Jika sang Nabi diangkat ke langit dalam peristiwa Isra Mikraj, yang mengantarkan Beliau menyaksikan rahasia-rahasia suci, serta bertemu langsung dengan sang Khalik, maka seorang mukmin sejati juga bisa merasakan mikraj ini. Medianya tak lain adalah shalat.
Ya, shalat adalah mikraj rohani mukmin, sarana dia untuk sampai dan menggapai keluhuran dan ketinggian.
Shalat dan Ketinggian.
Shalat dan ketinggian barangkali sudah bersanding secara azali. Shalat diperintahkan langsung oleh Allah Tuhan Yang Maha Tinggi dan tempat pemyampaian perintah itu adalah Sidratul Muntaha, tempat tertinggi yang penghabisan.
Kalimat azan yang menyeru,
"Hayya ala ash-sholah, hayya ala al-falah, marilah kita shalat marilah kita menuju kemenangan.."
Kalimat itu merupakan pernyataan implisit sekalugus eksplisit bahwa mereka yang shalat adalah mereka yang ditinggikan. bukankah sang juara akan berdiri paling atas dan paling terlihat diantara yang bukan pemenang...??
Demikianlah, ketinggian rohani terpampang jelas dalam amal ini bagi siap saja yang berkonsentrasi memperhatikannya.
Rasulullah SAW telah menyebutkan bahwa ashshalatu mi'rajul mu'minin yang berarti shalat itu mi'rajnya orang-orang mukmin. Inilah tamsil nan indah serta luar biasa. Jelas ada sesuatu yang dahsyat hingga Nabi menyebutkan kenyataan batin ini dnegan kalimat demikian. Kedahsyatan itu hanya bisa didapat jika kita larut dan khusyuk dalam shalat.
Artinya sebuah pengalaman yang dialami langsung, dicecap indra dan teraba oleh hati. Sayang kita sering menyia-nyiakan tamsil ini dah ini dengan tidak mengindahkan kekhusyukan shalat.
Semoga Allah mengampuni kita dan merubah perangai kita agar lebih khusyuk nantinya.