Pentolan JIL (Jaringan Islam Liberal) Ulil Abshar Abdalla tak mampu menyembunyikan rasa girang atas terpilihnya Said Aqiel Siradj sebagai ketua umum PBNU (Nahdlatul Ulama), dalam Muktamar NU ke-32 di Makassar, Sabtu malam 27 Maret 2010. Dalam kiprahnya, Said Aqiel Siradj sangat pro terhadap aliran sesat Syi’ah dan menjadi anggota kehormatan Majelis Tinggi Agama Khonghuchu Indonesia 1999-2002.
Para muktamirin yang ternyata telah mblasur hingga memilih orang yang sebenarnya tidak sesuai dengan faham NU Ahlus Sunnah wal-Jama’ah itu menjadikan gembira-rianya Ulil.
Walaupun Ulil sendiri kandas di putaran pertama pemilihan calon ketua umum PBNU dan sejak semula sebelum muktamar pun Ulil telah ditolak oleh banyak orang NU, namun orang yang tidak kalah menyimpangnya dari faham Ahlus Sunnah NU yakni Said Aqiel Siradj ternyata terpilih.
Terpilihnya Said Aqiel sebagai Ketua Umum PBNU, menjadi pelipur lara atas kekecewaan Ulil yang terlempar dari bursa Ketua Umum. Ulil pun menyambut PBNU yang baru dengan sepenuh kegirangan.
Para muktamirin yang ternyata telah mblasur hingga memilih orang yang sebenarnya tidak sesuai dengan faham NU Ahlus Sunnah wal-Jama’ah itu menjadikan gembira-rianya Ulil.
Walaupun Ulil sendiri kandas di putaran pertama pemilihan calon ketua umum PBNU dan sejak semula sebelum muktamar pun Ulil telah ditolak oleh banyak orang NU, namun orang yang tidak kalah menyimpangnya dari faham Ahlus Sunnah NU yakni Said Aqiel Siradj ternyata terpilih.
Terpilihnya Said Aqiel sebagai Ketua Umum PBNU, menjadi pelipur lara atas kekecewaan Ulil yang terlempar dari bursa Ketua Umum. Ulil pun menyambut PBNU yang baru dengan sepenuh kegirangan.
...Terpilihnya Said Aqiel sebagai Ketua Umum PBNU, menjadi pelipur lara atas kekecewaan Ulil yang terlempar dari bursa Ketua Umum...
Menurut tokoh muda NU ini, terpilihnya Said Agil merupakan kemenangan terbaik sepanjang pergantian kepemimpinan NU yang diikutinya.
“Ini saya katakan sebagai the best result. The best karena kemenangan ini adalah kemenangan melawan Hasyim Muzadi,” kata Ulil.
Menurut Ulil, Said Agil adalah sosok yang dianggapnya paling tepat memimpin NU. Sebab Said bisa menjadi panutan, alim, serta sosok yang bisa menyesuaikan dengan tantangan zaman yang dihadapi NU saat ini.
“Saya yakin di tangan Kiai Said, NU makin bisa melangkah ke depan, makin maju dan akan lebih pesat,” tambahnya. (vivanews, Minggu, 28/3/2010).
NU dalam genggaman liberal dan pro kesesatan
Bagaimana Ulil tidak bangga. Selama ini para kyai NU dan pemuda serta intelektual NU yang gigih menolak faham liberal ternyata kalah suara dalam kenyataan memilih pemimpin mereka. Sehingga orang liberal dan pendukung kesesatan-kesesatan bahkan kemusyrikan pun justru terpilih.
Dari kenyataan itu maka apabila ada kata-kata bahwa yang menang itu adalah “orang liberal titipan” tentunya wajar. Kalau tidak, tentu saja Ulil tidak segembira ria itu.
PBNU periode 2010-2015 –dengan gejala gembiranya Ulil itu— setidak-tidaknya bisa ditengarai sebagai dalam genggaman liberal dan pro aneka kesesatan, sampai yang paling sesat yakni Syi’ah dan bahkan kemusyrikan seperti keyakinan yang percaya kepada dewa-dewa. Karena pemimpin NU sekarang adalah bekas anggota kehormatan (“Majelis Ulama”nya orang kafir musyrik?) Majelis Tinggi Agama Khonghuchu Indonesia (Matakin).
Said Aqiel Siradj Terlibat dalam Majelis Khonghucu
Said Aqiel Siradj mestinya terganjal oleh tata tertib pemilihan ketua umum PBNU dalam muktamar NU ke-32 di Makassar 23-28 Maret 2010. Beberapa indikasi yang dijalani Said Aqiel Siradj jelas bertentangan dengan NU Ahlussunnah waljama’ah. Bahkan sangat jauh dari faham NU, karena Said Aqiel Siradj tercatat sebagai Anggota Kehormatan Matakin (1999-2002).
