Tuesday, May 31, 2011

Syarat Berjilbab

Dalam Al Qur'an telah disebutkan dengan jelas mengenai syarat berjilbab ini.

Allah SWT berfirman,
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al Ahzab: 59).

Pemindah Singgasana Ratu Balqis

Blog Uswah Islam kali ini akan menceritakan sebuah karomah yang telah diberikan kepada seorang manusia berilmu yang bernama Ashif bin Barkhiya.
Ashif bin Barkhiya ini dikenal sebagai figur penting dalam kisah pertemuan Nabi Sulaiman a.s dengan Ratu Balqis.
Dia dikaruniai karomah berupa bisa memindahkan singgasana sang ratu hanya dalam sekedipan mata.

Bertobat
Dalam kitab Ihya' Ulumuddin karya sufi besar Imam AL Ghazali dikatakan bahwa Ashif bin Barkhiya adalah sepupu Nabi Sulaiman a.s, dan ada juga yang bilang bahwa dia adalah juru tulis Nabi Sulaiman.
Ashif dahulunya adalah seorang pemboros, sering melakukan maksiat, namun kemudian dia bertobat.

Ketika Ashif dan Nabi Sulaiman bertemu, Nabi Sulaiman menyampaikan apa yang telah diwahyukan Allah tentang dirinya, dan setelah mendengar penjelasan tersebut, Ashif keluar dan menaiki bukit.
Di bukit itulah dia menengadahkan kepala ke langit dan berdoa,
"Tuhanku, Junjunganku, Engkau ya Engkau, aku ya aku, bagaimana aku akan bertobat sedangkan Engkau tidak menerima tobatku?
Bagaimana aku akan minta perlindungan dari dosa sedangkan Engkau tidak menjagaku?
Aku pasti kembali."

 
Demikianlah akhirnya Ashif ini mau menerima pertolongan Allah SWT, sehingga dirinya berubah drastis dari seorang yang selalu melakukan maksiat menjadi orang yang patuh kepada perintah Allah SWT.
Allah pun selalu membantunya dalam melakukan ibadah, ketaatan, penngakuan terhadap dosanya, serta tobatnya.
Pada akhirnya Allah pun memberikan karomah kepada Ashif.

Ashif Memindahkan Singgasana Ratu Balqis
Salah satu karomahnya yang terkenal adalah ia mampu menghadirkan singgasana Ratu Balqis di Yaman untuk dibawa ke Baitul Maqdis di Palestina.
Dikisahkan bahwa suatu saat Ashif bin Barkhiya berwudhu kemudian dia melakukan shalat sunnah 2 rakaat, setelah itu dia berkata kepada Nabi Sulaiman,
"Wahai Nabi Allah, arahkan pandanganmu ke arah yang jauh!"

Nabi Sulaiman pun mengarahkan pandangannya ke arah Yaman.
Setelah itu Ashif berdoa memohon bantuan Allah SWT, maka tiba-tiba singgasana Ratu Balqis yang berada di Yaman muncul di hadapan Nabi Sulaiman dan ketika melihat hal itu, Nabi Sulaiman berkata,
"Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku."
(QS. An-Naml: 40).

Ayat-Ayat Al Qur'an Yang Menjelaskan Singgasana Ratu Balqis
Dalam ayat Al Qur'an, Allah SWT berfirman,
Berkata Sulaiman,
"Hai pembesar-pembesarku, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."




Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan Jin,
"Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu, sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya."

Berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab,
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu itu kepada engkau sebelum matamu berkedip."

Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu telah terletak dihadapnnya, ia pun berkata,
"Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatnya).
Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan ) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."
(QS. An-Naml: 38-40).

Berkenaan dengan firman Allah SWT tersebut, Ibnu Katsir berkata,
"Orang itu adalah Ashif seorang juru tulis Nabi Sulaiman."

Dialah Ashif bin Barkhiya, seorang manusia yang diberi karomah oleh Allah SWT karena tobat dan doanya.
Dia selalu menjaga wudhu, seorang yang jujur dan mengetahui.
Akankah kita semua sebagai umat Islam ingkar akan kisah agung dari Al Qur'an ini?
Sebuah kisah Uswah Islam yang harus kita jadikan suri tauladan sekaligus pelajaran, betapa dekatnya Ashif bin Barkhiya ini kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Monday, May 30, 2011

Ibnu Katsir | Tentang Makrifat

Ibnu Katsir mengatakan bahwa kecintaan mereka (orang-orang beriman) kepada Allah SWT merupakan bentuk kesempurnaan makrifat mereka kepadaNya.

Mereka tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu, akan tetapi mereka menyembahNya serta mengembalikan permasalahan mereka kepadaNya.
Dengan demikian mereka yang mencintai Allah hanya akan bersandar pada Allah SWT, mencintai sepenuh jiwa dan hati dan sangat bergantung pada-Nya.

Sunday, May 29, 2011

Khamar Dalam Syariat Islam

Perlu diketahui bahwa khamar dalam syariat islam adalah segala hal yang memabukkan, baik berupa minuman atau makanan.

Rasulullah SAW bersabda,
"Setiap yang memabukkan adalah khamar, dan setiap yang memabukkan adalah haram."
(HR. Muslim).

Saturday, May 28, 2011

Pemeluk Islam Meningkat

Selama 30 tahun terakhir jumlah kaum muslim di dunia telah meningkat dengan pesat. Angkat statistik tahun 1973 menunjukkah bahwa jumlah penduduk muslim dunia adalah 500 juta.
Sekarang, angka ini telah mencapai 1.5 miliar dan kini setiap empat orang salah satunya adalah Muslim.

Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk yang beragama islam akan terus bertambah dan islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya karena jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk islam yang terus meningkat.

Friday, May 27, 2011

Mencintai Allah

Mencintai Allah sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim karena rasa cinta menjadi ukuran keimanan dan menjadi pembeda antara muslim dan orang kafir.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT,
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat mencintai Allah, dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya niscaya mereka menyesal."
(QS. Al Baqarah: 165).

Thursday, May 26, 2011

Keutamaan Ali bin Abi Thalib

Tidak diragukan lagi bahwa Ali bi Abi Thalib adalah sahabat dan khalifah ke empat yang terbaik sesudah Abu Bakar, Umar dan Ustman dalam pimpinan Islam.
Adapun orang-orang syi'ah yang lebih mengutamakan Ali dari ketiga shabat tersebut, bahkan memusuhi dan mengkafirkan selainnya.
Hal itu hanya didasari oleh sifat fanatik buta belaka yang membuat hati juga menjadai buta, sehingga tidak bisa dan tidak mau melihat kebenaran.

Ali bi Abi Thalib termasuk salah seorang dari sepuluh orang yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW akan masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda,
"Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di Surga, Thalhah di surga, ZUbair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa'ad bin Abi Waqqas di surga, Said bi Zaid di surga, dan Abu Ubaidah bin Jarrah di surga."

Beliau adalah orang yang cinta dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,
"Akan kuberikan bendera perang besok kepada seseorang yang Allah akan memenangkan kaum muslimin lewat tangannya. Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya," lalu bendera tersebut diberikan kepada Ali bi Abi Thalib.

Wednesday, May 25, 2011

Anjuran Bersedekah

Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah.
Hal itu dimaksudkan agar rezeki yang Allah berikan kepada kita menjadi berkah dan bermanfaat.
Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 261 yang artinya,
"Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebulir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karuniaNya lagi Maha Mengetahui."

Ayat ini menunjukkan kepada umat Islam bahwa sedekah di jalan Allah akan dibalas dengan dua kali lipat, bahkan Allah menjamin harta mereka bebas dari bencana dan musibah.

Hadits Rasulullah SAW,
"Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi.
Yang satu menyeru, Ya Tuhan, karuniakanlah kepada orang yang membelanjakan hertanya kepada Allah."

Tuesday, May 24, 2011

Rombongan Kelima Iblis

Akan datang Iblis laknatullah menyerupai sanak saudara yang hendak mati tu, seperti ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan orang yang di dalam sakaratul maut itu sangat mengharapkan makanan dan minuman lalu dia pun mengulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawa oleh si ayah dan ibu yang dirupai oleh iblis laknatullah.

Monday, May 23, 2011

Rombongan Keempat Iblis

Rombongan Keempat Iblis saat sakaratul maut, akan datang iblis menyerupai sesuatu yang paling dibenci oleh orang yang akan mati, seperti musuhnya.

Maka orang yang di dalam sakaratul maut itu akan menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu kepada musuh yang dibencinya itu.
Maka sewaktu itulah maut pun datang dan matilah ia sebagai orang yang mati fasik dan munafik.

Haramkah Wanita Memperdengarkan Suaranya?

Apakah suara wanita haram sehingga ia tidak boleh berbicara dengan pemilik warung/kios di pasar guna membeli kebutuhannya, walaupun tanpa membaguskan dan melembutkan suaranya? Begitu pula, dengan rasa malu ia mengajak bicara tukang jahit saat ia hendak menjahitkan pakaiannya?


