Tuesday, February 15, 2011

Dialog 12 Rabi’ul Awwal [Kenapa Saya Tidak Merayakan Maulid Nabi?]

Dialog 12 Rabi’ul Awwal [Kenapa Saya Tidak Merayakan Maulid Nabi?]


بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

Abdullah: “Abdurrahman, kamu hadirkan ntar malam?”
Abdurrahman: “Kemana? Ngapain?”
Abdullah: “Lho kamu nggak dapat undangan peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?, penting lho …!ada ceramah ustadznya lagi…banyak faedahnya! Cuma sekali setahun koq, kesempatan emas, susah  dicari”.
Abdurrahman: “Saya dapat undangan, tapi saya fikir acara itu tidak boleh dikerjakan”.
Abdullah: “Lho apa sebabnya?! kamu ini gimana sih…?! Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sendirikan yang bersabda kalau hari Senin itu hari kelahirannya…haditsnya diriwayatkan oleh Imam Muslim lagi, dari shahabat Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang  berpuasa pada hari Senin, lalu beliaupun menjawab:

قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

Artinya: “Itu Adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari aku diutus atau diturunkan kepadaku wahyu (pertama kali)“, para ulama mengatakan dengan berdasarkan hadits ini boleh kita memperingatinya bahkan sangat dianjurkan!!”
Abdurrahman: “Saya paha…m tapi ntar dulu! Kalau diurut-urut, menurut kamu siapa yang paling paham tentang agama yang dibawa oleh Nabi  Muhammad radhiyallahu ‘anhu ini?”
Abdullah: “Ya…Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri dong! lha wong beliau yang membawa dan diutus oleh Allah Ta’ala, kamu ini ada-ada aja pertanyaannya?!”
Abdurrahman: “Lalu siapa setelah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam?”
Abdullah: “Hm…sepertinya para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum, karena mereka yang melihat wahyu itu turun kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka yang tahu sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al Quran, tahu sebab-sebabnya muncul hadits ini dan itu. Emangnya kenapa sih?”
Abdurrahman: “Na..h, kalo gitu saya nggak berani hadiri maulidan karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan seluruh para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum serta seluruh tabi’in dan tabi’ut tabi’in rahimahumullah, yang mana mereka-mereka itu paling paham akan Islam ini nggak pernah mengerjakannya, lalu saya mau ngikut siapa? Apalagi Allah Ta’ala pernah berfirman dalam surat asy Syura ayat 21:

{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ} [الشورى: 21]

Artinya: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?“. Saya juga nggak mau amalan saya di tolak gara-gara nggak ada contohnya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

عن عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Artinya: “Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata: “Bahwa Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beramal suatu amalan yang bukan dari perkara kami maka ia tertolak“.
Kemudian acara  itukan seperti ikut-ikutan orang nashrani, karena mereka juga merayakan hari kelahiran al Masih Isa Bin Maryam, padahal mengikuti mereka dilarang oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Artinya: “Sungguh kamu benar-benar mengikuti orang sebelum kamu sejengkal demi jengkal dan sehasta demi hasta sampai-sampai jika mereka memasuki lubang biawak maka sungguh kalian akan mengikuti mereka“, kami (para shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah…apakah maksudnya orang-orang Yahudi Dan Nashrani?”, beliau menjawab: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?”.
Dan saya pernah membaca di dalam kitab al ‘Ayad wa atsaruha ‘alal Muslimin karya Doktor Sulaiman Bin Salim As Suhaimi, halaman 287, bahwasanya peringatan maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pertama kali terjadi dalam sejarah Islam, di akhir   abad keempat di mesir pada saat berdirinya negara Fathimiyah, mereka ini orang-orang syi’ah bhathiniyah, pada waktu itu ada enam peringatan hari kelahiran (maulid), maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maulid Ali Bin Abi Thalib, maulid hasan dan Husein serta maulid Fathimah radhiyallahu ‘anhum juga maulid pemimpin pemerintah pada waktu itu. Makanya saya tidak berani menghadiri undangan tersebut.
Abdullah: “O..begitu ya…saya baru dengar nih, tapi saya pernah baca di Sunan al Baihaqi al Kubra no hadits 7960, dari sahabat Anas Bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengaqiqahi diri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau diangkat menjadi nabi”. Padahal kakek beliau Abdul Muthallib sudah mengaqiqahkan beliau pada hari ketujuh dari hari kelahiran beliau, dan aqiqah nggak mungkin dua kali, maka kemungkinan…apa yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyatakan rasa syukur atas dilahirkannya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam “.
Abdurrahman: “Lho kamu nggak tahu ya…hadits itu kan munkar?! Imam Ahmad rahimahullah yang berkata gitu, bahkan Imam Nawawi rahimahullah juga menghukuminya sebagai hadits yang bathil lalu Ibnu Hajar rahimahullah berkata hadits itu nggak benar. Coba kamu lihat di kitab al ‘ayad tadi”.
Abdullah: “Wah…kamu koq jadi pinter sekarang…pasti kamu banyak baca!”. Tapi saya pernah diberitahu ustadz di pengajian bahwa diriwayatkan Abu Lahab diringankan azabnya di neraka karena di dunia ia  memerdekakan Tsuwaibah (seorang budak) ketika diberitahukan akan kelahiran  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu ia menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu kecil”. Lalu kata beliau: “Kalau orang kafir saja diringankan azabnya di neraka  disebabkan apa yang telah ia kerjakan pada waktu diberitahukan akan  kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaimana kita yang beriman dan mengesakan Allah Ta’ala ?! pasti akan lebih diberi ganjaran, pasti akan diberikan Allah surga-Nya”. Na…h kalau gitu gimana dong?! Saya mulai bingung nih?
Abdurrahman: “Ngapain bingung…kata Ibnu Hajar di dalam fathul Bari riwayat ini mursal diirsalkan oleh ‘Urwah, lalu Tsuwaibah, riwayat yang benar adalah bahwa ia dimerdekakan sebelum hijrah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar di dalam kitab Fath Al Bari, kemudian, banyak sekali nash-nash yang jelas bahwa pekerjaan orang-orang kafir terhapus, Allah Ta’ala berfirman:

{ مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ}

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang Telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh“. Surat Ibrahim:18.
Dan Al Quran telah menjelaskan bahwa adzab orang-orang kafir tidak akan diringankan:

{وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ }

Artinya: “Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka jahannam. mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah kami membalas setiap orang yang sangat kafir“. Surat Fathir:36
Apalagi Al Quran dengan jelas sekali telah menyebutkan Abu Lahab akan mendapatkan adzabnya di neraka:

{تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3)}

Artinya: “Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa”(1)”Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”(2)”Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak“(3). Surat al Masad:1-3
Abdullah: “MasyaAllah, saya nggak ngira kamu sudah banyak sekali belajar, kalau saya, jika ada ayat al Quran yang disebutkan dan tafsirannya berdasarkan pemahaman para shahabat radhiyallahu ‘anhum maka saya nggak berani mendahului al Quran walaupun satu centi! Tapi, Syeikh Muhammad Alawi al Maliki Ulama yang berdomisili di Mekkah, menyebutkan dalam kitabnya haulal ihtifal bil maulid: kita kan harus bersyukur, gembira dengan kelahiran beliau karena dengan dilahirkannya beliau kita keluar dari kegelapan kepada cahaya”. Allah Ta’ala berfirman:

{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

Artinya: “Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan“. Surat  Yunus:58.
Dan yang dimaksudkan Rahmat Allah di dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ} [الأنبياء: 107]

Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam“. Surat al Anbiya-’:107
Abdurrahman: “Hm..gitu ya, tapi yang saya ketahui maksud keutaaman Allah did ala rahmat disini adalah agama Islam sebagaimana pendapat shahabat Abu Sa’id al Khudri dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma di dalam tafsir al Jami’ li ahkamil qur’an karya Imam Al Qurthubi ulama Islam abad ke 7 Hijriyah, dan juga Ibnul Qayyim, ulama Islam Abad ke 9 Hijriyah mengatakan di dalam kitabnya ijtima’ul juyusy al Islamiyah : “Dan telah sepakat perkataan para salaf bahwa keutamaan Allah dan Rahmat-Nya adalah Islam dan Sunnah,
lalu kamu tau nggak, aku pernah membaca di kitab Shahih Sirah An Nabawiyah karya Albani rahimahullah ulama hadits dari Yordania, beliau memberikan catatan kaki disana, beliau berkata: “Aku berkata: “Adapun tanggal hari kelahiran beliau shallallallahu ‘alaihi wasallam, telah disebutkan Ibnu Katsir tentangnya dan tentang bulannya beberapa pendapat di dalam kitab aslinya (as Sirah An Nabawiyyah), dan seluruhnya mu’allaqah –tanpa pertalian periwayatan-  jika ditinjau dari sisi kaiedah ilmu hadits, kecuali pendapat yang mengatakan bahwa: sesungguhnya ia (hari kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam) pada tanggal 8 dari bulan Rabi’ul Awal, karena hal ini diriwayatkan oleh Imam Malik dan yang lainnya dengan sanad yang shahih dari Muhammad Bin Jubair Bin Muth’im, dan ia merupakan seorang tabi’i yang terkemuka oleh sebab itulah para ahli sejarah membenarkan pendapat ini dan menyandarkan dengan riwayat ini, dan al Hafidz al Kabir Muhammad Bin Musa al Khawarizmi memastikannya serta Abul Khaththab merajihkannya, sedangkan jumhur berpendapat bahwa tanggal 12 dari bulan Rabi’ul Awal”, demikian kata Al Albani, sedangkan kalau kita baca kitab Siyar ‘Alamin Nubala-’, maka sungguh kita akan dapatkan Imam Adz Dzahabi menyebutkan beberapa riwayat tentang hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tetapi anehnya, para ahli sejarah Islam seperti Ibnu Katsir, al Waqidy, Ibnu Sa’ad, Imam Adz Dzahabi sepakat bahwa wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal”.
Abdullah: “Ente koq malah ngomong sejarah…kepanjangan….dari tadi maksudnya apa…?!”
Abdurrahman: “Maksud saya… para ahli sejarah dan ulama hadits tidak bersepakat akan hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun jumhur berpendapat tanggal 12 Rabi’ul Awal. Tapi para Ahli sejarah  dan ulama hadits bersepakat akan kematian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tanggal 12 Rabi’ul Awal…, oleh karena itu saya bingung kepada orang yang berkumpul pada tanggal 12 Rabi’ul Awal apakah mereka itu gembira dengan kelahiran beliau atau dengan wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam?!?”.
Abdullah: “O..gitu ya…jadi ustadz tadi salah dong…?!”
Abdurrahman: “Setiap manusia punya kesalahan…”
Abdullah: “Iya ya…tapi ntar kita disana nggak ngelakuin maksiat koq, malah kita ntar membaca shalawat baca sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi dengan memperingati maulidnya kita bershalawat, ngajak orang shalawatan kan bagus…?!
Abdurrahman: “Wah kalau gitu malam lainnya kita nggak shalawatan dan baca sejarah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dong! Padahal membaca shalawat itukan sangat dianjurkan kapan dan dimana saja, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di dalam  kitab shahih Muslim:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan memberikan kepadanya rahmat sepuluh kali“.
Dan kita sebagai seorang muslim diperintahkan untuk memperbanyak membaca shalawat pada hari jum’at:

عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَام وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ … رواه النسائي

Artinya: “Dari Aus Bin Aus t, dari Nabi Muhammad r beliau bersabda: “Sesungguhnya salah satu hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jum’at, di dalamnya diciptakan Adam alaihis salam, di dalamnya di wafatkan, di dalamnya peniupan (sangsakala) dan di dalamnya akan terjadi kematian (pada hari kiamat) maka perbanyaklah membaca shalawat atasku sesungguhnya shalawat kalian akan disampaikan kepadaku…hadits riwayat Imam Nasai.
Sungguh aneh kalau ada seseorang yang ngaku cinta Nabi shallallahu ‘alaih wasallam bershalawat hanya pada hari kelahirannya, dikemanakan 364 harinya?! Keberadaan peringatan maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai cara untuk mengenang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga kita bershalawat kepada beliau pada hari itu. Ini cocok bagi orang yang kalau lagi mau masuk masjid tidak bershalawat, setelah mendengar adzan tidak  bershalawat, ketika berdoa tidak bershalawat, ketika shalat jenazah tidak bershalawat, ketika disebutkan nama beliau tidak bershalawat dan banyak lagi tempat-tempat yang mana dianjurkan kita bershalawat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan kita seorang muslim setiap tempat dan waktu yang saya sebutkan diatas selalu bershalawat, tidak  mengkhususkannya pada saat maulid saja, kita nggak mau dibilang orang yang pelit medit kikir, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:

الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

Artinya: “Orang yang kikir adalah orang yang disebutkan kepadanya namaku lalu ia tidak bershalwat kepadaku“.
Abdullah: “Tapi seluruh ulama dan kaum muslimin kan memperingati maulid ini, hampir seluruh dunia lho…dan shahabat Abdullah Bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Sesuatu yang dianggap oleh kaum muslim itu baik maka hal itu merupakan baik disisi Allah?!?”.
Abdurrahman: “Sepertinya pernyataan itu kurang valid, karena disana banyak ulama dan sebagian kaum muslim tidak memperingatinya termasuk saya, jadi sensus itu nggak benar,
kemudian kalau perayaan ini tidak pernah dikerjakan oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum dan tabi’in serta tabi’ut tabi’in rahimahumullah bagaimana disebut pekerajaan itu baik?!? Dan kata para ulama rahimahumullah, maksud “kaum muslim” di perkataan Abdullah Bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhum tadi adalah: para shahabat radhiyallahu ‘anhum”.
Abdullah: “Hm…gitu yaa…saya paham sekarang, tapi ntar kita dibilang nggak cinta sama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena tidak menghadiri peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam???”
Abdurrahman: “Abdullah…Abdullah, orang yang ngaku cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, harus mentaati segala perintahnya, menjauhi segala larangannya, berjalan diatas jalannya, dan tidak boleh beribadah kecuali sesuai petunjuknya… itu yang namanya cinta hakiki Abdullah…! Kalau ngaku cinta jangan bikin-bikin ibadah baru dong…!coba perhatikan firman Allah surat Ali Imran ayat 31:

