SAN FRANSISCO (Berita SuaraMedia) – Konsultan media sosial Deanna Zandt menghabiskan waktu tiga tahun menjelaskan kepada orang mengapa mereka harus bergabung dengan Facebook. Tetapi pekan lalu dia berbalik berjuang mendesak agar akun miliknya dihapus.
“Semakin sulit bagi saya untuk mengatakan masih berharga, ketika pengguna harus menyerahkan privasinya kepada layanan tersebut dan saya harus mendapat banyak uang atas omongan saya,” ujar Zandt, seorang konsultan media sosial dan penulis buku ‘Share This! How You Will Change the World With Social Networking’, yang dipublikasikan oleh Berret-Koehler.
Perdebatan konten dalam Facebook telah menyebar dengan sangat cepat dalam beberapa pekan terakhir, dipicu kemarahan yang muncul di mana-mana atas layanan jejaring sosial tersebut dalam isu kebijakan privasi, pemaparan tidak sengaja dari informasi pribadi dan rasa tidak nyaman yang umum terjadi tentang pendekatan Facebook terhadap data personal pengguna.
Zandt mengatakan bukan hanya dirinya yang melihat pintu jalan keluar, orang lainnya juga menulis tentang rencana meninggalkan Facebook dan meminta orang banyak melakukan hal serupa.
Tren tersebut menyebar luas menjadi kekhawatiran massal, contohnya di algoritma Google, jika diketik ‘how do I’ ke dalam mesin pencari tersebut, maka ‘how do I delete my facebook account’ berada di urutan kelima hasil pencarian, tepat di antara ‘how do I love the’ dan ‘how di I do look’.
Namun friksi tidak sebesar yang diperkirakan. Jejaring sosial adalah tentang jaringan dan tidak ada alternatif lain sebesar Facebook yang menjadi mainstream dengan jumlah anggota 400 juta orang. Hingga saat ini tidak ada ancaman jumlah signifikan orang yang meninggalkan Facebook.
Joshua Levy, manajer kampanye online di Free Press, sebuah organisasi non-profit yang fokus dalam reformasi media mengatakan bahwa perubahan terus menerus dalam pengaturan privasi Facebook telah mendorongnya untuk keluar.
Sama halnya ketika dia melemparkan iPhone, sebuah protes melawan kebijakan software yang ditutup Apple. Tetapi Facebook memang sangat sulit dilepaskan, menurut Levy. Baik Levy dan Zandt merujuk kepada alasan yang sama yakni keluarga.
“Facebook sangat berguna, didesain dengan baik,” ujar Levy, yang memiliki seorang anak kecil dan sebuah lingkungan sosial yang tertarik dalam fotografi. “Jika pengguna ingin terlibat dengan orang banyak melalui cara di 2010 maka Facebook layak digunakan. Kebetulan memang tetapi hal tersebut benar adanya.”
Matthew Milan, seorang partner di Normative yakni firma desain di Ontario baru-baru ini memutuskan untuk menghapus halaman Facebooknya. Dia melakukan hal itu dalam waktu beberapa pekan dan memberitahu anggota keluarganya.
Banyak di antara anggota keluarganya yang masih menggunakan situs jejaring sosial ketimbang email sebagai media berhubungan. Tetapi dia juga mengatakan tidak mengharapkan orang sangat sulit untuk berhenti dari Facebook karena sadar bahwa kehadirannya secara online bisa melalui berbagai bentuk media.
Bahkan sebelum gelombang besar bendera perlawanan terhadap Facebook dikibarkan, beberapa pekan telah ramai pembicaraan tentang sebuah visi jejaring sosial serupa, di mana pengguna bisa mengontrol data mereka daripada menyerahkan kepada sebuah perusahaan.
Jim Dewyer menulis dalam kolomnya di The New York Times, sebuah kelompok mahasiswa di Universitas New York sedang mencari solusi terbaik dalam sebuah proyek yang disebut dengan Diaspora. Mereka bahkan da telah memperoleh dana sebesar US$23 ribu (Rp 207 juta) sejak diumumkan pada 24 April 2010.
Hingga saat ini banyak orang berusaha mencari alternatif selain Facebook meskipun belum mencapai massa dalam jumlah banyak, sehingga masih sulit membayangkan hidup tanpa Facebook.
“Tentu saja rasanya aneh, pergi dan meninggalkan banyak teman, sama halnya seperti pindah ke kota terpencil sendirian,” ujar Levy. “Tetapi tidak akan terlalu sepi jika ada beberapa teman yang bisa menemani.” Ia telah memulai sebuah kampanye yang mengajak orang setuju menghapus akun Facebook dengan target 10 ribu orang dan puluhan orang telah bergabung.
Sementara itu, Setelah mendapatkan kecaman dari mayoritas pengguna layanannya, Facebook berjanji akan membuat aturan kontrol privasi yang lebih mudah dan nyaman.
"Kami telah menghabiskan waktu selama beberapa pekan ini untuk mendengarkan keinginan pengguna. Bahkan kami telah berkonsultasi dengan para ahli jaringan keamanan di California, Washington DC, dan di seluruh dunia," ujar juru bicara FAcebook Andrew Noyes, seperti diberitakan News.com, Senin (24/5/2010).
Menurut Facebook, komitmen ini merupakan satu-satunya cara untuk bisa menghalau kritik dan mengantisipasi berkurangnya pengguna Facebook yang mengancam akan menggunakan situs jejaring sosial lain selain milik Mark Zuckerberg ini.
"Pesan yang kami tangkap ini cukup jelas. Pengguna cukup apresiatif dengan kendali privasi yang tepat dan komprehensif, namun dengan cara yang mudah dan nyaman untuk digunakan, tentu saja," ujar Noyes.
"Kami mendengarkan input yang diberikan oleh para pengguna dan kami sedang berupaya untuk mengimplementasikannya. teknologi tersebut bisa kami gelontorkan tidak lama lagi," tambah Noyes.
Saat ini Facebook memang sedang dipantau ketat, baik oleh pengguna, pengamat maupun regulator di AS, Uni Eropa maupun dunia, terkait aturan kontrol privasi yang diberlakukannya. (ar/ok/inl)
www.suaramedia.com