Matakin singkatan dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan ajaran agama Khonghucu di Indonesia.
Keanggotaan Said Aqiel Siradj dalam organisasi non Islam itu di antaranya dimuat di situs http://alumni-ploso.web.id, Monday, March 22, 2010, 7:20 dalam judul “Prof DR KH Said Aqiel Siradj, Kandidat PBNU.”
Selain itu, Said Aqiel Siraj juga ada yang menyebut blusak-blusuk ke gereja.
“KH. Said Aqiel Siradj, fungsionaris PBNU, tanpa canggung berkhotbah dalam acara misa Kristiani disebuah gereja di Surabaya. Dengan background belakangnya salib patung Yesus dalam ukuran yang cukup besar. Beritanya pun dimuat majalah aula milik warga NU, dia juga pernah melontarkan gagasan liberalnya yaitu merencanakan pembangunan gedung bertingkat, dengan komposisi lantai dasar akan diperuntukkan sebagai masjid bagi umat Islam, sedangkan lantai tingkat satu diperuntukkan sebagai gereja bagi umat kristiani, lantai tingkat dua diperuntukkan sebagai pure bagi penganut hindu, demikian dan seterusnya.” (KH. Lutfi Bashori, Konsep NU & Krisis Penegakan Syari’at).
“Ini saya katakan sebagai the best result. The best karena kemenangan ini adalah kemenangan melawan Hasyim Muzadi,” kata Ulil.
Menurut Ulil, Said Agil adalah sosok yang dianggapnya paling tepat memimpin NU. Sebab Said bisa menjadi panutan, alim, serta sosok yang bisa menyesuaikan dengan tantangan zaman yang dihadapi NU saat ini.
“Saya yakin di tangan Kiai Said, NU makin bisa melangkah ke depan, makin maju dan akan lebih pesat,” tambahnya. (vivanews, Minggu, 28/3/2010).
NU dalam genggaman liberal dan pro kesesatan
Bagaimana Ulil tidak bangga. Selama ini para kyai NU dan pemuda serta intelektual NU yang gigih menolak faham liberal ternyata kalah suara dalam kenyataan memilih pemimpin mereka. Sehingga orang liberal dan pendukung kesesatan-kesesatan bahkan kemusyrikan pun justru terpilih.
Dari kenyataan itu maka apabila ada kata-kata bahwa yang menang itu adalah “orang liberal titipan” tentunya wajar. Kalau tidak, tentu saja Ulil tidak segembira ria itu.
PBNU periode 2010-2015 –dengan gejala gembiranya Ulil itu— setidak-tidaknya bisa ditengarai sebagai dalam genggaman liberal dan pro aneka kesesatan, sampai yang paling sesat yakni Syi’ah dan bahkan kemusyrikan seperti keyakinan yang percaya kepada dewa-dewa. Karena pemimpin NU sekarang adalah bekas anggota kehormatan (“Majelis Ulama”nya orang kafir musyrik?) Majelis Tinggi Agama Khonghuchu Indonesia (Matakin).
Said Aqiel Siradj Terlibat dalam Majelis Khonghucu
Said Aqiel Siradj mestinya terganjal oleh tata tertib pemilihan ketua umum PBNU dalam muktamar NU ke-32 di Makassar 23-28 Maret 2010. Beberapa indikasi yang dijalani Said Aqiel Siradj jelas bertentangan dengan NU Ahlussunnah waljama’ah. Bahkan sangat jauh dari faham NU, karena Said Aqiel Siradj tercatat sebagai Anggota Kehormatan Matakin (1999-2002).
Matakin singkatan dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan ajaran agama Khonghucu di Indonesia.
Keanggotaan Said Aqiel Siradj dalam organisasi non Islam itu di antaranya dimuat di situs http://alumni-ploso.web.id, Monday, March 22, 2010, 7:20 dalam judul “Prof DR KH Said Aqiel Siradj, Kandidat PBNU.”
Selain itu, Said Aqiel Siraj juga ada yang menyebut blusak-blusuk ke gereja.
