz ini ialah menjauhkan manusia dari dakwah beliau dan menghalangi mereka agar tidak mau mendengarkan perkataan beliau.
Sungguh sangat mengherankan omongan kebanyakan manusia, ketika mereka melihat seorang yang mengagungkan tauhid, menyeru, dan membelanya, mereka menyebutnya sebagai Wahhabi. Yang lebih lucu lagi, ketika mereka menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim keduanya adalah Wahhabi. Subhanallah! Apakah Muhammad bin Abdil Wahhab melahirkan orang yang hidupnya lebih dulu beberapa abad dari dirinya?
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani berkata, Mungkin sebagian orang-orang bodoh akan menuduh Imam As Suyuti itu dengan Wahhabi sebagaimana adat mereka. Padahal jarak wafat antara keduanya kurang lebih 300 tahun. Aku teringat cerita menarik sekali, terjadi di salah satu sekolah di Damaskus ketika seorang guru sejarah beragama Nashara menceritakan tentang sejarah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan dakwahnya dalam memerangi syirik, kurafat dan kebid'ahan. Sehingga seakan-akan guru Nashara itu memuji dan kagum kepadanya. Maka berkatalah salah seorang muridnya, 'Wah guru kita menjadi Wahhabi!'
Demikianlah kebencian mereka terhadap Muhammad bin Abdil Wahhab dan orang-orang yang mengikuti dakwahnya, bahkan kepada orang Nashranipun -yang nyata-nyata bukan Muslimin- mereka tuduh Wahhabi.
Dan orang-orang kafir itu tidak menyiksa orang-orang mukmin, melainkan karena mereka beriman kepada Allah Maha Perkasa Lagi Mana Terpuji. (Al Buruj : 8).

Tuduhan dan Jawaban

Beragam penilaian manusia dalam menilai dakwah ini. Sebagian mereka berkeyakinan bahwa dakwah ini adalah madzhab kelima setelah empat madzhab yang lain. Sebagian lagi menganggap bahwa Wahabbi sangat ekstrim sehingga mudah mengkafirkan kaum muslimin. Sebagian lagi menganggap bahwa Wahhabi tidak mencintai Rasulullah dan para wali. Serta anggapan-anggapan lainnya yang sama sekali tidak ada buktinya.
Sebelum membantah tuduhan-tuduhan mereka renungilah perkataan Al Allamah Muhammad Rasyid Ridha berikut ini: Pada masa kecilku, aku sering mendengar cerita tentang Wahhabiyah dari buku-buku Dahlan, dan selainnya. Sayapun membenarkannya karena taqlid kepada guru-guru kami dan bapak-bapak kami. Saya baru tahu tentang hakikat jama'ah ini setelah hijrah ke Mesir. Ternyata aku mengetahui dengan yakin bahwa mereka (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya) yang berada di atas hidayah. Kemudian saya telaah buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, anak-anaknya, dan cucu-cucunya serta ulama-ulama lainnya dari Nejed, maka saya mengetahui bahwa tidak sebuah tuduhan serta celaan yang dilontarkan kepada mereka kecuali mereka menjawabnya. Jika tuduhan itu dusta mereka berkata, Maha Suci Engkau (Ya, Allah), ini adalah kedustaan yang besar. Tetapi jika tuduhan itu ada asalnya, mereka menjelaskan hakikatnya dan membantahnya. Sesungguhnya Ulama Sunnah dari India dan Yaman telah meneliti, membahas dan menyelidiki tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya. Akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa para pencela itu tidak amanah dan tidak jujur.
Baiklah, sekarang kita simak tuduhan-tuduhan mereka berikut jawabannya.
Agar Allah menetapkan yang haq, dan membatilkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukainya. (Al Anfal : 8).
1. Mereka -ahli bid'ah- menganggap bahwa dakwah Wahhabiyah merupakan madzhab kelima setelah empat madzhab lainnya (Hambali, Maliki, Syafi'i dan Hanafy).

Jawaban:
Ini merupakan kejahilan mereka, sebab telah merupakan perkara yang masyhur dan memang nyata bahwa dakwah ini bukanlah dakwah baru. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam hal aqidah mengikuti madzhab Salaf. Adapun dalam masalah furu' mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hambal. Maka bagaimanakah mereka menyatakan bahwa Wahhabiyah merupakan dakwah baru serta dianggapnya sebagai jama'ah sesat dan rusak? Semoga Allah menghancurkan kejahilan, hawa nafsu dan taqlid.
Syaikh Muhammad Jamil Zainu juga pernah bercerita, Aku pernah bertemu seseorang di Suriah yang mengatakan tentang Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab bahwa beliau adalah pendiri madzhab kelima dari empat madzhab. Maka akupun berkata kepadanya bahwa bagaimana anda mengatakan demikian padahal bukankah sudah mashur kalau madzhab beliau adalah Hambali? Sungguh ini adalah kedustaan dan tuduhan tanpa bukti.

2. Mereka menganggap bahwa dakwah Wahhabiyah mudah mengkafirkan kaum muslimin.

Jawaban:
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab sendiri yang menjawab tuduhan ini ketika menuliskan dalam suratnya kepada Suwaidiy -seorang alim dari Iraq-, Adapun apa yang kalian sebutkann bahwa saya mengkafirkan kaum manusia, kecuali yang mengikutiku dan bahwasanya aku menganggap pernikahan-pernikahan mereka tidak sah, maka saya katakah bahwa sungguh mengherankan, bagaimana hal ini dapat masuk akal, apakah ada seorang muslim yang mengatakan demikian. Ketahuilah aku berlepas diri kepada Allah dari tuduhan ini, yang tidak muncul melainkan dari orang yang terbalik akalnya. Adapun yang saya kafirkan adalah orang yang telah mengetahui agama Rasul, kemudian setelah mengetahuinya ia mencelanya, melarangnya dan memusuhi orang yang menegakkannya. Inilah yang saya kafirkan.

3. Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun tidak mencintai Rasulullah.

