Wednesday, October 26, 2011

Enam Prinsip Pokok Dalam Memahami Islam


Bismillahirrahmannirrahim.
 
Termasuk di antara perkara yang paling mengherankan dan termasuk tanda-tanda kebesaran Allah yang menunjukkan kemampuan Allah, Dzat Yang Maha Menguasai alam semesta adalah 6 pokok yang telah Allah ta’ala jelaskan dengan keterangan yang jelas bagi orang-orang awam, melebihi apa yang dikira oleh orang-orang yang memiliki zhan. Kemudian setelah ini, banyak orang-orang cerdas di dunia ini serta orang-orang yang berakal dari kalangan bani Adam telah salah, kecuali sedikit saja dari mereka.

-Prinsip Pertama: Mengikhlaskan agama hanya untuk Allah ta’ala semata, tiada sekutu bagi-Nya, serta menjelaskan lawan dari keikhlasan, yaitu syirik kepada Allah.

Kebanyakan ayat Al Qur’an telah menjelaskan perkara ini dari berbagai sisi, dengan perkataan yang dapat dipahami oleh orang awam yang paling bodoh sekalipun. Kemudian berubahlah keadaan kebanyakan orang, syaithan menampakkan keikhlasan kepada mereka dalam bentuk pelecehan terhadap orang-orang shalih, dan mengurangi hak mereka. Syaithan juga menampakkan syirik kepada Allah dalam bentuk kecintaan kepada orang-orang shalih dan pengikut-pengikut mereka.

-Prinsip kedua: Allah memerintahkan untuk bersatu di dalam agama serta melarang berpecah-belah di dalamnya.

Allah telah menjelaskan perkara ini dengan sangat terang dan jelas, sehingga dapat dipahami oleh orang awam. Allah juga melarang kita untuk menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sebelum kita, maka mereka pun celaka. Dan Allah juga menyebutkan bahwa Dia memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu di dalam agama dan melarang kita dari berpecah di dalamnya. Dan menambah jelas perkara ini, apa yang datang dari As Sunnah berupa perkara yang menakjubkan tadi. Kemudian keadaan berubah, perpecahan dalam pokok-pokok agama dikatakan sebagai ilmu dan fikh dalam agama, sebaliknya perintah untuk bersatu dalam agama tidaklah ada yang menyerukannya kecuali zindiq atau orang yang gila.

-Prinsip Ketiga: Termasuk kesempurnaan bersatu dalam agama adalah mendengar dan taat kepada pemerintah kita meskipun dia seorang budak Habasyah.

Allah telah menjelaskan perkara ini dengan penjelasan yang cukup, dengan berbagai jenis keterangan baik secara syar’i maupun qadari (kenyataan). Kemudian perkara ini berubah, apabila perkara ini tidak diketahui oleh orang-orang yang mengaku berilmu, maka bagaimana mungkin mengamalkannya?

-Prinsip Keempat: Menjelaskan tentang ilmu dan ulama, fikih dan fuqaha’, serta penjelasan tentang orang yang menyerupai mereka, padahal bukan termasuk mereka.

Allah ta’ala telah menjelaskan prinsip ini di awal-awal surat Al Baqarah, dari firman-Nya:

“Wahai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu.” (Al Baqarah: 47)

Sampai firman-Nya sebelum penyebutan Nabi Ibrahim Alaihissalam.
Dan semakin menambah jelas apa yang telah sharih dari As Sunnah berupa penjelasan yang teramat jelas dan terang bagi orang awam yang paling bodoh sekali pun, lantas berubahlah perkara ini menjadi sesuatu yang asing. Ilmu dan fikih malah dianggap bid’ah dan kesesatan. Minimalnya ilmu dan fikih itu dianggap sebagai pencampuradukan kebenaran dan kebatilan. Ilmu yang telah Allah wajibkan kepada manusia dan yang telah Allah puji, dianggap tidak ada yang mengucapkannya kecuali orang yang zindiq dan gila. Sebaliknya, orang yang mengingkari dan memusuhi ilmu serta menulis kecaman dan larangan dari ilmu malah disebut sebagai seorang faqih dan seorang alim.

-Prinsip yang Kelima: Allah telah memberikan penjelasan tentang para wali-Nya, dan Allah telah memberi pembeda, yang mana wali-Nya, yang mana musuh-musuh Allah dari kalangan orang-orang munafiq dan fajir yang menyerupai wali-wali-Nya.