Jawab:


Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin t berkata, “Ucapan wanita tidaklah haram dan bukan aurat. Akan tetapi, bila si wanita melunakkan suaranya dan melembutkannya, serta berucap dengan gaya bicara yang bisa membuat orang lain tergoda, itu baru haram. Ini berdasarkan firman Allah l:
“Maka janganlah kalian tunduk dalam ucapan hingga berkeinginan jeleklah orang yang di hatinya ada penyakit.” (Al-Ahzab: 32)
Dalam ayat di atas, Allah l tidak mengatakan, “Maka janganlah kalian berbicara dengan para lelaki.” Tetapi, Allah l mengatakan, “Maka janganlah kalian tunduk dalam ucapan.”
Tunduk dalam ucapan lebih khusus daripada berbicara secara mutlak1.
Dengan demikian, tidak mengapa seorang wanita berucap kepada lelaki bila tidak menimbulkan fitnah. Dahulu ada wanita mendatangi Nabi n dan mengajak bicara beliau, sementara orang-orang mendengar ucapan si wanita dan Nabi n pun menjawab ucapannya. Hal itu tidaklah dianggap sebagai kemungkaran.
Hanya saja, tidak boleh berduaan saat berbincang dengan seorang wanita, melainkan harus ditemani mahram si wanita dan tidak menimbulkan fitnah. Karena itulah, seorang lelaki tidak diperkenankan menikmati suara wanita, sama saja baik ia menikmatinya sebagai kesenangan yang biasa (karena kemerduan suaranya, misalnya, pen.) maupun karena kesenangan syahwat. Wallahul muwaffiq.” (Fatawa Manaril Islam, 3/835—836, dinukil dalam Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah, hlm. 688)

KB Merupakan Ujian Buat Kita Semua

Dua huruf, K dan B, yang tidak bermakna apa-apa, saat dirangkum menjadi sebuah singkatan, KB, ternyata mampu mengubah pola, gaya, maupun tujuan kehidupan berumah tangga. Apapun yang Anda inginkan dengan singkatan tersebut, apakah Keluarga Berencana atau Keluarga Besar, masing-masing menjadi ujian yang menuntut jawaban tepat dari kita. 
KB yang merupakan singkatan dari Keluarga Berencana, bila ditilik asal katanya, ia merupakan program yang baik dan harus mendapat dukungan sepenuhnya. Sebab semua orang yang hendak membangun rumah tangga harus memiliki perencanaan yang baik lagi matang. Mulai dari meluruskan tujuan pernikahan, memilih calon pasangan hidup, membina keluarga, anak-anak, dan seluruh urusan kerumahtanggaan, semuanya perlu direncanakan dengan baik. Hal ini merupakan ujian yang cukup menyita waktu untuk menjawabnya.
Lebih dari itu, KB yang merupakan singkatan dari Keluarga Besar pun merupakan ujian yang tidak kalah beratnya. Sebab menjadi keluarga besar berarti harus serius dalam membina dan mendidik mereka agar menjadi generasi kaum muslimin yang tangguh dan berpotensi sebagai mujahid Robbani, pembela dan penebar dakwah yang berbarokah ini.
Namun, saat ini istilah Keluarga Berencana telah diidentikkan dengan alat-alat kontrasepsi atau perlakuan-perlakuan khusus untuk mengatur dan membatasi jumlah kelahiran hanya dua atau tiga saja dengan dalih membina keluarga sejahtera dan bahagia. Sehingga KB yang berkonotasi jelek ini menjadi ujian yang lebih berat bagi kaum muslimin di seluruh penjuru negeri.
Dengan berbagai propaganda, kaum muslimin dipaksa untuk menyadari dan memaklumi bahwa mereka harus melakukan usaha untuk membatasi jumlah kelahiran anak mereka. Sesuai slogannya, untuk menyejahterakan keluarga, propaganda KB pun diarahkan pada janji perbaikan ekonomi dan perhitungan materi.
Anehnya, sebagian besar kaum muslimin lebih terpikat dengan doktrin ini daripada ajaran mulia al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga setelah sebelumnya mereka meninggalkan keduanya, lalu setelah mereka terpengaruh dengan propaganda ini, meski disebutkan bahwa Alloh Penjamin kesejahteraan seluruh makhluk-Nya, atau bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan agar kita membina keluarga besar dengan banyak anak, hanya sedikit saja dari umat ini—yang dirohmati Alloh azza wajalla—yang sadar dan kembali kepada seruan Alloh dan Rosul-Nya ini.
Memang, Islam tidak begitu saja menghukumi haram KB yang berarti membatasi kelahiran maupun yang diidentikkan dengan alat kontrasepsi ini. Namun, Islam-lah yang seharusnya mengatur dan menentukan hukum masing-masing KB dengan masing-masing kasusnya, bukan yang lain. Artinya, KB baru dibolehkan bila sesuai dengan aturan Islam.
Yang kita sayangkan, masalah pokok ini begitu saja dilupakan atau sama sekali tidak diperhatikan oleh sebagian besar umat ini. Kaum muslimin dengan tanpa aturan menerapkan dan memakai KB ini atau meminta dipakaikan. Demikian pula pihak-pihak tertentu tidak lagi menimbang-nimbang keadaan antara satu orang dengan yang lainnya, alasan yang satu dengan yang lainnya, sehingga diketahui manakah orang yang menurut Islam boleh menerapkan KB dan mana yang tidak boleh.
Ditambah lagi, mereka tidak lagi mempertimbangkan tentang KB manakah yang boleh digunakan atau yang tidak boleh digunakan, kecuali sedikit sekali dari mereka yang masih takut bermaksiat dan berbuat dosa, yaitu mereka yang mendapat rohmat dari Alloh sehingga tetap mengacu dan berpijak kepada syariat-Nya yang mulia ini. Semua ini menjadikan KB menjadi ujian yang semakin berat dan semakin sulit diluruskan. Semoga Alloh Ta’ala memudahkan kehidupan rumah tangga kita dalam menggapai keridhoan-Nya. Amin.

Oleh: Ustadz Abu Ammar al-Ghoyami
http://alghoyami.wordpress.com/2011/05/08/kb-merupakan-ujian-buat-kita-semua/

Sunday, May 22, 2011

Rombongan Ketiga Iblis Saat Sakaratul Maut

Akan datang iblis laknatullah menyerupai binatang yang menjadi kesukaan orang yang hendak mati itu, seperti burung dan lain sebagainya.
Apabila tangannya meraba burung itu dan waktu meraba itu dia mati, maka matinya itu di dalam golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT.

Saturday, May 21, 2011

Rombongan Kedua Iblis Saat Sakaratul Maut

Rombongan kedua dari Iblis ini akan datang menyerupai binatang yang ditakuti seperti harimau, singa dan ular.
Maka apbila yang sedang sakaratul maut memandang binatang itu, maka dia pun meraung dan melompat.

Seketika itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya.
Maka matinya itu disebut sebagai mati lalai kepada Allah SWT.

Friday, May 20, 2011

Rombongan Pertama Iblis Saat Sakaratl Maut

Setan dan Iblis laknatullah senantiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayai manusia dari terjadinya setitik mani, hingga ke akhir hayat.
Godaan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat ketika sakaratul maut.
Iblis laknatullah punya golongan dan rombongan untuk mengganggu manusia.

Rombongan pertama Iblis.
Akan datang Iblis laknatullah menyerupai emas, perak dan lain-lain serta makanan dan minuman yang lezat.
Maka, jika orang yang sakaratul mau itu di masa hidupnya sangat tamak, maka diraba dan disentuhnya barang iblis laknatullah itu, di waktu nyawa insan hampir putus dari tubuh.
Inilah yang dinamakan mati lalai kepada Allah SWT.

Untuk rombongan lain akan menyusul di postingan berikutnya.

Thursday, May 19, 2011

Apa Kabar Sobat Semua (Ceramah Berbakti Kepada Kedua Orang Tua))

Apa kabar sobat semua???gak terasa sudah sekitar setahun saya tidak menulis di blog ini. Semoga sobat semua gak penasaran yaa nungguin update dari blog ini. Sebenarnya bukan saya tidak mau lagi menulis, tapi karena kesibukan yang begitu banyak sampai saya gak sempat lagi login dah mencoret-coret di blog ini...tapi syukurlah hari ini saya senang sekali dapat kembali hadir memberikan sedikit sumbangsih bagi para sobat pembaca.
Baiklah sobat semua kali ini saya ingin berbagi cerita. Sekitar dua minggu lalu saya menerima telepon dari seorang teman lama yang telah 5 tahun lebih tidak bertemu. Beliau adalah seorang Ustadz besar dan Pengurus di Masjid Agung Kabupaten Berau, beliau meminta tolong saya untuk menuliskan sebuah pidato berbahasa Arab dan berbahasa Indonesia dengan tema "Berbakti Kepada Orang Tua". Singkat cerita mulailah pengembaraan saya di dunia maya mengumpulkan bahan dan materi untuk di"racik" menjadi sebuah tulisan dan akhirnya jrejeeeng....selesai dech...Besar harapan saya semoga beliau senang dan dapat memanfaatkan tulisan ini dengan sebaik-baiknya...
Monggo silahkan dilihat dan dicopy jika sobat memerlukannya..oya jangan lupa sebelum dicopy jangan lupa doakan penulis dan semua yang terlibat dalam pembuatan bahan-bahan penulisan ini. hehehehe....

---------------------------------------------------

Assalamu'alaikum wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang menguasai seluruh alam. Rahmat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada seorang Nabi yang tidak akan ada Nabi sesudahnya, Nabi Muhammad Saw. , kepada keluarga dan sahabatnya seluruhnya.


Yang terhormat bapak ..................

yang terhormat bapak dan ibu .........

yang saya banggakan rekan-rekan sekalian.........

Setiap manusia sudah pasti memiliki orang tua. Tidak satupun manusia yang lahir tanpa orang tua. Kita pun menyadari bahwa orang tua berkuah keringat, siang dan malam banting tulang, memeras pikiran, sekuat tenaga memperjuangkan agar anaknya bisa hidup seperti layaknya anak-anak yang lain.
Karena itu saat ini ijinkan saya untuk menyampaikan betapa penting berbakti kepada orang tua.

Rekan-rekan dan para hadirin yang saya banggakan.

Alloh yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23).


Rekan-rekan dan para hadirin yang saya cintai.


Alangkah lebih baik jika kita memahami arti Penting dan Kedudukan Berbakti Pada Orang Tua. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal sholih yang mulia bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada orang tua. Alloh Ta’ala berfirman:


“Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36).

Di dalam ayat ini perintah berbakti kepada dua orang tua disandingkan dengan amal yang paling utama yaitu tauhid, maka ini menunjukkan bahwa amal ini pun sangat utama di sisi Alloh ‘Azza wa Jalla. Begitu besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at, Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970). Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.


Rekan-rekan dan para hadirin yang saya mulyakan.


