Sebagai pemeluk agama Islam, ada dua bentuk cinta yang dikaruniakan oleh Allah Ta'ala kepada manusia.
Pertama.
Cinta yang bersifat materi atau duniawi.
Yaitu cinta terhadap apa saja yang di ingini, dan dalam bahasa al-quran disebut hubbusy-syahwat.
Allah SWT berfirman,
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang disenangi dan diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia.
Namun di sisi Allah lah tempat kembali yang paling baik."
(QS. Ali Imran: 14).
Lalu apakah manusia dilarang mencintai hal-hal yang disebutkan dalam ayat di atas.
Tidak.
Sama sekali tidak.
Islam sama sekali tidak melarang umatnya untuk mendapatkan kenikmatan hidup di dunia, bahkan secara tegas Allah SWT memerintahkan manusia untuk tidak melupakannya.
Kenikmatan dunia merupakan hak semua orang yang hidup di muka bumi.
Allah SWT berfirman,
"Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu kesenangan dan kebahagiaan negeri akhirat, namun janganlah kamu melupakan bagianmu dari kesenangan dan kebahagiaan hidup duniawi."
(QS. Al-Qashash: 77).
Hanya saja, Islam mengingatkan bahwa kebahagiaan hidup di dunia itu bersifat sementara.
Kesenangan di dunia itu bersifat tempore dan bersifat sementara saja.
Kedua.
Cinta kepada Allah.
Itulah mahabbah yang kedua yang bersifat ukhrawi atau mahabbatul iman.
Akan dibahas lain waktu saja.