Hidayatullah.com--Hamas mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa hari Rabu lalu Israel telah membebaskan Menteri Urusan Tembok Pemisah dan Pemukimannya, Wasfi Kabaha, dari penjara Israel di Negev dan memulangkannya ke rumahnya di Desa Barta'a dekat Jenin di Tepi Barat.
"Saya memberikan sebuah surat penting dari para tahanan di penjara-penjara Israel bahwa persatuan nasional Palestina adalah jalan tersingkat untuk mengenyahkan penjajahan," kata Kabaha usai pembebasannya.
Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, 7.500 orang--termasuk 270 anak di bawah umur 18 tahun--ditahan di 10 penjara dan 3 kamp tahanan Israel di wilayah Tepi Barat. Tiga di antara mereka sudah dipenjara selama lebih dari 30 tahun dan 315 lainnya sudah mendekam dalam kurungan selama lebih dari 15 tahun.
Sekitar 9.000 warga Palestina ditahan setiap tahunnya oleh Israel, baik karena melakukan perlawanan bersenjata atau dianggap tidak patuh.
Usamah, isteri Kabaha mengatakan, "Kebahagiaan hanya akan lengkap jika seluruh orang Palestina yang ada dalam penjara Israel dibebaskan."
Kabaha ditangkap pada bulan Mei 2007 dan dikenakan tahanan administratif selama 6 bulan. Israel terus memperbaharui hukumannya sebagai cara agar tetap bisa menahan Kabaha dan pejabat Hamas lainnya, yang digunakan sebagai alat tawar-menawar pembebasan prajurit Israel, Gilad Shalit.
Ketika seseorang ditahan, Israel berusaha mengenakan dakwaan yang bisa memenjarakan mereka selama 7 hingga 10 tahun. Namun dalam praktiknya sulit bagi Israel untuk membuktikan bahwa para tahanan itu terlibat langsung aksi militer Hamas. Oleh karena itu mereka biasanya dikenai dakwaan yang lebih ringan, misalnya menjadi anggota organisasi ilegal Hamas.
Kabaha sudah tujuh kali ditahan oleh tentara Israel selama tahun 1989-2005. Ia menghabiskan waktu hampir 6 tahun dalam penjara Israel yang berbeda-beda.
Menurut Hamas, Kabaha menderita sakit diabetes dan tekanan darah tinggi, tapi otoritas penjara Isarel menolak untuk memberinya perawatan. [di/an/hidayatullah.com]