Janganlah sekali-kali kita berbuat durhaka kepada orang tua. Ingatlah begitu dahsyatnya ancaman bagi siapapun yang durhaka kepada orang tua.Wahai saudaraku, Rosululloh menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Alloh. Dalam hadits Abi Bakrah, beliau bersabda :

ألا أنبئكم بأكبر الكبائر قلنا بلى يا رسول الله قال الإشراك بالله وعقوق الوالدين .........

“Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar ?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, duraka kepada kedua orang tua.” (HR. Al Bukhori)



Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagaa perbuatan durhaka, tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah tingkah sang anak. Ibnu ‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari)



Alloh pun menegaskan dalam surat Al Isro’ bahwa perkataan “uh” atau “ah” terhadap orang tua saja dilarang apalagi yang lebih dari itu. Dalam ayat itu pula dijelaskan perintah untuk berbuat baik pada orang tua.



Sekarang kita ketahui bersama apa arti penting dan keutamaan berbakti pada orang tua. Kita ingat kembali, betapa sering kita membuat marah dan menangisnya orang tua? Betapa sering kita tidak melaksanakan perintahnya? Memang tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Alloh, akan tetapi bagaimana sikap kita dalam menolak itupun harus dengan cara yang baik tidak serampangan. Bersegeralah kita meminta maaf pada keduanya, ridho Alloh tergantung pada ridho kedua orangtua.


Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf jika ada perkataan yang tidak berkenan.

Assalamu'alaikum wr.wb

--------------------------------------------------------

Sejarah Kiswah

Menurut sejarah, Ka'bah sudah diberi kain penutup yang disebut kiswah sejak zaman Nabi Ismail a.s, putera dari Nabi Ibrahima.s.
Namun tidak ada catatan yang mengisahkan kisawah pada zaman Nabi Ismail terbuat dari apa dan berwarna apa.
Baru pada masa kepemimpinan Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman, disebutkan kiswah.
Pada masa Qusay ibnu Kilab, salah seorang leluhur Nabi Muhammad SAW yang terkemuka, pemasangan kiswah pada ka'bah menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku Quraisy.

Rasulullah SAW sendiri juga pernah memerintahkan pembuatan kiswah dari kain yang berasal dari Yaman.
Sedangkan 4 khalifah penerus Nabi Muhammad SAW yang termasuk dalam Khulafa Al-Rasyidin memerintahkan pembuatan kiswah dari kain benang kapas.
Sementara itu, pada era kekhalifahan Abbassiyah, khalifah ke 4 al Mahdi memerintahkan supaya kiswah dibuat dari kain sutra Khuz, yang pada masa pemerintahannya, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman.




Warna Kiswah
Menurut catatan sejarah, kiswah tidak selalu berwarna hitam pekat seperti saat ini.
Kiswah pertama yang dibuat dari kain tenun dari Yaman justru berwarna merah dan berlajur-lajur.
Sedangkan pada masa khalifah Mamun ar-Rasyid, kiswah juga pernah dibuat dengan warna dasar putih.

Kiswah juga pernah dibuat berwarna hijau atas perintah Khalifah An-Nasir dari Bani Abbasiyah sekitar abad 16 M dan kiswah juga pernah dibuat berwarna kuning berdasrkan perintah Muhammad Ibnu Sabktakin.

Penggantian kiswah yang berwarna-warni dari tahun ke tahun, rupanya mengusik benak Khalifah Al-Mamun dari Dinasti Abbasiyyah, hingga akhirnya diputuskan bahwa sebaiknya warna kiswah itu tetap dari waktu ke waktu yaitu hitam.
Hingga saat ini, meskipun kiswah diganti setiap tahun, tetapi warnanya selalu hitam.

Dulu, kiswah yang terbuat dari sutera hitam pernah didatangkan dari Mesir yang biayanya diambil dari kas Kerajaan Mesir.
Tradisi pengiriman kiswah dari Mesir ini dimulai pada zaman Sultan Sulaiman yang memerintah Mesir pada sekitar tahun 1950-an H sampai masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya sekitar akhir tahun 1920-an.
Raja Abdul Aziz bin Saud memutuskan untuk membuat pabrik kiswah sendiri pada tahun 1931 di Makkah.
Hingga akhirnya kiswah dibuat di Arab Saudi hingga saat ini.

Wednesday, May 18, 2011

Sekarat

Sekarat yang berarti sakaratul maut, tidak ada yang mengetahui pasti.
Sebuah proses yang akan terlepasnya roh dari jasad manusia.

Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al Jumuah: 63).

Ayat di atas menjelaskan bahwa sakaratul maut tidak ada yang mengetahui secara pasti, namun bisa dilihat dari tanda-tandanya, misalnya sakit dan lain sebagainya.

Tuesday, May 17, 2011

Balasan Setiap Perbuatan

Allah SWT berfirman,
"Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka itu untuk dirimu sendiri.."
(QS. Al Israa': 7).

Penggalan ayat di atas menunjukkan sebuah prinsip ganjaran perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Ayat tersebut juga menegaskan, bahwa semua perbuatan manusia akan menjadi miliknya sendiri dengan apapun semua harta dan konsekuensinya.
Selain itu juga menegaskan, bahwa balasan akan menjadi konsekuensi logis bagi setiap amal perbuatan, baik atau buruk.


Monday, May 16, 2011

Pentingnya Silaturrahmi

Islam merupakan satu-satunya agama yang mengajarkan umatnya agar selalu menjaga hubungan baik dengan Sang Pencipta di satu sisi dan sesama makhluk di sisi lain.
Seseorang dikatakan tidak sempurna imannya jika hanya mempunyai hubungan baik dengan Allah SWT tapi buruk dengan sesamanya.
Demikian pula sebaliknya.

Salah satu bentuk ajaran Islam yang mulia itu yaitu kewajiban menjaga hubungan baik dengan tetangga.
Dalam Islam, tetangga memiliki kedudukan yang sangat agung.
Rasulullah SAW adalah manusia yang sangat memuliakan para tetangganya.

Dalam kehidupan Nabi, tetangga ditempatkan pada posisi yang sangat mulia.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda,
"Malaikat Jibril senantiasa mewasiatkan agar aku berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia akanmemberikan hak waris bagi mereka."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, kita sebagai pengikutnya hendaklah senantiasa berlaku baik kepada para tetangga.
Rasulullah SAW bersbda,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari akhir, hendaklah ia berlaku baik kepada tetangganya."
(HR. Muslim).

Bahkan dalam Al Qur'an, Allah SWT memperingatkan tentang berbuat baik kepada tetangga juga.
Allah SWT berfirman,
"Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh."
(QS> An Nisa': 36).

Ayat tersebut mengajarkan kepada kita bahwa berbuat baik kepada tetngga merupakan perintah agama yang wajib kita jalankan.
Ayat tersebut juga tidak membedakan apakah tetangga itu muslim atau tidak.
Bahkan haram hukumnya bagi seorang muslim memutus hubungan dengan tetangga non muslim, selama mereka tidak mengganggu.
Ketika mereka sakit, dianjurkan menjenguknya.

Sunday, May 15, 2011

Pahala Sempurna

Uqbah bin Amir Aljuhani mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa mengimami suatu kaum, maka apabila sempurna emngimami shalat, maka baginya pahala sempurna.
Begitu juga bagi makmum jika imam tidak menyempurnakan, amka bagi makmum pahala yang sempurna, tetapi atas imam itu dosa."


HR. Ahmad.

Saturday, May 14, 2011

Mencekik Dirinya Sendiri

Rasululah SAW bersabda,
"Seseorang yang mencekik dirinya sendiri atau bunuh diri, maka ia akan mencekik dirinya sendiri pula di neraka.
Dan seseorang yang menusuk dirinya sendiri, maka ia akan menusuk dirinya sendiri pula di neraka."

HR. Bukhari.

Sangat menakutkan bila terjadi demikian.
Jangan bunuh diri, karena agama Islam mengharamkan bunuh diri.

Friday, May 13, 2011

Menjaga Ucapan

Perbuatan fitnah dan menyebarkan aib orang lain termasuk dosa yang dilarang.
Karena itu, Islam menganjurkan agar senantiasa menjaga mulut dan ucapan agar selamat.

Allah SWT berfirman,
"Betul-betul buruk perumpamaan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami itu.
Dengan perbuatan mereka yang demikian, mereka telah menganiaya dirinya sendiri."
(QS. Al A'raf: 177).

Ayat di atas menjelaskan bahwa seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT tidak akan menyebarkan fitnah dan berkata kasar, apalagi misuh.
Karena itu, Islam menuntut seorang mukmin untuk berbuat baik dan berperilaku baik terhadap semua orang.

Jagalah Lima Perkara

Rasulullah SAW bersabda,
"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara."

Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu.
Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.
Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu.
Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.
Masa hidupmu sebelum datang kematianmu.

HR. Al Hakim.

Kesempurnaan Wudhu

Imam Muslim meriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Siapa saja diantara kalian yang berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu membaca Asyhadu allaa ilaaha illallah, wahdahu laa syaarikalah, wa asyhadu anna Muhammadan 'aaduhuu wa rasuluh.

Melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang berjumlah delapan dan ia masuk darimana saja ia sukai.

Tuesday, May 10, 2011

Keutamaan Istikharah

Tidak akan kecewa bagi yang melaksanakan istikharah dan tidak akan menyesal bagi orang yang suka bermusyawarah dan tidak ada kekurangan bagi orang yang suka berhemat.
(HR. Thabrani).

Monday, May 9, 2011

Biarkan Ruh Meluncur

Hanya untuk sebagai renungan saja untuk kita semua.
Biarkan ruh meluncur dibawa oleh tuntunan Allah SWT pada saat sedang menjalankan ibadah shalat.

Semua itu sesuai dengan firman Allah SWT,
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kapada Engkaulah kami mohon pertolongan."
(QS. Al Fatehah: 5).