Dalam perkara ini, cukup firman Allah ta’ala dalam surat Ali Imran:

Katakanlah: “Jika engkau mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam)! Niscaya Allah akan mencintaimu.” (Ali Imran: 31) –sampai akhir ayat-.

Demikian juga firman-Nya di dalam surat Al Maidah:

"Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (Al Ma’idah: 54) –sampai akhir ayat-.

Dan demikian juga firman Allah dalam surat Yunus:

"Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa". (Yunus: 62-63)

Kemudian berubahlah perkara ini, orang-orang yang mengaku berilmu serta mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang diberi petunjuk dan penjaga syariat ini menganggap para wali Allah itu adalah orang yang meninggalkan ajaran para Rasul. Orang-orang yang mengikuti ajaran para Rasul tidaklah mereka anggap sebagai wali Allah.

Mereka juga menganggap bahwa para wali itu adalah orang-orang yang meninggalkan jihad. Barangsiapa yang berjihad, maka mereka anggap dia bukan wali.

Mereka juga menganggap bahwa wali itu adalah orang-orang yang meninggalkan iman dan takwa. Maka barangsiapa yang berpegang teguh dengan iman dan takwa, bukan termasuk wali.
Wahai Rabb kami, kami memohon ampunan dan kesejahteraan. Sungguh Engkau maha mendengar doa.

-Prinsip yang Keenam: Membantah kesamaran yang dilontarkan oleh Syaithan untuk meninggalkan Al Qur’an dan As Sunnah serta mengikuti beragam pemikiran dan hawa nafsu.

Kesamaran ini berupa ucapan bahwa Al Qur’an dan As Sunnah tidaklah dapat dipahami melainkan hanya oleh seorang mujtahid mutlaq, dan mujtahid di sini adalah seoerang yang disifati dengan beragam karakteristik yang tidak dapat dicapai oleh Abu Bakr dan Umar sekali pun. Apabila seseorang tidak mencapai derajat ini, maka sudah pasti tanpa keraguan sedikit pun bahwa wajib baginya untuk berpaling dari Al Qur’an dan As Sunnah. Barang siapa yang mengambil petunjuk dari Al Qur’an dan As Sunnah maka dia adalah seorang zindiq, atau seorang yang gila karena sulitnya memahami Al Qur’an dan Sunnah.

Subhanallah wa bihamdih! Telah begitu banyak Allah jelaskan bantahan terhadap kesamaran yang terlaknat ini baik secara syar’i maupun kenyataanya, dari berbagai sisi sampai pada batas yang diketahui secara umum, akan tetapi kebanyakan orang tidaklah mengetahui.

“Sesungguhnya telah pasti berlaku ketentuan Allah terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka, ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Allah, Rabb yang Maha Pemurah ketika berkesendirian. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (Yasin: 7-11)

Dan akhir dari risalah ini adalah ucapan kami alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Muhammad, keluarga, dan para sahabat beliau sampai hari kebangkitan.

Terjemah Al ushul As Sittah, Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Terjemahan disalin dari wirabachrun.wordpress.com

Berikut Matan kitab tersebut

 الأصول الستة

للإمام المجدد شيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب

 ( رحمه الله تعالى )

  *  الأصول الستة لشيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب – رحمه الله – *

بسم الله الرحمن الرحيم

قال الشيخ – رحمه الله – : من أعجب العجاب وأكبر الآيات الدالة على قدرة الملك الغلاب ؛ ستة أصول بيَّنَها الله تعالى بياناً واضحاً للعوام فوق ما يظن الظانون ، ثم بعد هذا غلط فيها كثير من أذكياء العالم وعقلاء بني آدم إلا أقل القليل  .

ـــــــــــــ

 

الأصل الأول

إخلاص الدين لله وحده لا شريك له ، وبيان ضده الذي هو الشرك بالله ، وكون أكثر القرآن في بيان هذا الأصل من وجوه شتى ، بكلام يفهمه أبلد العامة ، ثم لما صار على أكثر الأمة ما صار ،  أظهر لهم الشيطان الإخلاص في صورة تنقص الصالحين ، والتقصير في حقهم ، وأظهر لهم الشرك بالله في صورة محبة الصالحين واتِّباعهم .