“KH. Said Aqiel Siradj, fungsionaris PBNU, tanpa canggung berkhotbah dalam acara misa Kristiani disebuah gereja di Surabaya. Dengan background belakangnya salib patung Yesus dalam ukuran yang cukup besar. Beritanya pun dimuat majalah aula milik warga NU, dia juga pernah melontarkan gagasan liberalnya yaitu merencanakan pembangunan gedung bertingkat, dengan komposisi lantai dasar akan diperuntukkan sebagai masjid bagi umat Islam, sedangkan lantai tingkat satu diperuntukkan sebagai gereja bagi umat kristiani, lantai tingkat dua diperuntukkan sebagai pure bagi penganut hindu, demikian dan seterusnya.” (KH. Lutfi Bashori, Konsep NU & Krisis Penegakan Syari’at).
...Said Aqie Siradj terindikasi membela Syi’ah bahkan mengecam para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa beraninya Said Aqiel Siradj itu dalam mengafirkan para sahabat...
Lebih jauh lagi, Said Aqie Siradj terindikasi membela Syi’ah bahkan mengecam para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa beraninya Said Aqiel Siradj itu dalam mengafirkan para sahabat, seperti yang ditulisnya dalam makalah “Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA” berikut:
“Sejarah mencatat, begitu tersiar berita Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu bakar (b kecil dari pemakalah), hampir semua penduduk jazirah Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan Thaif yang tidak menyatakan pembelotannya. Ini pun, kalau dikaji secara saksama, bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tapi karena kabilah. Pikiran yang mendasari sikap orang Makkah untuk tetap memeluk Islam adalah logika bahwa kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad; sedang Muhammad adalah Quraisy, penduduk asli kota Makkah; dengan demikian, kemenangan Islam adalah kemenangan suku Quraisy; kalau begitu tidak perlu murtad. Artinya, tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan oleh Abu Bakar di Bani Saqifah; “Al-aimmatu min Quraisy,” bahwa pemimpin itu berasal dari Quraisy. Dan itu sangat ampuh bagi orang Quraisy.” (hlm. 3-4).
Dengan indikasi seperti itu jelas bertentangan dengan tata tertib calon ketua umum PBNU. (nahimunkar.com, March 26, 2010 7:59 am)
Mau dibawa ke mana orang-orang NU yang konon jumlahnya 80 juta manusia itu?
Peringatan dari Allah Ta’ala telah jelas: “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (QS Al-Mujadilah 22).
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al-Mujadilah 14, 15).
Dengan kejadian ini, maka untuk menyambut terpilihnya Said Aqiel Siradj sebagai Ketua Umum PBNU, kami sampaikan ucapan istirja’: “Astaghfirullahal ‘adhiem, wa laa haula walaa quwwata illa billaah, wallahul musta’an.
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali” (QS Al-baqarah 156).
Kita disunnahkan menyebut kalimat istirjaa’ (pernyataan kembali kepada Allah), waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. (Lihat Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al-Malik Fahd, Madinah, 1424H, halaman 39 catatan kaki nomor 101).
Hajaiz Ahmad
“Sejarah mencatat, begitu tersiar berita Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu bakar (b kecil dari pemakalah), hampir semua penduduk jazirah Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan Thaif yang tidak menyatakan pembelotannya. Ini pun, kalau dikaji secara saksama, bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tapi karena kabilah. Pikiran yang mendasari sikap orang Makkah untuk tetap memeluk Islam adalah logika bahwa kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad; sedang Muhammad adalah Quraisy, penduduk asli kota Makkah; dengan demikian, kemenangan Islam adalah kemenangan suku Quraisy; kalau begitu tidak perlu murtad. Artinya, tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan oleh Abu Bakar di Bani Saqifah; “Al-aimmatu min Quraisy,” bahwa pemimpin itu berasal dari Quraisy. Dan itu sangat ampuh bagi orang Quraisy.” (hlm. 3-4).
Dengan indikasi seperti itu jelas bertentangan dengan tata tertib calon ketua umum PBNU. (nahimunkar.com, March 26, 2010 7:59 am)
Mau dibawa ke mana orang-orang NU yang konon jumlahnya 80 juta manusia itu?
Peringatan dari Allah Ta’ala telah jelas: “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (QS Al-Mujadilah 22).
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al-Mujadilah 14, 15).
Dengan kejadian ini, maka untuk menyambut terpilihnya Said Aqiel Siradj sebagai Ketua Umum PBNU, kami sampaikan ucapan istirja’: “Astaghfirullahal ‘adhiem, wa laa haula walaa quwwata illa billaah, wallahul musta’an.
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali” (QS Al-baqarah 156).
Kita disunnahkan menyebut kalimat istirjaa’ (pernyataan kembali kepada Allah), waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. (Lihat Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al-Malik Fahd, Madinah, 1424H, halaman 39 catatan kaki nomor 101).
Hajaiz Ahmad