Sunday, May 8, 2011

Beda Mukjizat dan Sulap

Para ulama islam dengan tegas menyatakan bahwa mukjizat tidak sama seratus persen dengan sulap.
Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada Nabi, tidak bisa dipelajari serta tidak akan ada yang bisa menirukannya sepanjang masa.
Mukjizat diberikan kepada para Nabi, karena umat yang dipimpinnya selalu meragukan kenabiannya.

Jika mukjizat bisa ditiru, tentu mereka semakin tidak percaya lagi kepada para Nabi.
Mukjizat suatu keajaiban khusus pada nabi, sedangkan sulap keajaiban yang bisa dipelajari semua orang.

Umat Nabi Shaleh yaitu kaum Tsamud adalah masyarakat yang ahli dalam seni lukis atau pahat.
Gunung yang menjulang tinggi bisa mereka pahat sehingga nampak sebagai sesuatu yang hidup.
Oleh sebab itu Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Shaleh berupa unta yang benar-benar hidup yang keluar dari batu-batu pegunungan.

Inilah mukjizat.
Tidak ada satu pun ahli pahat waktu itu dan sampai kapanpun yang bisa menirukan keajaiban ini.

Allah SWT berfirman,
"Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu.
Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu sebagai mukjizat yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti."
(QS. Al Israa: 59).

Saturday, May 7, 2011

Ridha Takdir

Ridha kepada takdir hukumnya wajib karena ia termasuk kesempurnaan ridha kepada rububiah Allah SWT.
Maka dari itu wajib bagi setiap muslim ridha kepada takdir Allah.

Akan tetapi, mengenai perkara yang ditakdirkan terdapat beberapa perincian, dan perkara yang ditakdirkan berbeda dengan takdir itu sendiri, karena takdir adalah perbuatan Allah, sedangkan perkara yang ditakdirkan adalah obyek dari perbuatan atau takdir Allah SWT.

Friday, May 6, 2011

Beda Qadha dan Qadar

Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara keduanya.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Qadar adalah ketetapan Allah SWT di waktu terdahulu, sedangkan Qadha adalah keputusan Allah SWT tentang sesuatu ketika terjadi.

Jika Allah SWT menetapkan sesuatu pada waktunya, maka itulah qadar (pasti akan terjadi).
Jika tiba waktu terjadinya sesuatu itu, maka itu menjadi Qadha.
Dan yang seperti ini banyak di dalam Al Qur'an seperti firmanNya,
"Telah diputuskan perkara."
(QS. Yusuf: 41).

Allah SWT berfirman,
"Dan Allah menghukum dengan keadilan."
(QS. AL Mukmin: 20).

Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an lain yang serupa.
Jadi Qadar adalah ketetapan Allah SWT tentang sesuatu sebelum terjadinya, sedangkan Qadha adalah ketika terjadinya.

Thursday, May 5, 2011

Amal Paling Mulia

Ketika Rasulullah SAW ditanya para sahabat,
"Ya Rasulullah, amalan apa yang paling mulia."

Rasul menjawab,
"Seutama amal adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang lain yang beriman, yaitu denganm melepaskan dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan dan membayarkan hutang-hutangnya."

Wednesday, May 4, 2011

Amalan Istikhomah

Amalan yang dicintai oleh Allah SWT adalah amalan yang meskipun sedikit, namun kontinyu.
Misal saja mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istikhomah pada kita dan keluarga.

Sifat istikhomah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah SWT.
Sedekah kalo dilakukan rutin, istikhomah tiap bulan dengan keikhlasan yang tinggi, juga merupakan suri tauladan yang baik untuk diri kita pribadi khususnya dan orang lain pada umumnya.
Sedekah sedkit namun kontinyu bisa dijadikan uswah menurut penulis.

Download Bedah Buku: N.I.I Dalam Timbangan ‘Aqidah (Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam) (Penting!!!)

Download Bedah Buku: N.I.I Dalam Timbangan ‘Aqidah (Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam) (Penting!!!)

Salah satu yang menarik apabila memperhatikan sejarah Indonesia adalah begitu seringnya terjadi pemberontakan-pemberontakan, baik pada awal kemerdekaan sampai saat ini. Salah satu pemberontakan terlama yang ditumpas yaitu DI/TII yang bercita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia (N.I.I) yang dipimpin oleh SM Kartosuwiryo.
Dan sampai saat ini N.I.I pun tetap ada walaupun pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan telah lama ditumpas dan pimpinannya pun, yaitu SM Kartosuwiryo telah tewas bersama pasukannya, ketika ditumpas oleh TNI. Berbagai cara secara gerakan bawah tanah dilakukan dalam upaya membangun kembali cita-cita tersebut.
Untuk itulah, Divisi Perpustakaan Lembaga Dakwah dan Taklim (L-DATA) Jakarta bersama Remaja Mutiara Hadits menyelenggarakan bedah buku berjudul “N.I.I Dalam Timbangan Aqidah” karya Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam. Yang diselenggarakan pada hari Ahad, tanggal 25 Agustus 2002 mulai pukul 08.30 s.d. 12.00 WIB bertempat di Musholla Al Anwar di Jl. Jatinegara Barat, GG. Anwar I RT 012/01
Buku ini sendiri lebih membahas N.I.I dalam perspektif aqidah. Khususnya dalam mengungkap bagaimana sebenarnya seluk beluk akidah N.I.I, khususnya pemahaman tentang iman, hijrah, dan jihad, lalu menimbangnya dengan timbangan manhaj salaf.
Yang menarik dari bedah buku ini adalah karena Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam sendiri adalah mantan aktivis/pejabat NII yang sekarang bermanhaj salaf.
Silahkan download kajiannya pada link di bawah, selamat menyimak!
Atau download dalam format mp3.zip Disini
Sumber : Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/download-bedah-buku-n-i-i-dalam-timbangan-%E2%80%98aqidah-ustadz-abu-hudzaifah-suroso-abdussalam-penting/

Bukti Kesesatan NII (Negara Islam Indonesia)

Bukti Kesesatan NII (Negara Islam Indonesia)