{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}

Artinya: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“.
Di dalam ayat ini Allah menjadikan taat dan patuh tanda akan kecintaan itu, dan dengannya kita bisa mengetahui yang benar-benar cinta dan yang hanya ngaku-ngaku aja. Sedangkan coba perhatikan ibadah-ibadah baru yang tidak pernah ada di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, para shahabatnya, bahkan tabi’in, apa hasilnya:

أن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. رواه مسلم

Artinya: “Bahwa Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa yang beramal bukan atas dari perkara kami maka amalannya tertolak“. Haditsnya di Shahih Muslim. Orang arab berkata:

و الدعاوي مالم يقيموا عليها           بينات فأهلها أدعياء

“Dan pengakuan tanpa ada bukti-bukti maka mereka itu hanya ngaku-ngaku
Sungguh indah perkataan  syeikhul Islam di dalam Majmu’ Fatwa:

فَالْحَذَرَ الْحَذَرَ أَيُّهَا الرَّجُلُ مِنْ أَنْ تَكْرَهَ شَيْئًا مِمَّا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ تَرُدَّهُ لِأَجْلِ هَوَاك أَوْ انْتِصَارًا لِمَذْهَبِك أَوْ لِشَيْخِك أَوْ لِأَجْلِ اشْتِغَالِك بِالشَّهَوَاتِ أَوْ بِالدُّنْيَا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يُوجِبْ عَلَى أَحَدٍ طَاعَةَ أَحَدٍ إلَّا طَاعَةَ رَسُولِهِ وَالْأَخْذَ بِمَا جَاءَ بِهِ بِحَيْثُ لَوْ خَالَفَ الْعَبْدُ جَمِيعَ الْخَلْقِ وَاتَّبَعَ الرَّسُولَ مَا سَأَلَهُ اللَّهُ عَنْ مُخَالَفَةِ أَحَدٍ فَإِنَّ مَنْ يُطِيعُ أَوْ يُطَاعُ إنَّمَا يُطَاعُ تَبَعًا لِلرَّسُولِ وَإِلَّا لَوْ أَمَرَ بِخِلَافِ مَا أَمَرَ بِهِ الرَّسُولُ مَا أُطِيعَ . فَاعْلَمْ ذَلِكَ وَاسْمَعْ وَأَطِعْ وَاتَّبِعْ وَلَا تَبْتَدِعْ . تَكُنْ أَبْتَرَ مَرْدُودًا عَلَيْك عَمَلُك بَلْ لَا خَيْرَ فِي عَمَلٍ أَبْتَرَ مِنْ الِاتِّبَاعِ وَلَا خَيْرَ فِي عَامِلِهِ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ . مجموع الفتاوى (16/ 528)

“Berhati-hatilah…wahai manusia …dari membenci apapun yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, atau menolaknya disebabkan oleh hawa nafsumu, atau menolaknya karena pembelaan terhadap madzhab dan gurumu, atau karena kesibukanmu dengan syahwat dunia. Karena sesungguhnya Allah tidak mewajibkan atas seseorang untuk ta’at kepada seorang makhluk, kecuali keta’atan kepada Rasul-Nya dan mengambil apapun yang dibawa olehnya, yang mana jikalau seorang hamba menyelisihi seluruh makhluk tetapi ia mengikuti Rasulullah, maka Allah tidak akan menanyakan kepadanya tentang ketidak ta’atannya kepada seorang manusiapun. Karena sesungguhnya barangsiapa yang ta’at atau dita’ati, sesungguhnya hanya dita’ati karena pengikutannya kepada Rasulullah, dan jikalau ia memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah ia tidak akan dita’ati. Maka ketauhilah akan hal itu, dengarkan, ta’ati dan ikutilah serta janganlah membuat sesuatu yang baru, maka amalanmu akan tertolak, kembali kepadamu. Dan tiada kebaikan apapun di dalam sebuah amalan yang tidak mengikuti sunnah dan tidak ada kebaikan apapun bagi pelakunya. Wallahu ‘alam. (lihat Majmu’ Fatawa, 2/465)
Abdullah: “Waah, jazakumullah khairan ya… kaya’nya aku nggak ikut juga ah!”.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Ahad, 10 Rab’iul Awwal 1432H
Dammam KSA
http://abangdani.wordpress.com/2011/02/14/dialog-12-rabiul-awwal-kenapa-saya-tidak-merayakan-maulid-nabi/