Jawaban:
Ketahuilah wahai orang-orang yang berakal, bahwa Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab mempunyai kitab yang berjudul Mukhtashar Sirah Ar Rasul yang berisi tentang perjalanan hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ini menunjukkan kecintaan beliau terhadap beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka tuduhan ini merupakan kedustaan dan kebohongan yang akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah. Kemudian kita katakan kepada mereka -penuduh- apakah cinta kepada Rasulullah itu dengan mengadakan maulid Nabi, shalawatan bid'ah, atau selainnya yang tidak pernah diajarkan Rasulullah sendiri? Ataukah dengan mengagungkan sunnahnya, menghidupkannya, dan membelanya, serta memberantas lawannya (yaitu bid'ah) sampai keakar-akarnya. Jawablah wahai orang-orang yang dikaruniai akal.
Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (Ali Imran : 31).
Al Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya juz 2 hal 37, Ayat ini merupakan hakim bagi setiap prang yang mengakui mencintai Allah padahal tidak mengikuti manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah. Dia dianggap dusta dalam pengakuannya hingga dia mengikuti syari'at Rasulullah dalam segala hal, baik dalam perkataan, perbuatan maupun keadaan.

4. Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun menganggap diri mereka maksum, sehingga hanya merekalah yang benar dan tidak menerima kesalahan. Adapun selain mereka dianggap penuh kesalahan dan tidak pernah benar.

Jawaban:
Sungguh ini adalah tuduhan dusta. Inilah kitab-kitab ulama kami dan dialog mereka bersama bersama musuh-musuh mereka. Tidak dijumpai seperti yang dituduhkan ini. Bahkan mereka menerangkan Al Haq dan membantah Al Bathil dengan hujjah yang kuat dan penuh hikmah. Dan mereka -para ulama- tidak menganggap diri mereka terjaga dari dosa ataupun menolak kebenaran yang datang dari kesalahan mereka.
Inilah imam mereka (Wahhabiyun), Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam salah satu suratnya berkata, Dan aku berharap agar aku tidak menolak kebenaran yang datang kepadaku. Aku bersaksi kepada Allah, para Malaikat-Nya bahwa apabila datang kepadaku kebenaran, aku akan menerimanya dan aku akan lemparkan semua perkataan imamku yang menyelisihi kebenaran, selain Rasulullah, karena ia tidak mengatakan sesuatu kecuali al haq.

5. Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun mengingkari syafa'at Rasulullah.

Jawaban:
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menyatakan, Tidak asing lagi bagi orang yang berakal dan mempelajari sirah perjalanan Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya yang harum namanya, bahwa mereka semuanya berlepas diri dari tuduhan ini. Lihatlah imam Muhammad bin Abdil Wahhab telah menetapkan syafa'at Rasul bagi umatnya dalam berbagai karya-karya beliau, seperti Kitab Tauhid dan Kasyfus Subhat, maka dari sini jelaslah bagi kita bahwa tuduhan ini bathil dan dusta. Sebenarnya yang diingkari oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah meminta syafa'at kepada orang-orang yang sudah mati.

6. Mereka menuduh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab diakhir hayatnya menyimpang dari jalan yang benar dengan menolak beberapa hadits yang tidak cocok dengan akalnya.

Jawaban:
Syaikh Abdul Aziz bin Baz telah menyanggah tuduhan ini dengan perkataan, Ini termasuk tuduhan dusta karena beliau diwafatkan sedangkan beliau termasuk da'i besar yang menyeru kepada aqidah salaf dan manhaj yang shahih, maka tuduhan ini sangatlah dusta karena beliau sangat menghormati sunnah, menerima dan mendakwahkannya hingga akhir hayatnya,
Inilah sekelumit tuduhan-tuduhan ahli bid'ah terhadap dakwah yang pernah barakah ini. Semua itu hanyalah kedustaan di atas kedustaan. Sungguh benarlah apa yang dikatakan oleh Al Imam Ibnul Mubarak, Isnad itu termasuk agama, seandainya tanpa isnad maka manusia akan berkata semaunya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata dalam Majmu' Fatawa Juz I/9:
Ilmu sanad dan riwayat merupakan kekhususan umat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Allah menjadikannya sebagai tangga kebenaran. Ketika Ahlul Kitab tidak mempunyai ilmu sanad maka bertebaranlah penukilan-penukilan dusta diantara mereka. Demikian juga para penyesat dan ahlu bid'ah dari kalangan umat ini sama dengan Ahlu Kitab, tidak ada bedanya. Maka dengan ilmu sanadlah dapat terbedakan antara al haq dan al bathil.
Untuk mengakhiri pembahasan kita, rasanya sangat penting bagi kita untuk memperhatikan tiga perkara berikut ini sekaligus sebagai kesimpulan dari uraian di atas:
  1. Hakikat dakwah Wahhabiyah. Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: Hakikat dakwa ini, sebagaimana dakwah Nabi Muhammad, yaitu memurnikan tauhid dan mewujudkan tuntutan syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammadur rasulullah. Yang demikian itu dengan memurnikan ibadah hanya kepada Allah saja dan menjadikan Rasulullah sebagai panutan yang agung. Mereka (Wahhabiyun) adalah golongan yang berjalan di atas manhaj Salaf dari kalangan shahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka, baik dalam aqidah, perkataan ataupun perbuatannya. Inilah manhaj yang wajib bagi setiap muslim untuk berjalan di atasnya, meyakininya dan mendakwahkannya.
  2. Hukum orang yang mencela Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Syaikh Abdul Aziz bin Baz selanjutnya menegaskan, Sesungguhnyua orang-orang yang mencela Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab ada dua kemungkinan. Yang pertama dia adalah seorang yang gandrung degnan syirk sehingga ia memusuhi Syaikh karena dakwahnya yang mengajak kepada tauhid dan memberantas segala macam kesyirikan. Yang kedua dia adalah orang yang jahil yang tertipu oleh da'i- da'i penyesat. Maka alangkah lucunya golongan jahil ini karena mereka mengikuti orang yang jahil sejenis mereka.
  3. Himbauan dan Ajakan. Kepada mereka yang benci dan hasad kepada dakwah yang penuh barakah ini, kami katakan, Bukalah pandangan mata kalian, bangunlah dari tidur kalian, hilangkan segala kedengkian yang ada di hati kalian, bacalah, cermatilah buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan para pengikutnya dengan lapang dada, niscaya kalian akan dapati bahwa kalian berada dalam tipuan dan kegelapan.

--------------
1) Sebuah lembaga pemberi fatwa di Saudi Arabia
Disarikan dari tulisan Abu Ubaidah Al Atsari dan Abu Usamah pada Majalah As Sunnah Edisi 12/Th.IV/1421 - 2000.

