Monday, February 1, 2010

Khutbah Jum'at : Persepsi Islam terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi

Kaum muslimin rahimakumullah!
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan selalu bersyukur kepada Allah yang telah mengaruniai agama Islam sebagai pedoman hidup yang lurus, lengkap, dan sempurna, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran surat Al-Maidah ayat tiga yang artinya, "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agamamu."

Kaum muslimin yang berbahagia!
Salah satu keagungan nikmat yang dikaruniakan Allah bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah nikmat ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia, sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, karena Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling melengkapi, yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan, rekayasa, dan ide-ide. Adapun teknoogi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.

Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran, sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yang artinya, "Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara diri dalam peperanganmu."

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga, tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh, produktif, dan inofatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu. Tetapi, sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Lalu, bangsa Barat dengan mudah mengambil dan menransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula mereka membuat licik, yaitu membelenggu para pemikir Islam, sehinggu sampai saat ini bangsa Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kaum muslimin rahimakumullah!
Begitulah, menurut catatan sejarah bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan lebih dahulu oleh kaum muslimin, kemudian mereka mengembangkannya di atas paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam, sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran.

Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan rasionalitas, bahkan telah menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dengan iptek mereka pasti bisa mencapai apa saja yang ada di bumi ini dan merasa dirinya kuasa pula menundukkan langit, bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yang ada di bumi dn langit. Sehingga, tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yang ada di bumi, agar mereka bisa mendikte dan memberi keutusan terhadap segala permasalahan di dunia.

Sebenarnya masyarakat Barat itu patut dikasihani, karena akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia betapapun tingg kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yang lahiriah saja dari kehidupan semesta alam. Manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas orang pintar ada lagi yang lebih pintar, dan sungguh Allah SWT benci kepada orang yang hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yang ada di dalamnya.

Allah SWT berfirman yang artinya, "Celakalah bagi orang-orang kafir dengan siksa yang pedih. Mereka lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalangi manusia dari jalan Allah, serta menginginkan agar jalan itu bengkok. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata." (Ibrahim: 2 -- 3).

Kaum muslimin rahimakumullah!
Peradaban modern adalah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang gemilang, yang telah dicapai oleh manusia setelah diadakan penelitian yang tekun dan eksperimen yang mahal, yang telah dilakukan selama berabad-abad. Maka, sudah sepantasnya kalau kemudian manusia menggunakan penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya.

Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat luas dengan cara yang belum pernah dirasakan, bahkan oleh para raja dahulu kala. Makanan lebih nikmat dan beraneka ragam, pakaian terbuat dari bahan yang jauh lebih baik dan halus, sarana-sarana transportasi dan komunikasi yang kecepatannya amat mengagumkan, gedung dan rumah tempat tinggal dibangun dengn megah dan mewah. Tampaknya manusia di masa depan akan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi dan memperoleh kemudahan-kemudahan yang lebih banyak lagi.

Walaupun demikian, kita juga menyaksikan betapa batin manusia zaman sekarang selalu mengerang, karena sirat kerakusan manusia semakin merajalela, dan perasaan saling iri di antara perorangan atau kelompok telah menyalakan api kebencian di mana-mana.

Kata orang bijak, di dunia sekarang ini, nafsu manusia lebih besar daripada akal sahabatnya. Kebanyakan manusia di dunia kini hanya mengingat kesenangan hidupnya, lupa kepada Tuhannya. Ia mengira bahwa dunia ini adalah segalanya, tak ada kelanjutannya, dan tak ada kehidupan kecuali di dunia saja.

Benar, bahwa agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi, baik di zaman lampau, di masa sekarang, maupun di waktu-waktu yang kan datang. Demikian pula ajaran Islam, ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teraturdan lurus, dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf.

Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya, segala sesuatu itu adalah mubah, termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban, baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu, sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram, kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya.

Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yang sempit? Allah SWT telah berfirman yang artinya, "Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan." (Al-Hajj: 78).

Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi, vidio, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya, serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi setiap orang: tua, muda, atau anak-anak, yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Tetapi, di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab, adanya pelbagai media informasidn alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja, kiranya faktor manusianyalah yang menentukan opersionalnya. Adakalanya menjadi manfaat, yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi, dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka, manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.

Kaum muslimin rahimakumullah!
Memang, dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah emlakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dn takwa serta tidk ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun, seiring dengan upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita pun harus jeli menentukan pilihan ini. Untuk apakah semua kemajuan itu? Apakah sekadar untuk menuruti keinginan-keinginan syahwat, lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya, semua ilmu dan kemajuan itu dicari untuk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yang dikehendaki Allah, serta untuk meluruskan kehidupan dengan berlandaskan pada kaidah noral Islam?

Itulah pertanyaan dan tantangn bagi kita yang haurs kita jawab dengan pemikiran yang berwawasan jauh ke depan. Namun, terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas, kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Karena, sungguhpun perubahan sosial dan tta nilai kehidupan yang dibawa oleh arus modernisasi, westernisasi, dan sekularisasi terus-menerus menimpa dan menyerang masyarakat Islam, tetapi kesadaran umat Islam untuk membendung dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata masih cukup tinggi, meskipun hanya segolongan kecil umat, yaitu mereka yang tetap teguh untuk menegakkan nilai-nilai Islam.

Akhirnya, semoga dakwah yang singkat ini bermanfaat, amin.

Sumber: Diadaptasi dari Khutbah Cendekiawan Menjembatani Kesenjangan Intelektualitas Umat, Drs. Achmad Suyuti