Oleh: Al-Ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Bangunan Megah di Pesantren Al-Zaytun, Indramayu
NII – Pesantren Al-Zaytun (1)
Bukti-bukti Kesesatan NII KW IX Abu Toto
Sepak terjang NII KW IX (Negara Islam Indonesia Komandan Wilayah IX), dalam kurun waktu di bawah kepemimpinan Haji Abdul Karim dan kemudian Haji Muhammad Ra’is dari tahun 1984 s/d 1992 maupun di bawah kepemimpinan Abu Toto Asy-Syaikh AS Panji Gumilang (gelar kebesarannya saat ini) sejak dari tahun 1992 hingga tahun 2001 telah menimbulkan banyak korban. Secara nyata yang lebih banyak dirugikan baik moril maupun material oleh KW IX sejak masa Haji Karim sampai Abu Toto adalah umat islam pada umumnya, dan secara khusus kalangan NII atau DI (Darul Islam).
Kerugian yang diderita ummat Islam secara moril adalah telah tercemarinya pemikiran dan pemahaman mereka tentang Islam, sehingga mereka sama sekali tidak menyadari dan tanpa terasa telah terjerumus pada suatu keyakinan yang menjungkir-balikkan prinsip-prinsip keimanan (aqidah) yang untuk selanjutnya berdampak pada pelecehan terhadap syari’at serta bermuara pada kemerosotan akhlak.
Suatu tindakan pemurtadan sekaligus penindasan dan pemiskinan telah berlangsung terhadap umat Islam Indonesia yang dilakukan oleh KW IX di Indramayu Jawa Barat, Gerakan sesat yang mengatasnamakan NII di balik pesantren mewah Al-Zaytun. Suatu tindak kejahatan politik, sosial dan pelanggaran HAM yang sangat serius yang mungkin belum pernah dilakukan oleh kelompok sempalan maupun yang ada dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.
Penyimpangan ‘Aqidah
Kezhaliman yang paling dahsyat yang dilancarkan oleh KW IX baik pada masa kepemimpinan Haji Abdul Karim, Haji Ra’is maupun kepemimpinan Abu Toto adalah menciptakan syirik. Berdasarkan data-data yang telah tertuang di atas dan beberapa kesaksian dan laporan para mantan peagikut Abu Toto, maka syirik yang diciptakan NII KW IX dalam kurun 1984-5 s/d 2001 sekarang adalah menyusun sistematika tauhid secara serampangan, dengan membaginya ke dalam 3 substansi tauhid, yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Mulkiyyah dan Tauhid Uluhiyyah tanpa dasar disiplin ilmu sedikit pun.
Pertama, mereka mengumpamakan Tauhid Rububiyah dengan akar kayu, Mulkiyyah adalah batang kayu, Uluhiyyah adalah buahnya. Selain itu mereka juga menafsirkan Rububiyah dengan undang-undang, Mulkiyyah adalah negara, dan Uluhiyah adalah ummatnya. (2)
Tafsiran semacam itu sungguh sangat menyesatkan, karena telah merendahkan, menghina Allah, dan telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
Kedua, mereka juga meyakini kerasulan dan kenabian itu tidak akan berakhir selama masih ada orang yang menyampaikan da’wah Islam kepada manusia. Kesimpulan mereka, bahwa setiap orang yang menyampaikan da’wah Islam pada hakikatnya adalah Rasul Allah.
Ketiga, menciptakan ajaran dan keyakinan tentang adanya otoritas nubuwwah pada diri dan kelompok mereka dalam menerima, memahami dan menjelaskan serta melaksanakan maupun dalam memperjuangkan AI-Qur’an dan Sunnah Rasulullah  hingga tegaknya syari’ah dan kekhalifahan di muka bumi. Dengan menetapkan doktrin tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah secara serampangan serta sangat menyesatkan antara lain:
  • Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu’alaihi wa  Sallam untuk menata dunia secara baik dan benar menurut yang dikehendaki dan ditetapkan Allah. Dengan demikian Al-Qur’an juga sebagai Undang-undang, Hukum dan Tuntunan yang harus diterima dan dilaksanakan manusia. Namun dalam prakteknya bagaimana mereka mensikapi, memperlakukan ataupun dalam memahami AI-Qur’an maka itu terserah manusia, yakni bebas melakukan ta’wil maupun tafsir baik terhadap ayat yang muhkamat maupun yang mutasyabihat. (3)
  • As-Sunnah adalah perilaku Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa  Sallam dalam melaksanakan Al-Qur’an yang ternyata mengikuti milah (ajaran) dan tata cara pengabdian Nabi lbrahim Alaihissalam. Selain itu Nabi Muhammad juga diyakini sebagai kader Nabi Isa bin Maryam yang dididik dan dibina oleh kaum Hawariy yang nota bene pengikut setia Nabi Isa Alaihissalam atau hasil transformasi ajaran Nabi Isa Alaihissalam. (4)
Keempat, Menggunakan nama-nama Nabi untuk hirarki kepangkatan (jabatan struktural dan fungsional), sehingga menimbulkan kesan bahwa Nabi yang satu bisa diperintah oleh Nabi lainnya yang berada pada struktur lebih tinggi.
Kelima, Melakukan tipu daya kepada pengikutnya dengan memberikan iming-iming pangkat maupun jabatan serta futuh (kemenangan) terhadap penguasa Rl, dan meyakinkan melalui doktrin bahwa secara diam-diam sekitar 50% dan kekuatan TNI-PoIri (ABRI) telah berpihak kepada NII sehingga pasti menang, yang dalam istilah mereka menunjuk kepada sebuah ayat yang berbunyi: Nashrun minallahi wa fathum qariib.
Penyimpangan Syari’ah
Merubah Syari’at Zakat Fithri dan Syari’at Qurban
Dalam majalah bulanan Al-Zaytun terbitan Ma’had Al-Zaytun dinyatakan,
” Pada kesempatan ‘led Al Fithri kali yang pertama di awal Januari tahun 2000, Ma’had AI Zaytun, telah mengawali langkah yang tepat sekaligus berani, untuk mengelola sumber dana dalam Islam, yakni dengan mengaktualkan nilai zakat fithrah, ini dilakukan bukan untuk mencari sensasi, tapi semata-mata untuk meningkatkan kualitas ummat. Zakat fithrah tidak lagi dihargai dengan 3,5 liter beras. Karena dosa setahun sudah tidak wajar lagi dibersihkan dengan 3,5 liter beras, dan sangat ironis jika hanya dengan 3,5 liter beras kita bercita-cita untuk mensejahterakan ummat. (5)
“Alhamdulillah, seluruh civitas Ma’had Al Zaytun menyambut langkah ini dengan antusias, termasuk para santri, dan wali santri pun menyambut dengan baik dan penuh kefahaman. Sehingga pada kesempatan ‘led itu, dari santri saja terkumpul dana zakat fithrah hampir mencapai 100 juta rupiah (hanya dari 1235 muzakki, kalau dibuat rata-rata masing-masing santri membayar zakat fithrah, kurang lebih sebesar 75 ribu rupiah) untuk itu kita layak berdo’a: “Taqabbalallahu minna waminkum”
“Pada pertengahan Maret tahun 2000 ini kita bertemu dengan ‘led al Adha, dimana ummat Islam diperintahkan untuk berqurban. Kalau pada ‘led Al Fithri kita bisa melakukan suatu harakah yang bermutu, maka pada ‘led Al adlha inipun kita harus melakukan hal yang sama, bahkan harus lebih hebat lagi.
“Pada ‘led Al Fithri (hari kembali fithrahnya manusia) itu telah mengajak Ummat untuk berzakat fithrah dengan harakat ramadhan-nya. Maka pada ‘led Al Adha (hari berqurbannya manusia) tata mengajak ummat untuk berqurban, mengurbankan sesuatu yang dicintainya dan mendekatkan diri kepada Allah. “
Pengertian Berqurban (menurut Al-Zaytun)
“Menurut bahasa (lughawi) kata qurban berasal dari kata qarraba yang berarti “dekat”, sedangkan dalam kamus AI-Munjid hal 617 kata qurban diartikan sebagai berikut : “apa-apa yang bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyembelih atau dengan yang lainnya.”
Jadi, namanya berqurban itu tidak selamanya dengan menyembelih hewan, menyembelih hewan hanyalah sekedar lambang dari pengorbanan.
Manfaat zakat dan qurban ditinjau dari aspek sosial adalah untuk memberi makan fakir dan miskin. Memberi makan dalam arti luas adalah bukan hanya memberi makan pada jasmani (perut) tetapi termasuk juga di dalamnya memberi makan kepada rohani (akal dan bashirah). Makaman otak manusia, bukanlah daging kambing, tapi makanan otak manusia adalah ilmu.
Ilmu secara formal bisa didapat lewat pendidikan, maka jika qurban dikeluarkan dalam bentuk uang (misalnya) dan uang yang terkumpul digunakan untuk membangun sarana pendidikan, gedung pembelajaran, asrama, masjid perpustakaan, laboratorium dan kelengkapan lain yang menunjang pendidikan, itu berarti qurban yang kita keluarkan akan lebih abadi (pahala/manfaatnya) bagi Islam dan ummatnya.
Dengan pendidikan kita bisa mendapatkan generasi Islam yang berotak jernih (brilian) dan sekaligus memiliki bashiroh yang tajam. Dengan cara ini qurban jadi lebih, aktual, efektif dan efisien…dst
Yang kemudian pada akhir tulisan tersebut antara lain:
“…Inilah arti berqurban secara luas (arti yang sebenarnya) bukan arti secara sempit, yang hanya mengandalakan berkorban dengan menyembelih hewan saja, hanya berorientasi kepada kebutuhan jasmani (perut) saja. Inilah paradigma berqurban yang optimis dan berwawasan masa depan, bukan pandangan berkorban secara sempit yang hanya memikirkan gegembiraan fakir miskin di hari raya saja, tetapi pandangan jauh ke depan memikirkan nasib ummat seratus bahkan seribu tahun yang akan datang.(6)
Sikap dan pandangan serta praktek zakat fithrah yang menyimpang sebagaimana diatas yang diterapkan pada para santri Al-Zaytun, toh tetap berjalan dan bahkan malah semakin parah pada Ramadhan tahun 2000 ini. Sebagaimana yang dilansir media antara lain,
“Sumber dana lain yang bakal dipergunakan untuk pengembangan pesantren antara lain zakat fithrah. Zakat yang lazim ditunaikan ummat Islam menjelang ‘ledul Fithri. Selain itu, pimpinan Ma’had Al-Zaytun sempat mengumumkan kepada 3200 santri tentang jumlah pembayar zakat fithrah terbesar yang dilakukan seorang santri dari Nusa Tenggara Timur sebesar Rp. 1 juta, pembayar zakat fithrah terbesar kedua diraih oleh santri asal Gorontalo senilai Rp 500 ribu, demikianj juga diumumkan pembayar zakat fithrah terkecill sebesar Rp 10 ribu “. (7)
Sedangkan menurut pemberitaan majalah Al Zaytun sendiri malah menggambarkan keberhasilan yang fantastis dari gerakan Ramadhan yang mampu menghasilkan pemasukan uang sebanyak 5 miliar rupiah lebih. (8)
Eksploitasi (pemerasan) maupun eksplorasi (penggalian dana) dan program pemiskiinan ummat Islam (korban jeratan rekruitmen) dengan mengatas-namakan Zakat Tazkiyah Baitiyah, Shadaqah Tathawwu’, Infaq Sabilillah, Khijanah tajwidiyah, Qiradl, Shadaqah (Ja-uka dan isti’dzan, Nikah, tahkim, Musyahadah dan Tartib) maupun Kaffarat dan lain sebagainya telah mencerminkan adanya motif manipulasi/penipuan yang sangat merugikan dan meresahkan umat serta merusak ajaran Islam.
Diantara para korban, ada yang terkena jerat program Qiradh dan lddikhar (tabungan), sampai sebanyak 250 gram emas, bahkan salah seorang pejabat Bank Indonesia (sekarang mantan) sampai rela menyerahkan 2,5 kg emas. Dan dua orang putranya pun, sempat pula menjadi perampok, yang untuk itu mereka harus merelakan tulang iganya putus lantaran demi untuk menyelamatkan diri dari kejaran masa, hanya kareana mengejar target setoran yang harus di bayarkan kepada jama’ah – Negara!
Pemerasan
Kalkulasi di bawah berdasarkan perkiraan jumlah minimal yang konstan dan aktif sebagai anggota NII KW IX dari tahun 1993 s/d tahun 2000 sebanyak 60.000 orang, sekalipun banyak keterangan dari mantan NII KW IX yang menyatakan bahwa jumlah anggotanya sekarang lebih dari 100.000 orang, namun diperkirakan terjadi banyak pula yang keluar ataupun yang masuk.
Dana umat yang disedot oleh NII struktural adalah (Satu Triliyun Empat Ratus Satu Milyar Dua Ratus Juta Rupiah) yang kemudian diwujudkan dalam bentuk bangunan mewah Ma’had Al Zaytun, yang konon biayanya menelan angka sampai hitungan sekitar 4 trilyun rupiah. Maka kekurangan dari jumlah keseluruhan yang dibutuhkan oleh Al-Zaytun masih banyak.
Menurut penuturan salah seorang mantan pengikut Abu Toto yang sempat dipercayakan memegang posisi Majelis Hai’ah (semacam departemen keuangan), Pak Andreas (Ismail Subardja), dana abadi yang berhasil dikumpulkan oleh KW IX hingga akhir tahun 1996 saja sudah mencapai 40 miliar rupiah. Dan seluruh dana yang ada dalam KW IX dimasukkan dalam rekening Bank ClC atas nama Abu Ma’ariq alias Abu Toto Abdus Salam (AS Panji Gumilang) dan keluarganya. (9)
~ Disalin secara utuh dari buku ” Aliran dan Paham Sesat di Indonesia “ dari hal. 45-50. Oleh: Al-Ustadz Hartono Ahmad Jaiz. Penerbit: Pustaka Al-Kautsar ~
Footnote:
(1). Diambil dari LPPI, tulisan Umar Abduh dengan sedikit perubahan
(2). Majalah Al-Zaytun no.11 Th.2000 hlm. 31
(3). Mabadiuts Tsalatsah, karya Abdul Karim Hasan (Buku Pedoman NII)
(4). Wawancara dengan Imam Shalahuddin (Mantan NII KW IX), tgl 22 Desember 2000. Baca juga MBM Al-Zaytun 6-7 Th. 2000 hlm. 99
(5). Ditulis oleh Guru MAZ dalam MB Al-Zaytun, edisi III Maret Th.2000 hal. 10-11
(6). Ibid
(7). Pos Kota, edisi 23 Desember 2000 hal.8 dan sebagaimana yang dimuat dalam MB Al-Zaytun, edisi 12-2000
(8). MB Al-Zaytun, edisi 12-2000 hal.13
(9). Wawancara UA dengan Bpk. Andreas, 10 Desember 2000.
Sumber : Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com/
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/bukti-kesesatan-nii-negara-islam-indonesia/