Sumber: salafyoon.net

Mengenal Syaikh Muhammad Syakir

Mengenal Syaikh Muhammad Syakir

 

Dia  adalah seorang `alim yang mulia dan penulis yang produktif,  seorang pembaharu universitas Al-Azhar dan tokoh yang mulia  Syaikh Muhammad Syakir bin Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits  dan keluarga Abi `Ulayyaa` dan keluarga yang dermawan yang telah  dikenal sebagai keluarga yang paling mulia dan yang paling dermawan  di kota Jurja.

Lahir  di Jurja pada pertengahan Syawal tahun 1282 H. Beliau menghapal  Al-Qur`an di sana, dan belajar dasar-dasar studinya (di sana),  kemudian beliau rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) ke universitas  Al-Azhar dan beliau belajar dari guru-guru besar pada masa itu,  kemudian dia dipercayai untuk memberikan fatwa pada tahun 1307  H. Dan kemudian beliau menduduki jabatan sebagai ketua mahkamah  mudiniyyah Al-Qulyubiyyah, dan tinggal di sana selama tujuh  tahun sampai beliau dipilih menjadi Qadhi (hakim) untuk negeri  Sudan pada tahun 1317 H. Dan dia adalah orang pertama yang menduduki  jabatan ini, dan orang yang pertama yang menetapkan hukum-hukum  hakim yang syar`i di Sudan di atas asas yang paling terpercaya  dan paling kuatnya, kemudian pada tahun 1322 H beliau ditunjuk  sebagai guru bagi para ulama-ulama lskandariyyah sampai membuahkan  hasil, dan memunculkan bagi kaum muslimin orang-orang yang menunjukkan  (umat supaya) dapat mengembalikan kejayaan Islam di seantero  dunia, kemudian beliau ditunjuk sebagai wakil bagi para guru  Al-Azhar, sampai beliau menebarkan benih-benih yang baik, kemudian  beliau menggunakan kesempatan pendirian jam`iyyah Tasyni`iyyah  pada tahun 1913 M kemudian beliau berusaha untuk menjadi anggota  organisasi tersebut, sebagai pilihannya dari sisi pemerintah  Mesir, dan dengan itulah beliau meninggalkan jabatannya, serta  enggan untuk kembali kepada satu bagianpun dan jabatan-jabatan  tersebut, dan beliau tidak lagi berhasrat setelah itu kepada  sesuatu yang memikat dirinya, bahkan beliau lebih mengutamakan  untuk hidup dalam keadaaan pikiran, amalan, hati dan ilmu yang  bebas lepas, dan dia memiliki pemikiran-pemikiran yang benar  pada tulisannya, dan ucapan-ucapan yang membakar, senantiasa  ada yang menentang itu semua yang mengumandangkannya pada pikiran-pikiran  sebagian besar orang-orang yang bensikeras terhadap perkara-perkara  Ijtimaiyyah, dan termasuk dan karakteristik beliau yaitu bahwa  beliau mengokohkan agamanya, mengokohkan dirinya di dalam aqidahnya,  mengokohkan pemikirannya, dia itu pemberani bukan pengecut,  dia tidak menghindar dari seorangpun, dan dia tidak merasa takut  kecuali hanya kepada Allah Ta`ala.

Dan  dia adalah orang yang kokoh di dalam keilmuan baik secara~ naqliyah  (dalil-dalil Al-Kitab dan As-sunnah) maupun secara aqliyah,  dan tidak ada seorangpun yang dapat menyepak dia di dalam diskusi  maupun perdebatan karena dalamnya dia di dalam menegakkan hujjah-hujjah  dan membuat sang pendebat menjadi terdiam, karena kesuburan  otaknya dan pemikiran-pemikirannya yang berantai, dan karena  pemikiran-pemikirannya terangkaikan di atas kaidah-kaidah mantiq  yang shahih lagi selamat.

Dan  pada akhir umur beliau terbaring di rumahnya karena sakit, dan  beliau selalu berada di ranjangnya, tatkala lumpuh menimpanya  beliau merasakannya dengan sabar dan penuh berharap (akan ampunanNya),  beliau ridha terhadap Tuhannya dan terhadap dirinya, dengan  penuh keyakinan bahwa dinirya benar-benar telah menegakkan apa  yang diwajibkan bagi dirinya berdasarkan agamanya, dan umatnya,  menunggu panggilan Rabbnya kepada hamba-Nya yang shaleh. Hai  jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang  ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama`ah hamba-hamba-Ku  dan masuklah ke dalam sorga-Ku (AI-Fajr: 27-30)

Semoga  Allah Ta`ala merahmati beliau dengan rahmat yang luas, beliau  rahimahullah wafat pada tahun (1358) H yang bertepatan pada  (1939) M dan semoga juga terlimpah bagi anak beliau yaitu Al-`Allamah  Syaikh Ahmad Muhammad Syakir Abil Asybal seorang Muhaddits besar  yang wafat pada tahun 1958 M rahimahullah yang telah menulis  suatu nisalah tentang perjalanan hidup ayahnya yang diberi nama  Muhammad Syakir seorang tokoh dan para tokoh zaman. Selesai  dengan (beberapa) pengubahan dari biografi anaknya Al-`Allamah  Ahmad Muhammad Syakir rahimahullah.