ــــــــــــ

 الأصل الثاني

أمر الله بالاجتماع في الدين ونهى عن التفرق فيه ، فبين الله هذا بياناً شافيا تفهمه العوام ، ونهانا أن نكون كالذين تفرقوا واختلفوا قبلنا فهلكوا ، وذكر أنه أمر المرسلين بالاجتماع في الدين ونهاهم عن التفرق فيه . ويزيده وضوحاً ما وردت به السنة من العجب العجاب في ذلك ، ثم صار الأمر إلى أن الافتراق في أصول الدين وفروعه هو العلم والفقه في الدين ، وصار الأمر بالاجتماع في الدين لا يقول به إلا زنديق أو مجنون !

ـــــــــــــ

 الأصل الثالث

أن من تمام الاجتماع : السمع والطاعة لمن تأمر علينا ، ولو كان عبدا حبشيا ، فبـيَّن الله(1) هذا بياناً شافياً كافياً بوجوه من أنواع البيان شرعاً وقدراً ، ثم صار هذا الأصل لا يُعرف عند أكثر ممن يدعي العلم فكيف العمل به ؟!

ـــــــــــــ

                                                    الأصل الرابع

بيان العام والعلماء ، والفقه والفقهاء ، وبيان من تشبه بهم وليس منهم . وقد بين الله هذا الأصل في أول سورة البقرة من قوله : } يَا بَنِي إِسْرائيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُم { (البقرة: من الآية40) ، إلى قوله قبل ذكر إبراهيم – عليه السلام – : } يَا بَنِي إِسْرائيلَ اذْكُرُوا { (البقرة: من الآية122) كالآية الأولى ، ويزيده وضوحاً : ما صرَّحتْ به السنة في هذا من الكلام الكثير البيِّن الواضح للعامي البليد ، ثم صار هذا أغرب الأشياء ! وصار العلم والفقه هو البدع والضلالات ، وخيار ما عندهم :لبس الحق بالباطل ! وصار العلم الذي فرضه الله على الخلق ومدحه ، لا يتفوه به إلا زنديق أو مجنون ! ، وصار من أنكره وعاداه وجدَّ في التحذير عنه ، والنهي عنه ؛ هو الفقيه العالم !! .

ـــــــــــــ

 الأصل الخامس

بيان الله سبحانه للأولياء ، وتفريقه بينهم وبين المتشبهين بهم من أعدائه المنافقين والفجار . ويكفي في هذا آية ( آل عمران ) ، وهي قوله تعالى : } قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ { (آل عمران:31) ، والآية التي في المائدة وهي قوله تعالى : } يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ { (المائدة: من الآية54) ، وآية في سورة يونس وهي قوله : } أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ { (يونس:62-63) ، ثم صار الأمر عند أكثر من يدعي العلم وأنه من هُداة الخلق ، وحفاظ الشرع ، إلى أن الأولياء لا بد فيهم من ترك اتباع الرسول ، ومن اتبعه فليس منهم ! ولا بد من ترك الجهاد ، فمن جاهد فليس منهم ! ولا بد من ترك الإيمان والتقوى ! فمن تقيد بالإيمان والتقوى ، فليس منهم ! يا ربنا إن نسألك العفو والعافية ، إنك سميع الدعاء .

ـــــــــــــ

الأصل السادس   

ردُّ الشبهة التي وضعها الشيطان ، في ترك القرآن والسنة ، واتباع الآراء والأهواء المتفرقة المختلفة ، وهي : أن القرآن والسنة لا يعرفهما إلا المجتهد المطلق ؛ والمجتهد هو : الموصوف بكذا و كذا ، أوصافاً لعلها لا توجد تامة في أبي بكر وعمر ! فإن لم يكن الإنسان كذلك ؛ فلْيُعرِضْ عنهما فرضاً حتماً لا شك ولا إشكال فيه ، ومن طلب الهدى منهما ؛ فهو إما زنديق ، وإما مجنون ، لأجل صعوبة فهمهما !! فسبحان الله وبحمده : كم بيَّن الله سبحانه شرعاً وقَدَرَاً ، خلقاً وأمراً في رد هذه الشبهة الملعونة من وجوه شتى ، بلغت إلى حدِّ الضروريات العامة } وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ { (الأعراف: من الآية187)، } لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ * إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلالاً فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ { ، إلى قوله :  } فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ { (يّـس:7-11) .

ـــــــــــــ