N.I.I = Negara Islam Indonesia (Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)

N.I.I = Negara Islam Indonesia

Oleh: Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Hafidzahullah
http://moslemsunnah.files.wordpress.com/2011/04/bendera-nii.jpg?w=395&h=187&h=295
N.I.I adalah ahlul bid’ah dari firqah yang sesat dan menyesatkan. Mereka ini telah pecah menjadi berfirqah-firqah, salah satunya adalah Pesantren Al-Zaytun yang ada di Indramayu yang di ketuai oleh Abu Toto.
Di antara bid’ah-bid’ah N.I.I ialah:
1. Aqidah mereka yang sagat rusak sekali, sebagaimana di jelaskan oleh saudara kami Ustadz Suroso Abdussalam seorang mantan tokoh N.I.I di kitabnya ” N.I.I Dalam Timbangan Aqidah “. (1)
2. Kejahilan mereka dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Tidak adanya ilmu diantara mereka, kecuali kebodohan yang telah ada di antara mereka yang diawali oleh pendirinya dan seterusnya hari ini terhadap ilmu agama. Oleh karena itu -dengan izin Allah- tidak sedikit di antara  mereka yang keluar dari firqah sesat ini dan kembali kedalam ajaran Islam  yang shahih yang di bawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menurut pemahaman para Shahabat.
4. Mereka mendirikan khilafah palsu dan mewajibkan kaum muslimin membai’at khalifah dan imamnya.
Bid’ahnya Ajaran-ajaran Bai’at (2)
Yakni, yang mewajibkan kaum muslimin berbai’at kepada khalifah-khalifah palsu dari mereka. Ajaran bai’at ini tidak syak lagi tentang bid’ahnya dan kejahilannya meskipun mereka menurunkan sejumlah hadits shahih di Bukhari dan Muslim. Akan tetapi mereka telah tersesat di dalam memahami hadits tanpa perantara ahli ilmu.
Karena yang dimaksud dengan bai’at dan membai’at seseorang ialah hanya kepada khalifah yang sah dari Quraisy untuk seluruh kaum muslimin dan apabila telah tegak daulah Islamiyyah.
Kalau hadits-hadits bai’at kita fahami sebagaimana pemahaman yang sesat  dari kaum bai’at bersama khalifah atau imam palsu dan bayangan dari mereka, niscaya kapan saja dan siapa saja dapat dibai’at yang kemudian di angkat menjadi imam atau khalifah. Kalau demikian, alangkah banyaknya jumlah khalifah di dunia ini.
Oleh karena itu berdasarkan nash Al-Qur’an dan Sunnah bersama perjalanan para Shahabat, mengikuti ajaran bai’at adalah bid’ah dan kesesatan. Sebaliknya, meninggalkan ajaran bai’at berarti kita telah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah.
5. Mereka membuat kelompok (firqah) dan memisahkan diri dari kaum muslimin, kecuali yang masuk ke dalam firqah mereka.
6. Bahkan sebagian dari firqah mereka telah meninggalkan shalat dan lain-lain ibadah atau kewajiban di dalam Islam dengan alasan masih berada di periode Makkah.
Disalin dari buku ” Risalah Bid’ah “ hal. 312-313 Oleh guru kami Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat ~semoga Allah menjaganya~ Penerbit: Pustaka Abdullah, Jakarta. (dengan sedikit edit kata dari admin)
Footnote:
(1). Bacalah kalau engkau mau kitab ” N.I.I Dalam Timbangan Aqidah ” oleh saudara kami Ustadz Suroso Abdussalam, mantan pengajar N.I.I
(2). Disalin dari kitab yang sama pada hal. 316 poin 522. Bid’ahnya ajaran-ajaran bai’at (admin)
Sumber : Dipublikasi ulang dari  http://moslemsunnah.wordpress.com
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/n-i-i-negara-islam-indonesia-ustadz-abdul-hakim-bin-amir-abdat/

NII KW IX Berhaji ke Indramayu Tiap 1 Muharram

NII KW IX Berhaji ke Indramayu Tiap 1 Muharram

http://moslemsunnah.files.wordpress.com/2011/04/a-02.jpg?w=410&h=277
Jakarta – Ini pengakuan seorang mantan anggota Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah (NII KW) 9. Sejak awal bergabung, dia tidak pernah dikenalkan rukun Islam.
Layaknya umat Islam, NII KW 9 juga berhaji. Tapi, Tanah Suci bagi mereka adalah Ponpes Al Zaytun.
“Saya tidak mengenal materi rukun Islam sejak awal bergabung. Karena bagi mereka, Islam adalah yang masuk dan dibai’at NII KW 9. Selain itu, kafir,” ujar mantan anggota NII KW 9, Bahtiar, dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (28/4/2011).
Bahtiar bergabung dengan NII KW 9 pada 1994. Kala itu, dia masih duduk di semester 3 Jurusan Teknik Fisika UGM. Selama hampir dua tahun dia menjadi warga NII, Ponpes Al Zaytun belum berdiri. Saat itu, anggota NII KW 9 diberi tahu adanya program pembelian surga. Artinya, uang-uang yang diserahkan anggota merupakan wujud pembelian kavling surga.
“Saat saya masih jadi anggota NII KW 9, ternyata ada program pembebasan tanah di Indramayu yang kemudian dibangun Al Zaytun itu. Nah, bagi NII KW 9, yang namanya naik haji itu adalah berkunjung ke Al Zaytun setiap 1 Muharam kalender Hijriyah,” terangnya.
Menurut keterangan orang-orang yang pernah ‘berhaji’, imbuh Bahtiar, mereka diberi tahu kalau Al Zaytun yang megah dibangun dari dana yang telah mereka sumbangkan. Di sana mereka juga diberi materi untuk menguatkan pemahamannya akan NII KW 9.
“Di sana mereka bisa bertemu dengan anggota NII KW 9 lainnya, bisa berkenalan dengan yang lain untuk memupuk rasa kebersamaan. Kalau di waktu biasa, anggota NII hanya bertemu dengan pemimpin di atasnya, tidak dibolehkan bertemu dengan anggota lain di luar jalur komando,” jelas Bahtiar.
Sumber: http://us.detiknews.com/read/2011/04/28/142314/1627720/10/nii-kw-9-berhaji-ke-al-zaytun-tiap-1-muharam?991101mainnews
Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com/
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/nii-kw-ix-berhaji-ke-indramayu-tiap-1-muharram/