Sumber: salafyoon.net

Abdurrahman As-Sudais - Murottal Al Qur'an 30 Juz.mp3

1 Al-Fatihah
2 Al-Baqarah
3 Al-Imran
4 An-Nisa'
5 Al-Ma'idah
6 Al-An'am
7 Al-A'raf
8 Al-Anfal
9 At-Taubah
10 Yunus
11 Hood
12 Yusuf
13 Ar-Ra'd
14 Ibrahim
15 Al-Hijr
16 An-Nahl
17 Al-Isra
18 Al-Kahf
19 Maryam
20 Ta­Ha
21 Al-Anbiya'
22 Al-Hajj
23 Al-Mu'minun
24 An-Nur
25 Al-Furqan
26 Ash-Shu'ara'
27 An-Naml
28 Al-Qasas
29 Al-'Ankabut
30 Ar­Room
31 Luqman
32 As­Sajdah
33 Al­Ahzab
34 Saba'
35 Fatir
36 Ya­Sin
37 As-Saffat
38 Sad
39 Az-Zumar
40 Ghafir
41 Fussilat
42 Ash-Shura
43 Az-Zukhruf
44 Ad-Dukhan
45 Al-Jathiya
46 Al-Ahqaf
47 Muhammad
48 Al-Fath
49 Al-Hujurat
50 Qaf
51 Az-Zariyat
52 At-Tur
53 An-Najm
54 Al-Qamar
55 Ar-Rahman
56 Al-Waqi'ah
57 Al-Hadid
58 Al-Mujadilah
59 Al-Hashr
60 Al-Mumtahinah
61 As-Saff
62 Al-Jumu'ah
63 Al-Munafiqun
64 At-Taghabun
65 At-Talaq
66 At-Tahrim
67 Al-Mulk
68 Al-Qalam
69 Al-Haqqah
70 Al-Ma'arij
71 Nooh
72 Al-Jinn
73 Al-Muzzammil
74 Al-Muddaththir
75 Al-Qiyamah
76 Al-Insan
77 Al-Mursalat
78 An-Naba'
79 An-Nazi'at
80 'Abasa
81 At-Takwir
82 Al-Infitar
83 Al-Mutaffifin
84 Al-Inshiqaq
85 Al-Buruj
86 At-Tariq
87 Al-A'la
88 Al-Ghashiyah
89 Al-Fajr
90 Al-Balad
91 Ash-Shams
92 Al-Lail
93 Ad-Duha
94 Ash-Sharh
95 At-Tin
96 Al-'Alaq
97 Al-Qadr
98 Al-Baiyinah
99 Az-Zalzalah
100 Al-'Adiyat
101 Al-Qari'ah
102 At-Takathur
103 Al-'Asr
104 Al-Humazah
105 Al-Fil
106 Quraish
107 Al-Ma'un
108 Al-Kauthar
109 Al-Kafirun
110 An-Nasr
111 Al-Masad
112 Al-Ikhlas
113 Al-Falaq
114 An-Nas

Tuesday, February 28, 2012

PELUKAN MENTARI













♥♥ Betapa beningnya butiran embun di pagi ini....
Terasa sejuk hingga ke sumsum tulang belulang....
Dan mentari,,,
begitu hangat menyentuh kulit.....

Ohh Tuhan.....
Begitu indah hidup ini.....

Qu lihat langit biru membisikkan rindu dengan syahdu.....
Dan awan gemawan,,,,
tersenyum lirih penuh kasih.......

Duhai sayangqu,,,,,
qu ingin kaupun pahami satu rasa bahwasanya.....
Hanya engkaulah sandaran hati.....

Lantas apa yang membuatmu
tak lagi melantunkan syair-syair
indah kecintaan,,,
apa yang membuatmu berhenti melukis indah senyuman di cakrawala.......

Sementara aq disini,,, menari bersama bunga-bunga ilalang....
Berlari mengejar kupu-kupu terbang.....
Dan mencintaimu......
Dan tetap mencintaimu......
Sampai waktu tak menemukan hari........

** PELUKAN MENTARI **
        By. Yunie Teddy

Sunday, February 26, 2012

Tujuan Penciptaan Manusia Dan Cara Meraihnya

Manusia pada umumnya karena kecupatan pandangan atau kurangnya keberanian, menjadikan berbagai hal berupa niat dan hasrat keduniawian sebagai tujuan hidup mereka, padahal Allah yang Maha Agung telah menetapkan tujuan mereka dalam Kalam Ilahi bahwa:


Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (Q.S Adz-Dzariyat:56).
Sejalan dengan ayat ini maka tujuan hakiki hidup manusia adalah menyembah dan memahami Allah yang Maha Kuasa serta mengabdi kepada-Nya.

Tuhan dan tujuan hidup

Jelas bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk menetapkan sendiri apa yang akan menjadi tujuan hidupnya karena manusia muncul di dunia ini bukan atas kuasanya sendiri, begitu juga meninggalkannya di luar kehendaknya. Ia adalah mahluk yang diciptakan, dimana Wujud yang telah menciptakan dirinya serta memberkatinya dengan fitrat yang lebih baik dari mahluk hidup lainnya, telah menentukan apa yang sepatutnya menjadi tujuan hidupnya.

Apakah seseorang memahami tujuan tersebut atau tidak, tidak dragukan lagi bahwa yang jelas tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah dan memahami Allah s.w.t. serta melarutkan diri di dalam Wujud-Nya.

Tiga obyek tujuan dalam hidup

Tujuan hakiki dari semua anggota tubuh eksternal dan internal serta segala fitrat yang telah dikaruniakan kepada manusia adalah pemahaman, ibadah  dan kasih kepada Allah s.w.t.  Itulah sebabnya meski memiliki seribu jabatan di dunia, manusia tetap saja belum menemukan jati-dirinya yang hakiki kecuali dalam Tuhan-nya. Meski telah menghimpun kekayaan besar, menduduki jabatan yang tinggi, menjadi saudagar akbar, memiliki kekuasaan memerintah atau pun menjadi seorang filosof terkenal, pada akhirnya tetap saja akan merasa frustrasi ketika meninggalkan dunia. Kalbunya mengingatkan terus menerus tentang perhatiannya yang berlebihan terhadap dunia, sedangkan kesadarannya tidak membenarkan segala penipuan, kecurangan dan laku lajak yang telah dikerjakannya.

Masalah ini bisa juga ditinjau dari sudut lain. Tujuan daripada penciptaan ditentukan oleh pencapaian tertinggi yang di atasnya tidak mungkin lagi dapat digapai oleh kemampuan diri. Sebagai contoh, kemampuan utama seekor sapi jantan adalah membajak tanah atau menarik alat transport, karena itu hal inilah yang menjadi tujuan hidupnya dan sapi itu tidak bisa lebih tinggi dari kondisinya tersebut. Tetapi jika kita perhatikan kemampuan tertinggi dari fitrat dan kekuasaan manusia, kita akan melihat bahwa ia dibekali dengan fitrat mencari Tuhan sedemikian rupa hingga ia mengharapkan bahwa ia menjadi demikian mengabdi pada kasih Ilahi sehingga dirinya sepenuhnya menjadi milik-Nya.

