SISWA kelas I dan II SDN 3 Sukasenang, Kecamatan Sindangkasih, Kab. Ciamis, sampai kini masih belajar di tenda darurat.*
Yang memprihatinkan tenda warna putih bantuan dari Dinas Pendidikan (Disdik) pusat itu, saat ini kondisinya sudah rusak. Beberapa bagian sudah berlubang. Untuk mengantisipasi agar tidak ambruk akibat terlampau berat menahan beban, dua bambu dipasang untuk menyangga tenda. Sementara itu pada bagian samping jendela juga sudah sobek, serta bagian lantai juga lembab akibat terpaan air hujan yang masuk ke dalam tenda.
"Teman yang lain sih enak, sementara kami harus belajar di dalam tenda yang panas dan tidak nyaman. Kapan ya bisa belajar di dalam gedung lagi," ungkap Faisal (8) yang dibenarkan Septiani (8) siswa kelas II yang saat itu sedang belajar mata pelajaran agama, Rabu (26/5). Hal tersebut juga dibenarkan rekan lainnya yang berjumlah 25 anak.
Sementara itu Guru Pendidikan Agama Islam ( PAI) Jiji Supriadi hanya bisa terenyuh mendengar celotehan siswanya. Anak-anak, tuturnya, iri melihat kakak kelasnya, kelas III - VI belajar di ruang kelas permanen. Menghadapi keadaan tersebut, dia minta agar muridnya tetap sabar dan lebih fokus untuk belajar.
Meski demikian dia mengakui bahwa belajar di dalam tenda yang kondisinya sudah rusak, mengakibatkan proses belajar mengajar tidak maksimal. Bahkan Jiji juga mengungkapkan adanya penurunan prestasi belajar. "Dengan kondisi seperti ini, terus terang kami juga ikut prihatin, sebab prestasi belajar juga tampaknya mulai menurun. Kami berharap ruang kelas yang rusak dapat segerra kembali dibangun," tuturnya.
Kepala SDN 3 Sukasenang, Edi Sudaryat juga mengungkapkan sudah lama menanti bantuan untuk perbaikkan ruang kelas yang rusak akibat gempa. Selain itu ruang kelas (sebelumnya ruang kelas III) pada hari Senin (25/5) ambruk. Kejadian tersebut juga menyebabkan gudang (sebelumnya perpustakaan) juga rusak berat akibat bagian atapmya ikut terseret atap ruang kelas yang ambruk.
Disebutkan gempa juga mengakibatkan ruang kelas III - VI mengalami kerusakan. Meskipun tidak sampai merusak struktur bangunan, namun beberapa bagian tembok dikhawatirkan ambrol. Untk itu apabila terasa ada getaran, tuturnya, seluruh siswa diminta keluar kelas.
"Saat ini kami hanya punya lima ruang kelas. Tiga diantaranya rusak akibat gempa, satu sudah roboh. Karena terbatasnya ruang kelas, maka siswa kelas I dan II bergilir belajar di tenda. Seminggu kelas satu di tenda, berikutnya kelas II, demikian seterusnya sampai sekarang," tuturnya seraya menambahkan jumlah murid sebanyak 173 siswa.
Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Ciamis Hendra Marcusi disela-sela meninjau SDN 3 Sukasenang, mengatakan sudah terlampau lama siswa belajar di tenda. Komitmen awal, lanjutnya, belajar di tenda merupakan langkah atau tindakan darurat pascagempa. Namun ternyata, sampai saat ini masih ada siswa yang terpaksa belajar di tenda.
"Terus terang kami prihatin dengan kondisi semacam ini. Sudah terlampau lama belajar ditenda, seharusnya siswa sudah belajar di dalam ruang kelas. Kami minta penangananan sekolah ini harus mendapat prioritas," tuturnya menegaskan. (A-101/A-147)***pr