Wednesday, May 12, 2010

Umat Islam Harus Memiliki Media yang Mampu Membangun Opini


Penanggung jawab Masjidil Haram, Syeikh Sholeh al Husain mengajak umat Islam memiliki media yang mampu membangun opini di tengah masyarakat
Hidayatullah.com—Tak semua orang, khususnya umat Islam, mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang berita, dan mana yang berupa opini. Umumnya,  mereka terjebak dan menjadi korban opini media. Karena itulah, fitnah terbesar di zaman ini adalah fitnah media massa.

Pernyataan ini disampaikan oleh Syeikh Sholeh al Husain, Penanggung Jawab Masjidil Haram, Mekah Al Mukaramah, saat silaturahmi dengan rombongan asal Indonesia di rumahnya, di kawasan Mekah, dekat kampus Ummul Quro.

“Umat Islam harus memiliki media yang baik dan mampu membangun opini kepada umat dan masyarakat,“ ujarnya.

“Perang” Terhadap Islam

Dengan sangat berapi-api, beliau mengingatkan pentingnya media karena negara-negara besar memecah belah umat Islam.

Meski usianya telah 80 tahun, namun ketajaman ingatan sangat luar biasa. Ia mampu mengingat hari, tanggal, bulan, tahun kejadian, hingga judul-judul media asing yang pernah “memojokkan” Islam.

Di antara yang sangat beliau ingat adalah kejadian demi kejadian yang merekayasa dan memusuhi Islam.

Menurutnya, semenjak perang dingin dan pascaruntuhnya Soviet, kejadian-kejadian dunia semuanya diarahkan untuk memusuhi Islam. Di antaranya adalah awal istilah teroris, yang muncul dari pernyataan mantan Wakil Presiden AS Dick Cheney bahwa musuh Barat setelah Soviet adalah Islam.

Juga kejadian 11 September 2001, yang menuduh pilot asal Saudi terlibat bom WTC. Kejadian ini terus berjalan hingga bulan Juni 2007, ketika Uni Eropa beramai-ramai seolah “berperang” terhadap Islam, dengan membuat laporan 18 halaman adanya 498 kejadian terorisme di Eropa.

“Padahal, dari semua kejadian dalam laporan itu, hanya satu saja yang benar-benar ada keterkaitan dengan Islam,“ ujar Syeikh Sholeh berapi-api.

Kejadian seperti itu berjalan cukup massif hingga kini. Belum termasuk larangan-larangan simbul Islam di Barat dan di Eropa, yang seolah-olah berusaha mengeroyok Islam.

Untuk melaksanakan ini mereka bahkan telah mengeluarkan biaya yang sangat luar-biasa banyak. Namun kenyataannya, mereka tak mampu mendapatkan hasil.

Menurut Syeikh Sholeh, “perang” ini memunculkan banyak pertanyaan. Mengapa mereka begitu takut pada Islam? “Jawabannya tak lain, karena Islam memiliki nilai-nilai yang tak pernah dimiliki oleh paham sekular (secularism value) yang banyak dianut di Barat atau Eropa,” katanya.

“Mereka dengan congkak berusaha mengajarkan akhlak dan tata-krama pada dunia, namun fakta menunjukkan, hari demi hari, kebobrokan mereka terus diperlihatkan pada dunia, “ ujar Syeikh Sholeh.

Berbagai isu yang dimunculkan, seperti kasus Guantanamo, dan lain-lain, hanyalah serangkaian kejadian untuk menutupi kebobrokan mereka.

Sementara meski Islam terus dimusuhi, agama Allah ini justru terus membuat perubahan besar, tak hanya pada masyarakatnya (di Barat, red), bahkan pada pemimpin-pemimpin mereka sendiri.

Walhasil, dalam pesan terakhirnya, Syeikh Sholeh mengajak umat Islam memiliki media yang berwibawa, dan pentingnya membangun opini ke tengah masyarakat.

Usai menyampaikan pesan, Syeikh Sholeh yang ditemani Imam Masjid Haram, Dr. Mahir al Mu’aqiliy melanjutkan ramah tamah dengan rombongan Indonesia,  di antara  adalah; Prof Didin Hafiduddin, Dr. Syafii Anthonio, Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf, mantan Dubes Qatar, Abdul Wahid Maktub, mantan Kapolda  Jawa Timur, Irjen Pol Herman Surjadi Sumawiredja, dan wartawan hidayatullah.com. [cha/hidayatullah.com]