Kebutuhan naluri alamiahnya seperti makan, minum dan istirahat, sama saja dengan mahluk hidup lainnya. Bahkan dalam banyak bidang ada hewan yang lebih terampil dibanding dirinya, seperti lebah mampu mengolah madu dari berbagai macam bunga yang belum mungkin ditandingi manusia. Dengan demikian jelas bahwa kapasitas manusia yang tertinggi adalah bertemu dengan Allah s.w.t. sehingga yang menjadi tujuan hakiki dalam hidupnya adalah membuka jendela hatinya kepada Tuhan.

Mencapai tujuan hidup

Pertanyaannya adalah bagaimana dan dengan sarana apa manusia dapat mencapai tujuan tersebut?

Sarana pertama. Yang harus dicamkan betul ialah sarana utama untuk mencapai tujuan tersebut adalah mengenali dan beriman kepada Tuhan yang benar. Jika langkah pertama ini sudah salah, lalu manusia mengangkat burung, hewan, unsur alam atau pun manusia lainnya sebagai sembahan, maka tidak mungkin diharapkan kalau langkah berikutnya akan berada di jalan yang lurus. Tuhan yang benar akan menolong mereka yang mencari-Nya sedangkan tuhan yang mati tidak mungkin menolong yang mati.
Allah s.w.t. telah menggambarkan hal ini secara indah dalam ayat:
Hanya bagi Dia-lah doa yang benar. Dan mereka yang diseru oleh orang-orang itu selain Dia, tidaklah menjawab mereka sedikit jua pun. Keadaan mereka tak ubahnya seperti orang yang mengulurkan kedua tangannya ke air supaya sampai ke mulutnya, tetapi itu tidak akan sampai kepadanya. Dan doa orang-orang kafir itu akan sia-sia belaka. (Q.S Ar-Rad:14).
Sarana kedua. Sarana berikutnya guna mencapai tujuan hidup yang hakiki adalah kesadaran akan keindahan sempurna dari Allah yang Maha Perkasa karena keindahan adalah sesuatu yang secara naluriah akan menarik hati dan menghasilkan kecintaan. Keindahan Allah s.w.t. dengan Ketauhidan, Keagungan dan fitrat kebesaran lainnya sebagaimana yang diutarakan Kitab Suci Al-Quran dalam ayat:
Katakanlah: Dia-lah Allah yang Maha Esa, Allah yang tidak bergantung pada sesuatu dan segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dia tidak memperanakkan dan tidak pula Dia diperanakkan, dan tiada seorang pun menyamai Dia (Q.S. Al-Ikhlas:1-4).
Al-Quran berulangkali menarik perhatian manusia kepada kesempurnaan dan keagungan Allah s.w.t. serta mengungkapkan bahwa Tuhan demikian itulah yang menjadi dambaan setiap hati, bukannya tuhan yang mati atau lemah atau pun tidak memiliki rasa welas asih dan kekuasaan.

Sarana ketiga. Cara ketiga mencapai tujuan hidup adalah menyadari sifat pengasih dari Allah s.w.t. karena kecintaan akan muncul sebagai akibat dari keindahan dan sifat pengasih. Fitrat pengasih dari Allah yang Maha Agung dikemukakan secara singkat dalam Surah Fatihah yaitu:
Dia adalah Tuhan sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang, yang mempunyai Hari Pembalasan (Q.S Al-Fatihah:1-3).
Jelas kiranya bahwa kesempurnaan fitrat pengasih Allah s.w.t. meliputi juga pengertian bahwa Dia telah menciptakan hamba-Nya dari ketiadaan dan setelah itu karunia pemeliharaan-Nya dilimpahkan atas diri mereka dan Dia menjadi penopang dari segala hal dimana berbagai macam rahmat-Nya telah dimanifestasikan bagi para hamba-Nya. Fitrat penyayang-Nya tidak mengenal batas dan di luar kemampuan manusia menghitungnya sebagaimana seringkali diungkapkan dalam Al-Quran seperti:
Dia berikan segala sesuatu kepadamu yang kamu minta kepada-Nya dan sekiranya kamu mencoba menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak akan dapat menjumlahkannya. (Q.S. Ibrahim:34).
Sarana keempat. Sarana keempat untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki adalah doa, sebagaimana dinyatakan:
Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu. (SQ.S. al-Mumin:60).
Ajakan berdoa dikemukakan secara berulangkali agar manusia menyadari bahwa ia bisa mencapai tujuan itu berkat kekuasaan Allah s.w.t. dan bukan karena tenaga sendiri.

Sarana kelima. Sarana lain untuk mencapai tujuan hidup adalah berjuang di jalan Allah dengan harta milik, kemampuan dan nyawanya seperti yang diungkapkan dalam:
Berjihadlah dengan harta bendamu dan jiwa ragamu di jalan Allah.  (Q.S. At-Taubah:41)
Menafkahkan segala sesuatu dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. (Q.S. Al-Baqarah:3)
Tentang orang-orang yang berjuang untuk bertemu dengan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. (Q.S. Al-Ankabut:69).
Sarana keenam. Sarana keenam guna mencapai tujuan hidup ialah keteguhan hati atau istiqomah, dengan pengertian bahwa seorang pencari kebenaran jangan sampai merasa lelah atau mundur oleh segala rintangan seperti yang diungkapkan Allah s.w.t. dalam ayat:
Adapun orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka bersiteguh, malaikat-malaikat turun kepada mereka sambil meyakinkan mereka: AJanganlah kamu takut dan jangan pula berduka cita, dan bergembiralah atas khabar suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kami adalah teman-temanmu di dalam kehidupan di dunia dan juga di akhirat. Dan di dalamnya kamu akan mendapati segala yang diri kamu dambakan dan di dalamnya kamu akan mendapati segala yang kamu minta. (Q.S. Ha Mim As-Sajdah:30-31).
Ayat ini mengindikasikan kalau keridhoan Allah s.w.t. bisa dimenangkan karena keteguhan hati. Memang benar bahwa istiqomah itu lebih dari mukjizat. Yang dimaksud dengan istiqomah yang hakiki adalah keadaan dimana meski ditingkar oleh musibah di segala penjuru, bahaya mengancam nyawa dan kehormatan, tidak terlihat adanya titik-titik terang yang meringankan, namun ia tetap tidak takut dan tidak akan mundur atau luntur kepercayaannya.