Mengenal Ciri-Ciri Aliran Sesat N.I.I

Mengenal Ciri-Ciri Gerakan NII

Sekarang media massa hingar bingar dengan peristiwa dialami anak-anak muda yang “hilang”, dan kemudian diketemukan dalam keadaan seperti “linglung”, serta menurut pengakuan mereka, mereka mengalami pencucian otak. Benarkah mereka yang “hilang” itu menjadi korban dari proses cuci otak yang dilakukan oleh NII?
Berbagai kajian yang pernah diterbitkan media massa Islam, menilai ada NII yang menyimpang jauh dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, dan disebut-sebut memiliki kaitan erat dengan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.
Pondok pesantren modern ini berdiri pada akhir tahun 1990-an, dan diresmikan oleh Presiden RI B.J. Habibie. Pondok Pesantren yang dipimpin oleh Abu Toto alias Syeikh Panji Gumilang itu, bukan hanya diresmikan oleh Presiden BJ Habibie semata, tetapi sejumlah tokoh penting pernah berkunjung dan memberikan bantuan kepada Pesantren Az-Zaytun, konon termasuk diantaranya sejumlah tokoh penting militer dan intelijen, dan bahkan diisukan mendapat suntikan dana dari Pemerintah Kerajaan Inggris.
Sampai sekarang media massa meributkan tentang NII dan dikaitkan dengan Az-Zaytun, tetapi tidak pernah ada tindakan apapun terhadap pesantren dan pengasuhnya. Seakan Pesantren itu kebal dari aparat dan hukum. Sementara itu, orang-orang yang mempunyai kaitan dengan NII, banyak yang kemudian menjadi tersangka atau dipenjara dalam waktu tertentu. Entah dituduh sebagai teroris atau melakukan gerakan yang dianggap menjadi ancaman keamanan negara.
Berbagai media massa Islam menampilkan hasil-hasil penelitian, analisis para pakar, hingga kesaksian para mantan santri pesantren tersebut sebagai bukti “kesesatan” Al-Zaytun dengan NII “jadi-jadiannya”.
Banyak yang mengatakan bahwa yang muncul ke permukaan yang menjadi fenomena sekarang ini, dan berlanjut menjadi sebuah permasalahan pelik, merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk menghancurkan umat Islam di Indonesia. Seandainya, argumentasi ini benar, wajar bagi umat Islam untuk menjadikan pihak-pihak yang terkait dengan gerakan tersebut sebagai ancaman serius yang selalu harus diwaspadai.
Sebuah media menyebutkan ciri-ciri kelompok bawah tanah yang mengatasnamakan NII tersebut.
Berikut ini adalah sebagian ciri-cirinya:
1. Dalam mendakwahi calonnya, mata sang calon ditutup rapat, dan baru akan dibuka ketika mereka sampai ke tempat tujuan.
2. Para calon yang akan mereka dakwahi rata-rata memiliki ilmu keagamaan yang relatif rendah, bahkan dapat dibilang tidak memiliki ilmu agama. Sehingga, para calon dengan mudah dijejali omongan-omongan yang menurut mereka adalah omongan tentang Dinul Islam. Padahal, kebanyakan akal merekalah yang berbicara, dan bukan Dinul Islam yang mereka ungkapkan.
3. Calon utama mereka adalah orang-orang yang memiliki harta yang berlebihan, atau yang orang tuanya berharta lebih, anak-anak orang kaya yang jauh dari keagamaan, sehingga yang terjadi adalah penyedotan uang para calon dengan dalih demi dakwah Islam. Tetapi semua itu, hanya sebagai alat (sarana) untuk menyedot uang.
4. Pola dakwah yang relatif singkat, hanya kurang lebih tiga kali pertemuan, setelah itu, sang calon dimasukkan ke dalam keanggotaan mereka. Sehingga, yang terkesan adalah pemaksaan ideologi, bukan lagi keikhlasan. Dan, rata-rata, para calon memiliki kadar keagamaan yang sangat rendah. Selama hari terakhir pendakwahan, sang calon dipaksa dengan dijejali ayat-ayat yang mereka terjemahkan seenaknya, hingga sang calon mengatakan siap dibai’at.
5. Ketika sang calon akan dibai’at, dia harus menyerahkan uang yang mereka namakan dengan uang penyucian jiwa. Besar uang yang harus diberikan adalah Rp 250.000 ke atas. Jika sang calon tidak mampu saat itu, maka infaq itu menjadi hutang sang calon yang wajib dibayar.
6. Tidak mewajibkan menutup aurat bagi anggota wanitanya dengan alasan kahfi.
7. Tidak mewajibkan shalat lima waktu bagi para anggotanya dengan alasan belum futuh (masih fatrah Makkah). Padahal, mereka mengaku telah berada dalam Madinah. Seandainya mereka tahu bahwa selama di Madinah-lah justru Rasulullah benar-benar menerapkan syari’at Islam.
8. Sholat lima waktu mereka ibaratkan dengan doa dan dakwah. Sehingga, jika mereka sedang berdakwah, maka saat itulah mereka anggap sedang mendirikan shalat.
9. Shalat Jum’at diibaratkan dengan rapat/syuro. Sehingga, pada saat mereka rapat, maka saat itu pula mereka anggap sedang mendirikan shalat Jum’at.
10. Untuk pemula, mereka diperbolehkan shalat yang dilaksanakan dalam satu waktu untuk lima waktu shalat.
11. Infaq yang dipaksakan per periode (per-bulan), sehingga menjadi hutang yang wajib dibayar bagi yang tidak mampu berinfaq.
12. Adanya qiradh (uang yang dikeluarkan untuk dijadikan modal usaha) yang diwajibkan walaupun anggota tak memiliki uang, bila perlu berhutang kepada kelompoknya. Pembagian bagi hasil dari qiradh yang mereka janjikan tak kunjung datang. Jika diminta tentang pembagian hasil bagi itu, mereka menjawabnya dengan ayat Al Qur’an sedemikian rupa sehingga upaya meminta bagi hasil itu menjadi hilang.
13. Zakat yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. Takaran yang terlalu melebihi dari yang semestinya. Mereka menyejajarkan sang calon dengan sahabat Abu Bakar dengan menafikan syari’at yang sesungguhnya.
14. Tidak adanya mustahik di kalangan mereka, sehingga bagi mereka yang tak mampu makan sekalipun, wajib membayar zakat/infaq yang besarnya sebanding dengan dana untuk makan sebulan. Bahkan, mereka masih saja memaksa pengikutnya untuk mengeluarkan ‘infaq’. Padahal, pengikutnya itu dalam keadaan kelaparan.
15. Belum berlakunya syari’at Islam di kalangan mereka, sehingga perbuatan apapun tidak mendapatkan hukuman.
16. Mengkafirkan orang yang berada di luar kelompoknya, bahkan menganggap halal berzina dengan orang di luar kelompoknya.
17. Manghalalkan mencuri/mengambil barang milik orang lain.
18. Menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, seperti menipu/berbohong, meskipun kepada orang tua sendiri.
Sebuah fenoma seperti puncak gunung es, yang sekarang ini terus berkembang di tengah-tengah masyarakat, dan mempunyai dampak luas dalam kehidupan umat Islam. Dengan stigma yang sangat menganggu, setiap peristiwa yang dikaitkan dengn NII akan selalu berdampak negatif.
Cobalah dipahami dan dipikirkan 18 ciri yang merupakan “methode” gerakan NII, yang akhir-akhir mendapatkan perhatian luas masyarakat. (mh)
Sumber: Eramuslim.com, Selasa, 26/04/2011 15:05 WIB
Cara NII mencari mangsa
Biasanya, calon korban yang diincar NII gadungan itu orang cerdas dan memiliki harta. Kalau NII sempalan hanya memburu korban yang diketahui banyak duit.
Selanjutnya, inilah pengakuan mantan pelakunya yang diberitakan detikbandung:
Ini Dia Ciri Pelaku Cuci Otak NII Sempalan dan Gadungan
Bandung – Mantan aktivis kelompok Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9), Adnan Fahrullah (40), mengatakan gerak-gerik dan ciri NII gadungan dan sempalan mudah dikenali. Pola kerja pelaku mengicar korban nyaris serupa.
“NII gadungan itu lebih mengutamakan pria yang bertugas pencuci otak. Sementara NII sempalan mengandalkan kaum wanita,” ujar Adnan saat ditemui di salah satu kawasan di Kota Bandung, Kamis (21/4/2011).
Pelaku cuci otak, kata Adnan, relatif berusia produktif. Bahkan, NII gadungan mempunyai pencuci otak yang masih remaja. “Baik NII gadungan dan sempalan, setiap mencari calon korban biasanya bergerak dua orang. Jarang yang melakukan sendirian,” ujar bekas pelaku pencuci otak yang merekrut ribuan orang hijrah ke NII KW 9 di Jawa Barat ini.
Lebih lanjut Adnan menambahkan, tidak ada style atau busana khusus yang diapakai oleh pelaku cuci otak. Pelaku mendekati calon korban serta meminta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Pelaku pun tidak pernah memberikan identitas lengkap dan jelas.
“Pencuci otak itu bertukar alamat dengan calon korban. Padahal alamat yang diberikan kepada korbannya itu fiktif. Selain itu, pelaku punya nama samaran dari satu tempat ke tempat lain,” ungkap Adnan yang bergabung kelompok NII KW 9 pimpinan Panji Gumilang pada 1989 hingga 2004.
NII gadungan dan sempalan secara bertahap merayu calon korbannya agar terhasut. Menurut Adnan, pelaku cuci terus berusahan ‘mengikat’ mangsanya bila sudah ada tanda-tanda terdoktrin.
“Pencuci otak itu punya target seminggu, paling cepat dua hari mereka dan korban rutin melakukan pertemuan dua hingga tiga kali dalam seminggu dengan membahas keislaman. NII gadungan langsung mengajak hijrah dan membaiat korban, setelah itu dibina. Kerjanya sistematis dan rapi. Kalau NII sempalan hanya membawa korban ke suatu tempat, setelah itu dikuras harta bendanya. Kalau ini hanya sesaat karena untuk memenuhi urusan perut,” paparnya.
Setiap sekali pertemuan, ujar dia, pelaku dan calon korban hanya berjumpa dua jam. Biasanya, calon korban yang diincar NII gadungan itu orang cerdas dan memiliki harta. Kalau NII sempalan hanya memburu korban yang diketahui banyak duit.
Ciri-ciri mudah seperti apa yang perlu diwaspadai terhadap gerakan mereka?
“Nah, ciri-cirinya, pencuci otak ini mengajak mempelajari Islam secara sembunyi-sembunyi. Lalu konten pembicaraannya mengkafirkan orang, memvonis bahwa pemerintah saat ini thogut (setan). Dan diarahkan untuk melakukan penggalangan dana,” tutur Adnan.
(bbn/ern)
Sumber: Baban Gandapurnama – detikBandung, Kamis, 21/04/2011 13:07 WIB
Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com/

Hakikat Kehidupan (Bagus!)

