Anak keempat Usamah Bin Ladin, Umar, bisa jadi tidak menghendaki adanya kekerasan yang sering diidentikkan oleh barat sebagai 'ekstremisme' Islam, tapi dirinya merasa memang ayahnya sudah menjadi takdirkan untuk menjadi orang besar.
"Terima kasih Allah ayah saya tidak menjalankan dunia ini," kata Umar Bin Ladin dalam wawancaranya dengan Telegraph.co.uk yang diterbitkan pada hari Kamis kemarin (15/7).
Umar sendiri tidak melihat ayahnya sebagai 'ekstremis' Islam atau sebagai 'teroris', tetapi melihatnya sebagai orang yang tersesat setelah menunda cinta kepada keluarganya, memukul dan mengkhianati anak-anaknya, dan merusak rumah tangga setelah mengejar impiannya untuk menjadi juara dari dunia Islam.
"Ayahku berkepribadian yang kuat," kata Umar. "Tidak ada yang bisa menghentikannya dari mendapatkan mimpinya. Entah apakah dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan, atau ia yang harus mati.."
Umar (28 tahun), adalah anak keempat dari 11 putra Usamah Bin Ladin dan sangat berbeda dari saudara-saudaranya dalam prinsip kebebasan, kemandirian dan penolakan publik tentang ayahnya yang melakukan jalan 'kekerasan'.
Seperti ayahnya, Umar adalah orang yang mencari tanah air, ia adalah seorang warga negara Arab Saudi di mana dia tinggal terutama setelah dirinya meninggalkan ayahnya. Dia ditolak visa masuk ke Inggris dan permintaan suaka nya ke Mesir dan Spanyol juga ditolak.
"Mimpi ayah saya adalah membawa Amerika ke Afghanistan. Saya terkejut Amerika termakan umpannya, "kata Umar.
"Saya masih di Afghanistan ketika Bush terpilih," lanjutnya. "Ayah saya sangat bahagia. Ini adalah jenis presiden yang ia butuhkan - sosok orang yang akan menyerang dan menghabiskan uang dan merusak negara lain dan negaranya sendiri."
"Apakah akan ada serangan lagi? Saya tidak berpikir begitu, " kata Umar. "Dia tidak perlu melakukannya. Segera setelah Amerika pergi ke Afghanistan, rencananya telah berjalan mulus. .” Dia telah menang. "(fq/aby)
"Terima kasih Allah ayah saya tidak menjalankan dunia ini," kata Umar Bin Ladin dalam wawancaranya dengan Telegraph.co.uk yang diterbitkan pada hari Kamis kemarin (15/7).
Umar sendiri tidak melihat ayahnya sebagai 'ekstremis' Islam atau sebagai 'teroris', tetapi melihatnya sebagai orang yang tersesat setelah menunda cinta kepada keluarganya, memukul dan mengkhianati anak-anaknya, dan merusak rumah tangga setelah mengejar impiannya untuk menjadi juara dari dunia Islam.
"Ayahku berkepribadian yang kuat," kata Umar. "Tidak ada yang bisa menghentikannya dari mendapatkan mimpinya. Entah apakah dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan, atau ia yang harus mati.."
Umar (28 tahun), adalah anak keempat dari 11 putra Usamah Bin Ladin dan sangat berbeda dari saudara-saudaranya dalam prinsip kebebasan, kemandirian dan penolakan publik tentang ayahnya yang melakukan jalan 'kekerasan'.
Seperti ayahnya, Umar adalah orang yang mencari tanah air, ia adalah seorang warga negara Arab Saudi di mana dia tinggal terutama setelah dirinya meninggalkan ayahnya. Dia ditolak visa masuk ke Inggris dan permintaan suaka nya ke Mesir dan Spanyol juga ditolak.
"Mimpi ayah saya adalah membawa Amerika ke Afghanistan. Saya terkejut Amerika termakan umpannya, "kata Umar.
"Saya masih di Afghanistan ketika Bush terpilih," lanjutnya. "Ayah saya sangat bahagia. Ini adalah jenis presiden yang ia butuhkan - sosok orang yang akan menyerang dan menghabiskan uang dan merusak negara lain dan negaranya sendiri."
"Apakah akan ada serangan lagi? Saya tidak berpikir begitu, " kata Umar. "Dia tidak perlu melakukannya. Segera setelah Amerika pergi ke Afghanistan, rencananya telah berjalan mulus. .” Dia telah menang. "(fq/aby)