Keteguhan hati dan kesetiaannya tidak goyah, menerima dengan senang hati semua penghinaan, siap menghadapi kematian, tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan kawan, tidak menunggu-nunggu kabar gembira dari Tuhan, tetap berdiri tegak meski merasa tak berdaya dan lemah serta kekurangan segala keselesaan. Ia akan menjulurkan batang lehernya sambil mengatakan: ‘Terjadilah apa yang harus terjadi’ dan menghadapi dengan berani apa pun yang ditakdirkan baginya serta tidak mengeluh dan menjadi tidak sabar sampai cobaan tersebut selesai.

Inilah yang disebut keteguhan hati atau istiqomah yang ganjarannya adalah Tuhan sendiri. Inilah sifat kesalehan yang telah menjadikan debu dari para Nabi, Rasul, Siddiqi dan suhada masih saja tetap beraroma harum. Hal ini diindikasikan dalam doa:
Tuntunlah kami pada jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. (Q.S. Al-Fatihah:5-6).
Begitu juga dikemukakan dalam ayat lain:
Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan menyerahkan diri kepada Engkau. (Q.S. Al-Araf:126).
Pada saat diterpa cobaan dan kesulitan, Allah yang Maha Agung akan menurunkan nur cahaya ke kalbu mereka yang Dia kasihi sehingga mereka itu tenang menghadapi segala musibah, bahkan karena kelezatan keimanan, mereka itu malah menciumi rantai yang membelenggu kakinya akibat melakukan sesuatu di jalan Allah. Ketika musibah mendatangi seorang hamba Allah dan muncul tanda-tanda kematian yang telah mendekat, ia tidak akan menuntut Tuhan-nya agar ia diselamatkan karena memaksa memohon keselamatan pada saat demikian sama dengan melawan Tuhan dan jadinya bertentangan dengan hakikat penyerahan diri yang sempurna. Seorang pecinta hakiki akan maju terus di kala musibah dan menganggap nyawanya sama sekali tidak berarti serta menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah s.w.t. dan hanya memohon keridhoan-Nya semata.

Allah yang Maha Agung menyatakan:
Di antara manusia ada pula orang yang menjual dirinya untuk mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba-Nya. (Q.S. Al-Baqarah:207).
Singkat kata, hal inilah yang menjadi ruh dari keteguhan hati sebagaimana dijelaskan di atas dan sarana yang menuntun kita kepada Tuhan. Perhatikan¬lah hal ini bagi mereka yang mau memperhatikan.
Sarana ketujuh. Sarana ketujuh guna mencapai tujuan hidup adalah memelihara silaturrahmi dengan orang-orang muttaqi dan mengikuti teladan mereka. Salah satu hal yang menyebabkan perlunya diturunkan para Nabi adalah agar manusia secara naluriah mencari teladan yang sempurna karena hal itu akan mengembangkan hasrat dan niat kebaikan seseorang. Ia yang tidak mengambil suri teladan yang baik, sesungguhnya malas dan tersesat. Hal ini dinyatakan Allah s.w.t. dalam ayat:
Hendaklah kamu termasuk orang-orang yang benar. (Q.S. At-Taubah:118).
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. (Q.S. Al-Fatihah:6).
Itulah beberapa sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia yang dikemukakan di dalam alquran.


              http://agama-islam.org/tujuan-penciptaan-manusia-dan-cara-meraihnya/

Metode Yang Benar Dalam Memahami Islam

Metode Yang Benar Dalam Memahami Islam
Adalah suatu fenomena yang kita saksikan dan tidak bisa dipungkiri bahwasanya ummat Islam sudah terpecah belah menjadi beberapa golongan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri mengabarkan bahwasanya ummatnya akan terpecah menjadi 73 golongan (dan ini sudah terjadi), semuanya masuk neraka kecuali satu golongan yaitu orang-orang yang mengikuti Rasulullah dan para shahabatnya.

Akan tetapi, ketika ditanyakan kepada golongan-golongan tersebut, mereka menjawab bahwasanya mereka berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah bahkan masing-masing golongan menyatakan golongannyalah yang benar sedangkan yang lainnya salah/sesat, bersamaan dengan itu kita ketahui dan saksikan bahwa golongan-golongan tersebut satu sama lainnya saling bertentangan, bermusuhan bercerai-berai dan tidak berada dalam satu manhaj yang menyatukan mereka. Hal ini seperti dikatakan di dalam sya'ir: "Setiap orang mengaku punya hubungan dengan Laila akan tetapi Laila tidak mengakuinya

Untuk itu satu hal yang pasti bagi kita bahwasanya kebenaran itu hanya satu dan tidak berbilang yaitu golongan yang benar dan selamat hanya satu yaitu orang-orang yang mengikuti Rasulullah dan para shahabatnya (salaf) sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang mutawatir. Dengan kata lain golongan yang selamat tersebut adalah orang-orang yang memahami dinul Islam dengan pemahaman salafush shalih (manhaj salaf).

Sedangkan manhaj salaf adalah suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in dan tabi'ut tabi'in di dalam memahami dinul Islam yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Seorang yang mengikuti manhaj salaf ini disebut Salafy atau As-Salafy, jamaknya Salafiyyun atau As-Salafiyyun.

Al-Imam Adz-Dzahabi berkata: "As-Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj salaf." (Siyar A'lamin Nubala` 6/21).

Kemudian di sini akan dikemukakan sebagian dalil-dalil yang menyatakan bahwa manhaj yang benar dalam memahami agama adalah manhaj salaf serta kewajiban bagi kita untuk mengikuti manhaj tersebut, yaitu:

1. Firman Allah subhanahu wa ta'ala :"Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat." (Al-Fatihah:6-7).

Al-Imam Ibnul Qayyim berkata: "Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya?, maka setiap orang yang lebih mengetahui kebenaran serta lebih konsisten dalam mengikutinya, tentu ia lebih berhak untuk berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang Rafidhah (Syi'ah)." (Madarijus Salikin 1/72).

Hal ini menunjukkan bahwa manhaj yang mereka tempuh dalam memahami agama ini adalah manhaj yang benar dan di atas jalan yang lurus, sehingga orang-orang yang berusaha mengikuti manhaj dan jejak mereka, berarti telah menempuh manhaj yang benar dan berada di atas jalan yang lurus pula.

2. "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian." (Al-Baqarah:143).

