Ustadzuna dzulqornain ana ingin menyakan beberapa hal tentang habib::
1. bagaimana pandangan Quran dan Sunnah tentang kehabiban… sedangkan yg ana tau dalam hadits.. bahwa berlebihan dalam nasab tdk boleh akan tetapi menjelek2kan nasab seseorang jg tdk boleh.. jadi “BAGAIMANA SIKAP KITA AHLUSSUNNAH JIKA BERJUMPA DENGAN HABIB”
2. Lalu.. antum sudah lama di Yaman tentunya.. ana mau bertanya tentang kondisi Habib Umar bin Hafidz apakah beliau lurus manhajnya ataukah menyimpang dari kaidah ahlussunnah wal jama’ah.. dan bagaimana dengan Ma’had Habib tersebut di Yaman.. apa nasehat antum??
itu saja dulu ustadz.. semoga Allah ta’ala memberikan kesehatan buat antum untuk selalu mendakwahkan Al Haq
Jazakumullah khoiron katsirn.. Barokallahufiikum
Pertanyaan di atas dijawab oleh Al ustad Abu Muhammad dzulqarnain (makassar) 14-1-2011 di milis nashihah
Bismillah,
Pertama, Habib secara bahasa adalah orang yang dicinta. Bentuk fa’il bermakna maf’ul.
Kedua, cinta kepada orang-orang yang Shalih adalah hal yang baik, berdasarkan firman Allah, “Orang-orang yang saling mencintai pada hari itu, sebagian mereka adalah musuh bagi sebagian yang lainnya kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)
Ayat di atas menunjukkan bahwa kecintaan antara sesama orang yang bertakwa itulah yang bermanfaat pada hari kiamat.
Juga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang bersama yang dia cintai (pada hari kiamat).” (Muttafaqun ‘alaihi dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu)
Ketiga, istilah Habib sudah menjadi istilah khusus di kalangan orang-orang shufi yang cenderung berlebihan sehingga membawa mereka kepada bid’ah, bahkan kepada kesyirikan.
Empat, nama yang disebut dalam pertanyaan adalah salah satu pentolan kaum shufi, siapa yang menghendaki ilmu syariat tidak mengambil ilmu dari orang yang tidak dipercaya keilmuan dan agamanya.
Lima, orang dicintai oleh Allah tidaklah terbatas pada golongan tertentu, juga bukan kavlingan pihak khusus. Kecintaan Allah kepada hamba tidak diperoleh dengan sekadar angan-angan, nasab, kedudukan dan semisalnya, namun kecintaan Allah kepada hamba akan terwujud dengan melaksanakan ketentuan Allah untuk mereka yang dimuliakan dengan kecintaan-Nya. Banyak amalan dalam A-Quran dan hadits yang menjadikan seorang sebagian kecintaan Allah, seperti, ketakwaan, keimanan, kesabaran, banyak bersabar, berbuat Ihsan, banyak bertambah.
Wallahualam
Dzulqarnain M. Sunusi
Sumber: muwahiid.wordpress.com