” HAKIKAT KEHIDUPAN

undefined
oleh Ustadz Armen Halim Naro Lc, Rohimahullahi ta’ala
Dikutip dari Buku : Untukmu Yang Berjiwa Hanif
Cerita Kehidupan
Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah penuh sesak dengan manusia, semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati.
Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya. Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang menteri atau seorang jenderal, dahulunya kita juga mendengar bahwa di suatu negeri telah diangkat pula seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku dan yang memeraninya.
Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia disuruh untuk memilih peran baik bukan peran buruk!
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yangdiusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS: al-Ba qarah:141)
Pada masa Nabi Musa Alaihimussalam orang-orang disibukkan dengan kekuasaan Fir’aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, mana cerita kehidupan itu sekarang ini?!
Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya cerita pada lembaran kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dan sejarah kepongahan tersebut?! Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.
Dan sepanjang penjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa kekuasaan orang-orang yang shalih maupun dalam cengkraman orang-orang thalih, Allah tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitarya, dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubkan dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya pencipta.
Salah seorang Badui jahiliah berkata, “Lautan yang berombak dan langit yang berbintang serta bumi yang berlembah, bukankah semua itu menunjukkan adanya Sang Pencipta ?!“
Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian kepada kita bahwa Allah menciptakannya bukan sekedar bermain-main. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main- main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. al-Mukminun: 115)
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” ( QS. al-Qiyamah: 36)
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. ( QS. al-Ankabut: 64)
Sekiranya kehidupan yang penuh keseimbangan ini tidak diciptakan untuk bersenda gurau, lalu untuk apa Allah ciptakan?! Apa tugas manusia ? Apakah mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiiki keluarga dan mempererat suku saja?! Atau Ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana Ia mati tidak bertujuan?! tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada kuburannya, itu pula akhir dan cerita kehidupannya?!
Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan kediktatorannya?! Apakah mereka dibiarkan begitu saja?! Bagaimana pula si miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka?! Kapan mereka dapat kebahagiaan pula?! Bagaimana pula dengan para nabi dan rasul, para ulama dan ahli ibadah yang terusir dan belum memperoleh kebahagiaan?!
Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan baik atau buruk dengan keadilanNya juga?! Sekiranya dunia ini mampu Dia ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.
Allah azza wa Jalla berfirman :
() وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ
() يَأْكُلُونَ
() وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ
( ) لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
( ) وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ
( ) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
( ) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ ()
“Dan setiap mereka semuanya akan dikumpukan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pusangan- pusangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggàlkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia seba gai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edamya”. (QS. Yasin:32- 40 )
Dan Allah berfirman,
أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ
Dan ía membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; Ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur Iuluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang men jadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin: 78-81)
Tujuan Hidup
Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali ke pangkal jalan.
Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya, kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.
Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.
Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya ? Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia ? Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia ? Apa sarana untuk mencapainya?
Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla , bukan mereka yang menciptakan diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia Allah subhanahu wa ta ‘ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri. Allah berfirman;
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Mulk:14 )
Ketika Al-Qur’an ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah Azza Wa Jalla . Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah Azza Wa Jalla . .Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah .
Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin..karena ubudiah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi… karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul…
Allah berfirman;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu”. (QS.az-Zariat: 56)
Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara, Allah berfirman;
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)
لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا
“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”. (QS. al-Jin:17)
Allah Subhanahu wa ta’ala telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak ada yang dapat merubah taqdir selainNya. Allah Azza Wa Jalla tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.
Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang Ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak di tangannya?!
Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya Ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepadaNya , akan ia peroleh kebahagiaan, dalam ke-pasrahan diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.
Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah Jejak jejak kasih sayang Allah begitu tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ía tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ía suka atau yang ía benci, merupakan sarana untuk menggapai ridho dan cintaNya?
Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada kesombongan dan kecongkakan.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahullah ta’ ala menguñgkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata,
“Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, Ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala”.
Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai manusia yang paling sempurna ubudiahnya kepada Allah , ketika Allah telah mentaqdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah Radliallahu anha istri beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau dan Mekkah.
Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di sana, sedangkan beliau seorang utusan Allah Azza wa Jalla , Allah yang memiliki langit dan bumi.
Mereka telah melukai melempar beliau dengan batu hingga luka kaki beliau, sebagaimana sebelumnya mereka telah melukal hati dan perasaannya. Belum sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan sendirian.
Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakkan bukti peng hambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari doa beliau panjatkan kepadaNya,
“Ya Allah Azza wa Jalla kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku, sedikitnya hilafku, hinanya diriku di mata manusia. Wahai Zat yang paling Pemurah ! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku! Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku kepada musuh?!
Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidakpeduli!! Akan tetapi pen gampunanMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara dunia dan akhirat- dan turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu “.
Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan perintah Allah azza wa Jalla , Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
“Se.sungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-o rang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) danjanjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya “. (QS. al-Mukminun:1 -9)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ,
الم
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) inii tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tercipta mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. aI-Baqarah:1 -5)
Sebaliknya Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang yang melanggar perintahNya atau merekalah orang yang merugi, Allah Azza wa Jalla berfirman, :
قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi.Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. al-An kabut: 52)
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. al-Baqarah :27)
Beban Amanah
Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia pada kehidupan dunia ini untuk sebuah tujuan yang sangat mulia. Dia tundukkan semua alam untuk mereka, darat dan lautan, bumi dan Langit, gunung dan lembah, binatang dan tumbuhan. Itu semua agar manusia siap untuk menunaikan tujuan tersebut. Kiranya tujuan sangat besar, tugas sangat sukar dan amanah yang akan dipikul sangat berat. Pantas saja, sebelumnya tidak ada yang mau memikul amanah tersebut dari langit yang tinggi, gunung yang menjulang atau bumi yang terbentang, semuanya menyampaikan keengganannya, kecuali hanya manusia, dan mereka itu bodoh dan zhalim. Allah menceritakan tentang perihal tersebut,
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya Kami telah sampaikan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. [QS. al-A hzab: 72 )
Apa gerangan amanah yang telah diikrarkan itu? Mengapa manusia disifati dengan bodoh dan zhalim? Amanah itu adalah Islam dan peraturanNya, amanah itu adalah janji kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla .
Ibnu Katsir rohimahullah ta’ ala berkata : dalam merangkum perselisihan ulama dalam hal itu, “Semua pendapat (tentang makna amanah-pen) tidak menafikan yang lainnya, bahkan ia saling menguatkan dan semuanya mengacu kepada taklif (beban) dan patuh kepada perintah dan larangan dengan segala konsekuensinya, yaitu sekiranya ia tunaikan akan diberi pahala dan jika lalai ia dihukum. Lalu diterima oleh manusia dengan segala kelemahan, kebodohan dan kezhaliman kecuali yang diberi taufiq oleh Allah Azza wa Jalla . Kepada-Nyalah minta tolong” (Tafsir Ibnu katsir, 6/489 ) .
Muqatil bin Hayyan rohimahullah ta’ala , berkata: “Ketika Allah Azza wa Jalla menciptakan rnakhluk, Dia kumpulkan antara manusia dan jin, langit, bumi dan gunung. Lalu Dia mulai dengan langit, ditawarkan kepadanya amanah yaitu ketaatan,
Dia berkata, “Apakah kalian mau mengemban amanah, akan Kuberi kemuliaan, keutamaan dan surga ?“
Langit berkata, “Wahai Rabb, kami tidak mampu memikul perkara ini, kami tidak memiliki kekuatan, akan tetapi kami patuh kepadaMu”.
Lalu amanah tersebut ditawarkan kepada bumi, Dia berkata, “Apakah engkau akan men gemban amanah dan menerimanya dariKu, akan Aku anugerahkan keutamaan dan kemuliaan?”
Bumi berkata, “Kami tidak kuat dan kami tidak mampu, wahai Rabb! Akan tetapi, kami selalu mendengar dan mematuhiMu, kami tidak akan berlaku maksiat pada semua perintahMu”.
Lalu ditawarkan kepada Adam alaihissalam lalu Dia berkata, ‘Apakah engkau siap men gemban amanah dan mau menjaga dengan sebenarnya?”
Berkatalah Adam, “Apa ganjaranku di sisiMu?”
Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata, “WahaiAdam, sekiranya engkau berbuat baik, engkau patuh dan engkau jaga amanah itu, maka engkau akan memperoleh kemuliaan, keutamaan dan pahala yang baik di surga. Sebaliknya, sekiranya engkau berlaku maksiat dan tidak menjaganya dengan baik serta engkau berlaku buruk, maka Aku akan men yiksamu dan Aku masukkan ke dalam nerakaKu”.
Lalu Adam alaihissalam berkata, “Aku telah terima”, maka diembanlah amanat itu olehnya. Lalu Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman, ‘Aku telah embankan amanah itu kepadamu”.( Tafsir ibnu katsir, 6/489- 490 )
Itulah perjanjian yang Allah Azza wa Jalla ambil kepada manusia, tatkala mereka masih di dalam sulbi Adam alaihissalam, yaitu pengakuan hamba bahwa ia telah berilahkan Allah Azza wa Jalla Yang Esa dan tidak berbuat syirik.
Allah berfirman,”
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak men gatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. (QS. al-A ‘raf:1 72)
Ahsanu Amalan
Al-Quran menyebutkan bahwa penciptaan alam, hidup dan mati untuk menguji manusia mana yang lebib baik amalnya. Itulah yang disebut dengan “ahsanu ‘amala”. Allah Azza wa Jalla berfirman;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih balk amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pen gampun”. (QS. al-Mulk:2 )
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS.al-Kahfi:7)
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka, dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas”. [QS.an-Nur: 38]
Fudhail bin ‘Iyadh rodhiallahu anhu , berkata: “Ahsanu amala, adalah amalan yang paling ikhlas dan yang paling benar”.
Jadi, dan semua bentuk penghambaan diri yang paling sempurna adalah penghambaan diri yang berdasarkan ahsanu amala. Ia berdiri dengan 2 syarat, yaitu:
1. Hendaklah ‘ubudiah kepada Allah * disertakan keikhlasan kepadaNya.
2. Hendaklah ‘ubudiah tersebut sesuai dengan syariat.
Sekiranya salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka penghambaan diri hanya akuan saja, ikhlas saja kepadaNya tanpa mengikuti syariat, Ia tertolak. Sebagaimana sesuai saja tanpa ikhlas, ia juga tertolak. Jadi, ikhlas dan mengikuti syariat adalah dua sayap ibadah. Tidak akan bisa terbang seseorang dalam penghambaan dirinya kecuali dengan keduanya sekaligus.
Kesimpulan
Bahwa tujuan hidup adalah mencarii kebahagiaan dan jalan kebahagiaan adalah dengan menghambakan diri kepada Allah azza wa Jalla .. Penghambaan diri itulah Tauhid
dan Islam, itulah amanah yang harus dipikul oleh manusia dan itulah perjanjian yang telah disepakati.
Tauhid dan Islam tidak akan membuahkan amal shalih kecuali dengan ahsanu ‘amala yaitu ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan syariat).
Allahu ta’ala a’lam bish showab.
Sumber : Dikutip dari Buku “ Untukmu yang berjiwa Hanif “ oleh Ustadz Armen Halim Naro Lc, “ Penerbit : Darul Ilmi Cetakan pertama Zul Qa’dah 1427H , Februari 2007 )

http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2010/07/03/hakekat-kehidupan/