Monday, July 12, 2010

Hotel Marriott Tolak Jadi Lokasi Konferensi Hizbut Tahrir


WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Lengan kelompok Islam internasional Amerika yang kontroversial telah ditolak oleh Hotel Marriott di Oak Brook, di mana pihak penyelenggara menggelar konferensi tahunan kedua kelompok itu pada hari Minggu (11/7).
Hizbut Tahrir, aktivis Muslim yang secara terbuka menganjurkan reformasi pemerintahan dengan cara damai, sebagai pihak penyelenggara berharap dapat menemukan tempat lain untuk pertemuan mereka sebelum akhir bulan Juli.
Kritikus meyakini bahwa konferensi itu, yang didedikasikan untuk membangkitkan kembali sistem peraturan yang langsung mengikuti kematian Nabi Muhammad, adalah sebuah upaya untuk mengubah Muslim Amerika agar menentang pemerintah AS.“
“Kami tidak menyerang, menjatuhkan, atau mempermalukan siapa-siapa,“ ujar Ayman Hamed, penyelenggara konferensi yang tinggal di Chicago Ridge. “Bukan hanya tentang itu. Kami berbicara tentang Islam sebagaimana seharusnya Islam dipahami.“
Tapi sebuah kelompok kepentingan di Washington, REAL (Responsible for Equality and Liberty), mengtakan bahwa meski Hizbut Tahrir secara eksplisit mengecam kekerasan, ideologinya berkata hal yang sebaliknya. Para pembicara dalam konferensi-konferensi sebelumnya telah mencela demokrasi dan membenarkan hukuman mati bagi orang-orang yang keluar dari Islam, ujar pendiri kelompok itu, Jeffrey Imm. Dia mengatakan telah menghubungi perusahaan Marriott bulan lalu ketika dia melihat konferensi itu pada kalender hotel di Oak Brook tersebut.
“Saya ingin memberitahu Marriott tentang posisi anti-demokrasi Hizbut Tahrir,“ ujar Imm. “Saya tidak berusaha membuat konferensi mereka dibatalkan. Saya ingin mereka waspada tentang siapa Hizbut Tahrir itu sehingga mereka bisa menyiapkan keamanan yang layak. Hotel-hotel ini punya hak untuk tahu jika ada kelompok yang telah terlibat dengan atau mengancam kekerasan terhadap orang lain.“
Hamed mengatakan bahwa kelompok itu menandatangani kontrak dengan pihak hotel di pertengahan bulan Mei yang secara eksplisit menyatakan bahwa hotel tidak bisa membatalkan kecuali ada bencana atau diketahui bahwa peserta konferensi akan terlibat dalam aktivitas ilegal atau kriminal. Satu bulan kemudian, Hamed mengatakan dirinya menerima email yang memberitahu bahwa konferensi tidak bisa diadakan di hotel itu. Dia juga menerima surat dan cek pengembalian uang melalui pos.
Hamed mengatakan kelompoknya sudah terbuka dengan pihak manajemen hotel sejak sebuah sekolah Muslim di Bridgeview batal menjadi tempat penyelenggaraan konferensi itu tahun lalu. Dia berpendapat bahwa lokasi konferensi perlu tahu apakah pemrotes akan muncul di hadapan mereka, yang terjadi musim panas lalu ketika kelompok itu memindahkan pertemuannya ke hotel Hilton di Oak Lawn.
Hamed mengakui bahwa pesan kelompoknya bisa kontroversial. Didirikan tahun 1953 oleh seorang hakim Palestina, Hizbut Tahrir menyerukan diakhirinya penjajahan Israel dan intevensi Barat di Timur Tengah. Hamed bertemu dengan kelompok itu di komunitasnya ketika berusia 14 tahun, tapi tidak terlibat sampai kuliah, ketika ayahnya tidak lagi mampu melarang dirinya.
“Kami berbicara tentang mengubah sistem. Ini tidak akan membuat semua orang senang,“ ujar Hamed. “Mereka takut pada saya.“
Dia berargumen bahwa maksud kelompoknya telah disalahpahami. Kelompok itu tidak tertarik untuk menggulingkan pemerintah AS, ujarnya. Faktanya, Hizbut Tahrir dilarang di beberapa negara Muslim karena mereka adalah pemerintahan yang ingin digantikan oleh kelompok itu dengan sebuah republik Islam atau kalifah.
“Perubahan yang kami cari adalah perubahan yang fokus pada negara-negara di mana mayoritas penduduknya adalah Muslim, misalnya Turki, Pakistan, Indonesia, dan Mesir,“ ujarnya. Kelompok itu dilarang di Mesir.
Hamed mengatakan penting untuk menjadwalkan konferensi itu di bulan Rajab guna memperingati jatuhnya kekhalifahan Ottoman.
“Ini mengingatkan kaum Muslim saat martabat mereka paling tinggi,“ ujar Hamed. “Kami dulu satu negara Islam. Seluruh dunia Muslim bersatu di bawah satu pemerintahan. Pada saat itu, pemerintahan itu runtuh. Sejak itu kami dipermalukan, kami diduduki, kami dijajah.“
Ahmed Rehab, direktur eksekutif Council for American Islamic Relations (CAIR), mengatakan tidak sependapat dengan prinsip-prinsip Hizbut Tahrir tapi meyakini bahwa kelompok itu berhak akan kebebasan berbicara dan berkumpul layaknya kelompok-kelompok lain di AS.
“Mereka adalah kelompok minoritas di antara kaum Muslim dan ideologi mereka dianggap sensasional,“ ujar Rehad. “Terlepas dari upaya terbaik mereka, mereka tidak bersifat persuasif maupun efektif.“ (rin/ct) www.suaramedia.com