Pemimpin Libya Muammar Gaddafi menyatakan bahwa dirinya tidak anti-Yahudi tapi anti-Zionis Israel. Ia juga mengatakan bahwa solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina adalah solusi yang "tolol" dan "tidak realistik."
Pernyataan itu diungkapkan Gaddafi saat menerima kunjungan 40 orang warga Arab Israel, diantaranya adalah anggota parlemen Israel (Knesset). Mereka datang ke Libya tidak menggunakan paspor Israel tapi menggunakan ijin masuk ke negara Libya yang dikeluarkan oleh pemerintahan Gaddafi.
Diantara rombongan adalah salah satu anggota parlemen Israel Ahmed Tibi, Ketua Komite Tinggi Monitoring untuk Warga Arab, Mohammed Zidan, sejumlah wartawan dan pemuka agama. Dalam acara makan malam, Gaddafi membandingkan penjajahan Israel di Palestina yang menurutnya mirip dengan situasi Libya ketika masih berada di bawah penjajahan Italia.
Pada kesempatan itu, Gaddafi juga menyatakan bahwa Yudaisme berbeda dengan Zionisme, ideologi yang menjadi dasar didirikannya negara ilegal Israel. "Kami (Libya) tidak anti-Yahudi, tapi kami punya masalah dengan zionisme dan para pemimpin zionis yang sekarang menjajah rakyat Palestina," ujarnya.
Pemimpin Libya yang nyentrik itu mengingatkan Israel untuk tidak mengganggu demografi rakyat Palestina dengan membuat rakyat Palestina hidup terpencar, karena kebijakan itu akan memicu perlawanan. "Ledakan amarah manusia lebih dahsyat dibandingkan ledakan senjata nuklir," tandas Gaddafi.
Pada rombongan warga Arab Israel itu, Gaddafi kembali menegaskan bahwa mereka harus melipatkangandakan kekuatan untuk melawan kebijakan-kebijakan rezim Zionis yang ingin mengusir mereka. Gaddafi juga menolak solusi dua negara yang disebutnya solusi yang "tolol" dan "tidak realistik." Menurutnya, solusinya hanya satu negara bagi warga Arab dan Yahudi di Palestina.
"Israel tidak akan pernah menjadi negara yang murni Yahudi di kawasan ini. Saya pikir, solusinya hanya satu negara melalui pemilu dibawah supervisi PBB. Solusi dua negara untuk dua kelompok masyarakat adalah solusi yang 'tolo' dan'tidak realistis'," tukas Gaddafi. (ln/Ynet/prtv) eramuslim