Allah telah menjadikan mereka orang-orang pilihan lagi adil, mereka adalah sebaik-baik ummat, paling adil dalam perkataan, perbuatan serta keinginan mereka, karena itu mereka berhak untuk menjadi saksi atas sekalian manusia, Allah mengangkat derajat mereka, memuji mereka serta menerima mereka dengan penerimaan yang baik.
Dengan ini jelaslah bahwasanya pemahaman para shahabat merupakan hujjah atas generasi setelah mereka dalam menjelaskan nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah.

3. "Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Ali 'Imran:101).

Para shahabat adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada agama Allah, karena Allah adalah pelindung bagi siapa saja yang berpegang teguh kepada (agama)-Nya sebagaimana firman Allah: "Dan berpeganglah kalian pada tali Allah. Dia adalah pelindung kalian maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (Al-Hajj:78).
Dan telah dimaklumi bahwasanya perlindungan dan pertolongan Allah kepada para shahabat sangat sempurna, hal tersebut menunjukkan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, mereka adalah orang-orang yang memberi petunjuk dengan persaksian dari Allah.

4. "Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah." (Ali 'Imran:110).
Allah telah menetapkan atas mereka keutamaan atas sekalian ummat, hal tersebut karena keistiqamahan mereka pada segala hal, karena mereka tidak akan melenceng dari jalan yang lurus, Allah telah bersaksi atas mereka bahwasanya mereka menyuruh kepada setiap yang ma'ruf, mencegah dari setiap kemunkaran, berdasarkan hal tersebut merupakan suatu keharusan bahwasanya pemahaman mereka merupakan hujjah bagi generasi setelahnya hingga Allah menetapkan putusannya.

5. "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nisa`:115).
Berkata Al-Imam Ibnu Abi Jamrah Al-Andalusi: "Para 'ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini adalah para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan generasi pertama dari ummat ini,?." (Al-Mirqat Fi Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37).
Syaikhul Islam berkata: "Dan sungguh keduanya (menentang Rasul dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin-red) adalah saling terkait, maka siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran, pasti ia telah mengikuti selain jalan orang-orang mukmin. Dan siapa saja yang mengikuti selain jalan orang-orang mukmin maka ia telah menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran." (Majmu' Fatawa 7/38).

Maksud ayat tersebut, bahwasanya Allah mengancam siapa saja yang mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin (dengan neraka Jahannam), maka jelaslah bahwasanya mengikuti jalannya para shahabat dalam memahami syari'at Allah wajib hukumnya, sedangkan menyalahinya merupakan suatu kesesatan.

6. "Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah:100).

Makna dalil tersebut, bahwasanya Tuhan manusia memuji orang-orang yang mengikuti manusia terbaik, maka diketahui dari hal tersebut bahwasanya jika mereka mengatakan suatu pandangan kemudian diikuti oleh pengikutnya pantaslah pengikut tersebut untuk mendapatkan pujian dan ia berhak mendapatkan keridhaan, jika sekiranya mengikuti mereka tidak membedakan dengan selain mereka maka tidak pantas pujian dan keridhaan tersebut.

7. "Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (Al-Furqan:74).
Maka orang-orang bertaqwa secara keseluruhan berimam kepada mereka. Adapun taqwa merupakan kewajiban, di mana Allah dengan gamblang menyebutkannya dalam banyak ayat. Tidak memungkinkan untuk menyebutkannya di sini, maka jelaslah bahwa berimam kepada mereka wajib, adapun berpaling dari jalan mereka akan menyebabkan fitnah dan bencana.

8. "Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku." (Luqman:15).
Seluruh shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang-orang yang kembali kepada Allah, maka Allah memberikan hidayah kepada mereka dengan perkataan yang baik, serta berbuat amal shalih.
Maka merupakan suatu kewajiban untuk mengikuti manhaj para shahabat dalam memahami agama Allah baik yang ada dalam Al-Qur`an ataupun As-Sunnah.

9. "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (As-Sajdah:24).
Sifat-sifat yang disebutkan pada ayat tersebut di atas adalah berkenaan dengan sifat-sifat para shahabat Nabi Musa 'alaihis salam, Allah mengabarkan bahwasanya Dia menjadikan mereka sebagai imam yang diikuti oleh orang-orang sesudah mereka karena kesabaran dan keyakinan mereka, jika demikian kesabaran dan keyakinan merupakan jalan untuk menjadi Imam (pemimpin) dalam agama.

Dan sangat dimaklumi bahwasanya shahabat-shahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam lebih berhak dengan sifat-sifat tersebut daripada ummat Nabi Musa, mereka lebih sempurna keyakinan dan kesabaran dari segenap ummat, maka mereka lebih berhak untuk menjadi imam dan ini merupakan hal yang paten berdasarkan persaksian dari Allah dan pujian Rasulullah atas mereka.

Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah adalah sebagai berikut:

1. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah (generasi) pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian generasi berikutnya." (HR. Al-Bukhari dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu).
Allah telah melihat hati-hati para shahabat Rasulullah di mana Dia mendapatkannya sebaik-baik hati para hamba setelah hati Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Dia memberikan kepada mereka pemahaman yang tidak dapat dijangkau oleh generasi berikutnya, karena itulah apa yang dalam pandangan shahabat merupakan suatu kebaikan demikian pula dalam pandangan Allah dan apa yang dalam pandangan shahabat jelek, jelek pula dalam pandangan Allah.

2. Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu berkata: "Kami melaksanakan shalat maghrib bersama Rasulullah, lalu kami berkata: "Sekiranya kita tetap di sini hingga kita melaksanakan shalat 'isya bersama beliau", kemudian kami duduk, lalu beliau mendatangi kami seraya berkata: "Kalian masih tetap di sini?" kami berkata: "Ya Rasulullah, kami shalat bersama Engkau, kemudian kami berpendapat: kita duduk di sini hingga melaksanakan shalat 'isya bersama Engkau." Beliau berkata: "Ya". Abu Musa berkata: "Kemudian beliau mengangkat kepalanya ke langit dan beliau sering melakukan hal tersebut, lalu beliau bersabda: "Bintang-bintang adalah penjaga langit, jika bintang-bintang telah redup, diberikan kepada langit persoalannya dan Aku adalah penjaga bagi shahabat-shahabatku, jika aku telah tiada maka persoalan akan diserahkan kepada shahabat-shahabatku, dan shahabat-shahabatku adalah penjaga ummatku, jika shahabat-shahabatku telah tiada maka persoalan diserahkan kepada ummatku". (HR. Muslim).

3. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku, demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, seandainya salah seorang di antara kalian berinfaq dengan emas sebesar gunung uhud, tidak dapat menyamai (pahala) satu mud infaq mereka, tidak pula setengahnya." (Muttafaqun 'alaih).

4. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafa` Ar-Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham?" (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ad-Darimi dan lainnya dari Al-'Irbadh bin Sariyah, lihat Irwa`ul Ghalil no. 2455).

5. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Terus-menerus ada sekelompok kecil dari ummatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menghinakan mereka sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti itu." (Muttafaqun 'alaih dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, dan ini adalah lafazh Muslim).

6. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "?Ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan. Beliau ditanya: "Siapa dia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "(golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para shahabatku berada (di atasnya)." (HR. At-Tirmidzi dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash).

Sedangkan ucapan para 'ulama akan wajibnya berpegang dengan manhaj salaf adalah:
Al-Imam Al-Auza'i berkata: "Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun orang-orang menolakmu dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah)." (Asy-Syari'ah, Al-Ajurri hal. 63).

Al-Imam As-Sam'ani berkata: "Syi'ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj as-salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama)." (Al-Intishar li Ahlil Hadits, Muhammad bin 'Umar Bazmul hal. 88).

Al-Imam Al-Ashbahani berkata: "Barangsiapa menyelisihi shahabat dan tabi'in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya." (Al-Hujjah fii Bayanil Mahajjah 2/437-438).

Al-Imam Asy-Syathibi berkata: "Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf maka ia adalah kesesatan." (Al-Muwafaqat 3/284).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar." (Majmu' Fatawa 4/155). Beliau juga berkata: "Bahkan syi'ar ahlul bid'ah adalah meninggalkan manhaj salaf." (Majmu' Fatawa 4/155).

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dinul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin Ya Rabbal 'Alamin. Wallahu a'lamu bish shawab.

Maraji':
1. Limadza Ikhtartu Manhaj Salaf, Asy-Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilali;
2. Majalah Syari'ah ed. 04.


Sumber: darussalaf.or.id

Pembagian Jenis Permintaan

Jenis Permintaan ada 5 macam:

1.    Isti’anah (Permintaan) kepada Allah Ta’ala yaitu isti’anah yang mengandung kesempurnaan sikap merendahkan diri dari seorang hamba kepada Rabbnya, dan menyerahkan seluruh perkara kepada-Nya, serta meyakini bahwa hanya Allah yang bisa memberi kecukupan kepadanya.
Isti’anah seperti ini tidak boleh diserahkan kecuali kepada Allah Ta’ala. Dan dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ


“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
(QS. Al-Fatihah: 4)

Karenanya, memalingkan isti’anah jenis ini kepada selain Allah Ta’ala merupakan perbuatan kesyirikan yang mengeluarkan pelakunya dari agama.

2.    Isti’anah kepada makhluk dalam perkara yang makhluk tersebut mampu melakukannya.

Hukum bagi isti’anah jenis ini tergantung pada perkara yang dimintai pertolongan padanya. Jika perkara tersebut berupa kebaikan maka boleh dilakukan oleh orang yang meminta tolong, sementara yang dimintai tolong disyariatkan untuk memenuhinya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى


“Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa.”
(QS. Al-Maidah: 2)
Jika permintaan tolongnya pada perbuatan dosa maka hukumnya haram bagi yang meminta tolong dan juga bagi memberikan pertolongan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala

وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ


“Dan janganlah kalian tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
(QS.Al-Maidah: 2)

Adapun jika perkaranya adalah perkara mubah maka itu dilakukan boleh yang meminta pertolongan dan bagi orang yang dimintai pertolongan. Bahkan orang yang menolong ini bisa jadi akan mendapatkan pahala karena telah berbuat baik kepada orang lain. Dan jika demikian keadaannya maka justru menolong ini menjadi disyariatkan bagi dirinya. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ


“Dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS.Al-Baqarah: 195)

3.    Isti’anah kepada makhluk yang masih hidup dan hadir (ada di tempat), tapi dalam perkara yang dia tidak mampu melakukannya.
Hukumnya adalah perbuatan sia-sia dan tidak ada gunanya. Misalnya minta tolong kepada orang yang lemah untuk mengangkat sesuatu yang berat.

4.    Isti’anah kepada orang-orang mati secara mutlak (yakni baik yang telah mati itu nabi, atau wali, apalagi selain mereka) atau kepada orang yang masih hidup dalam perkara gaib yang mereka ini tidak mampu melakukannya.
Isti’anah jenis ini adalah kesyirikan, karena dia tidak mungkin melakukannya kecuali dia meyakini bahwa orang-orang ini mempunyai kemampuan tersembunyi dalam mengatur alam. Dalil-dalil bahwa isti’anah bentuk seperti ini adalah haram dan merupakan kesyirikan adalah:
Allah Ta’ala berfirman:

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
(QS. Al-An’am: 17)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ. وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Yunus: 106-107)

Allah Subhanahu berfirman:

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَكُمْ وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ


“Dan mereka yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri.”
(QS. Al-A’raf: 197)
Allah Subhanahu berfirman:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ


“Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai sembahan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.”
(QS. Saba`: 22)

Allah -Azza wa Jalla- berfirman:

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ. إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ


“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.”
(QS. Fathir: 13-14)

5.    Isti’anah dengan perantaraan amal-amal sholeh dan keadaan-keadaan yang dicintai oleh Allah. Isti’anah jenis ini disyariatkan berdasarkan perintah Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ


“Minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat.”
(QS.Al-Baqarah: 153)
[Diterjemah dari Syarh Tsalatsah Al-Ushul hal. 62-63, karya Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah]

artikel: www.al-atsariyyah.com

Saturday, February 25, 2012

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 30.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 30
Direct Download atau via 4shared

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 29.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 29
Direct Download atau via 4shared

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 28.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 28
Direct Download atau via 4shared

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 27.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 27
Direct Download atau via 4shared

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 26.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 26
Direct Download atau via 4shared

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 25.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 25
Direct Download atau via 4shared

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 24.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 24
Direct Download atau via 4shared

H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 23.mp3


H. Muammar ZA - Murottal Al Qur'an Juz 23
Direct Download atau via 4shared